Refleksi: Apakah pemerintah NKRI akan menolong para TKI  ini untuk segera 
kembali ke kampung halaman ataukah berpura-pura tidak mau tahu keberadaan 
mereka disana dan membiarkan mereka merana dalam kesulitan dan kesempitan. 

http://www.gatra.com/artikel.php?id=118378


Ratusan TKI Terkatung-katung di Irak


Indramayu, 12 September 2008 03:10
Ketua Umum Solidaritas Buruh Migran Indonesia (SBMI) Miftah Farid menyebutkan, 
lebih dari 100 tenaga kerja Indonesia (TKI) terkatung-katung di wilayah 
Kurdistan, Tikrit, Irak, dan sebagian dari mereka menjadi pengemis atau 
pemulung.

"Hingga kini belum ada pihak yang bisa memulangkan mereka karena wilayah itu 
masih berstatus merah atau sangat rawan," kata Miftah di Indramayu, Kamis 
(11/9), yang mendampingi Safari Ramadhan Kepala Badan Nasional Penempatan dan 
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat.

Miftah menyebutkan sekitar 40-50 orang TKI di antaranya sudah tidak memiliki 
dokumen karena telah habis masa berlakunya atau hilang oleh majikan mereka.

Mereka, katanya, bisa pulang bila membayar kepada agen Bruskah di Irak sebesar 
3.000 hingga 3.500 dolar AS.

Miftah mengatakan pihaknya telah minta bantuan kepada KBRI di Yordania 
(pemerintah tak miliki KBRI di Irak) untuk membantu memulangkan mereka tetapi 
terbentur masalah keamanan.

Pihak KBRI juga telah mengeluarkan Surat Perjalanan Laksana Paspor tetapi surat 
keterangan itu tidak berlaku. "Pihak KBRI juga bersedia mendanai kami untuk 
menjemput mereka di Irak tetapi hal ini kurang adil karena melindungi 
warganegara merupakan tanggungjawab pemerintah," kata Miftah.

Sementara bantuan melalui jaringan SBMI seperti International Organization 
Migrant (IOM) yang merupakan lembaga advokasi buruh migran di bawah naungan PBB 
juga belum berhasil.

Hal yang patut disayangkan, kata Miftah, pihak perusahaan jasa TKI PT Cemerlang 
Bintang Sekawan dan seorang calo bernama Tarso di Brebes, Jawa Tengah, yang 
membantu memberangkatkan mereka tidak peduli atas nasib para TKI di Irak itu. 
"Tarso malah terus memperkaya diri dan membangun rumah tingkatnya," kata Miftah 
menyesalkan. [EL, Ant] 

Kirim email ke