Refleksi: Apakah bukan akal pelanduk untuk memperindah nama Pertamina yang terkenal sarang koruptor?
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail&id=11270 Kamis, 23 Okt 2008, Depo Pertamina di Plumpang Target Bom Teroris Libatkan Lima Kaki Tangan Dr Azhari JAKARTA - Penangkapan pelaku teror buron Poso di Jakarta Selasa (21/10) membuka pengakuan baru. Mereka ternyata telah menambah target serangan. Jika selama ini mereka menyarang kepentingan atau orang asing di Indonesia, kini beralih ke aparat pemerintah yang dianggap thogut (lebih dari kafir) yang berperan vital kepentingan ekonomi Indonesia. Informasi terbaru dari penyelidikan polisi terhadap tersangka baru aksi terorisme yang ditangkap di Jakarta dan Bogor pada Selasa (21/10) sangat mengejutkan. Depo (gudang penyimpanan minyak) terbesar milik Pertamina di Plumpang, Jakarta Utara, menjadi target mereka selanjutnya jika saja Detasemen Khusus 88/Mabes Polri terlambat bergerak. "Mereka masih tahap persiapan (serangan). Targetnya Depo Plumpang. Mengapa depo ini, akan kita gali sambil jalan. Kami imbau dukungan semua pihak membantu polisi memberantas teror," kata Wakadiv Humas Brigjen Pol Sulistyo Ishak di Mabes Polri kemarin (22/10). Sayangnya, Sulistyo tidak mengungkapkan secara jelas apa indikasi dan motif para tersangka teroris itu untuk meledakkan Depo Pertamina yang memasok SPBU Se-Jabotabek dan sebagian Jawa Barat itu. Tidak juga diungkapkan adanya temuan dokumen yang berisi denah rencana aksi. Jaringan pelarian Poso yang ditangkap tak hanya tiga orang, tapi berkembang jadi lima. Mereka, seperti diberitakan (Jawa Pos, 24/10), adalah Uci Kayamanya alias Rusli Mardhani alias Wahyu Ramadhan alias Farid alias Zulfikar, lalu Nurhasani alias Hasan (sebelumnya ditulis N), dan Muntasir. Mereka bertiga ditangkap di Jakarta. Bahkan dua diantara mereka, yakni Wahyu dan Muntasir, ditangkap di rumah kontrakan mereka di Jl Gading Sengon, Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, yang hanya berjarak beberapa meter di belakang Depo Plumpang Pertamina. Dua pelaku lain diamankan di Bogor, yaitu Imam Basori alias Basar dan Budiman. Nama terakhir kini dirawat di rumah sakit karena mengidap anemia dan tifus. Polisi juga masih mengejar dua buron berinisial SBRH dan Ab H, yang diperkirakan di luar Jawa. Dari catatan polisi, Uci mempunyai daftar panjang dalam aksi kekerasan dan teror. Dia pernah terlibat konflik Ambon 2002 hingga 2005. Pada 22 Januari 2007, saat tim Mabes Polri melakukan operasi besar-besaran di Poso, dia terlibat kontak tembak dengan polisi. Uci melarikan diri pada 24 Januari 2007 ke Gorontalo dan esok harinya ke Jakarta hingga ditangkap polisi. Dari para pelaku, polisi menyita sebuah pistol NP kaliber 9 mm dengan dua magazine. Lalu peluru 9 mm 27 butir, sebuah laras dan peredam 1 buah, dan serbuk cokelat sejenis TNT dalam jeriken putih 2.675 gram (2,6 kg). Juga ada dokumen jihad dan skema rangkaian bom. "Kami belum menemukan adanya rangkaian bom yang sudah jadi," katanya. Tapi, polisi belum bisa bernapas lega. Pasalnya, polisi menemukan printed circuit board (papan untuk rangkaian elektronik -PCB) sudah lebih sempurna dibanding rangkaian-rangkaian sebelumnya. "Ini mengakibatan pembuatan switching bom lebih cepat dan lebih banyak," tambah jenderal bintang satu itu. Kelompok tersebut juga dipastikan terkait jaringan teror yang selama ini malang melintang di Indonesia di bawah Dr Azahari. Rangkaian bom mereka sama dengan rangkaian bom yang pernah disita Densus 88/Antiteror di Curug, Sukabumi (2003), di Leuwiliang, Bogor (2003), Malang, Jawa Timur (2005), Semarang, Jawa Tengah (2005), dan Wonosobo, Jateng (2006). Lalu juga Jogjakarta dan Solo 2007 serta di Palembang (2008). "Jaringan ini memang pengembangan dari kasus-kasus sebelumnya," imbuhnya. Mereka juga terindikasi terkait dengan kelompok Jundullah di Sulawesi, kelompok Kompak di Kayamanya, Poso, dan kelompok Jamaah Islamiyah yang beroperasi di Ambon, Poso dan Jawa. Mereka juga terkait dengan kelompok Fakta yang dibekuk polisi 1 Juli lalu di Palembang. Pasalnya, ada nama Uci yang bersama Sultan Qolbi alias Asadullah alias Arsyad saat menyerang pos Brimob, di Loki Seram Barat Maluku, Mei 2005 lalu. Asadullah inilah yang memberikan pelatihan teror kepada kelompok Fakta di Palembang sebelum dia ditangkap dan kini dipidana 15 tahun di Ambon. Asadullah masuk Palembang melalui Hasan alias Fajar Taslim dan Ani Sugandi. Kedua nama terakhir juga sudah ditangkap polisi. Sulistyo juga menyebut kelompok ini telah melakukan uji coba membuat bom kimia. "Dari hasil analisa Densus 88 Anti-teror, mereka telah melakukan percobaan penggunaan bahan kimia untuk teror," ungkap nya. Sayangnya, Sulistyo lagi-lagi menolak mengungkapkan lebih jauh tentang uji coba untuk melakukan teror dengan menggunakan bom kimia. Ia hanya menyatakan, dokumen-dokumen perakitan bom dan bahan-bahan yang ditemukan di lokasi penggerebekan menguatkan dugaan kelompok ini sudah melakukan percobaan teror dengan menggunakan bom kimia. "Ini hasil analisa dari Densus setelah melihat dokumen-dokumen perakitan bom dan bahan-bahan yang ditemukan. Jadi bentuk rakitan bom kimianya belum ada. Baru sebatas dukumen-dokumen cara perangkaian bom," jelas Sulistyo. Respons Pertamina Penemuan komponen bom di dekat Depo Plumpang oleh Tim Densus 88 Mabes Polri diapresiasi oleh Pertamina. Kini, manajemen BUMN migas tersebut mengambil tindakan preventif dengan memperketat pengamanan depo yang terletak di wilayah Tanjung Priok tersebut. Vice President Komunikasi PT Pertamina Anang Noor mengatakan, manajemen mengucapkan terima kasih atas kesigapan pihak kepolisian dalam mencegah kejadian tidak diinginkan terhadap Depo Plumpang. Menurut Anang, adanya ancaman keamanan terhadap Depo Plumpang membuat manajemen akan menyiapkan langkah preventif dengan meningkatkan pengamanan terhadap obyek vital milik Pertamina lainnya. "Apalagi, BBM ini kan terkait dengan hajat hidup orang banyak, jadi akan kami upayakan agar pasokannya tetap lancar tanpa gangguan," katanya. Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Achmad Faisal menambahkan, peran Depo Plumpang amat vital dalam menyuplai kebutuhan BBM, pelumas, dan elpiji, khususnya untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, serta sebagian wilayah Jawa Barat. "Plumpang adalah depo terbesar yang dimiliki Pertamina. Jadi, ini memang sangat vital," ujarnya saat dihubungi tadi malam. Depo Pertamina Plumpang merupakan jalur penampungan suplai minyak di wilayah Jakarta sampai sebagian wilayah Jawa Barat. Depo Plumpang menyalurkan berbagai macam produk yaitu premium, kerosene, solar, biosolar, pertamax, dan pertamax plus. Depo itu melayani SPBU se-Jabodetabek atau setidaknya memasok premium ke 600 SPBU dan bahkan menyuplai pertamax hingga ke Bandung. Depo Plumpang menyuplai sebesar 11.000 kiloliter per hari untuk premium, 4.200 kiloliter per hari kerosene, dan solar plus biosolar sebesar 5.100 kiloliter per hari. Depo ini juga menjadi urat nadi penyuplai energi di tiga pulau besar, yakni Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Bahan bakar untuk ketiga pulau ini disebarkan melalui Plumpang. (naz/owi/ki
1224699553b
Description: Binary data