http://www.poskota.co.id/redaksi_baca.asp?id=874&ik=31


Amrozi Cs dan Korban 

Selasa 11 November 2008, Jam: 9:05:00 
"MALING ayam saja langsung dipukuli sampai babak belur, sekarang pelaku 
pengeboman malah jadi artis." Begitu ungkapan seorang pria yang sejak enam 
tahun silam hidup menduda setelah istrinya tewas menjadi korban Bom Bali I. 
Tidak perlu diragukan lagi, ungkapan itu mengandung rasa kesal yang dalam. 
Tetapi tak semua kesal ditujukan kepada Amrozi Cs yang telah menjalani hukuman 
mati di sebuah pelosok hutan di Pulau Nusakambangan Minggu (9/11) dinihari. 

Kesal itu sangat mungkin ditujukan juga kepada masyarakat kita yang salah satu 
elemen di dalamnya adalah pranata media massa. Hingar bingar pemberitaan 
seputar pelaksanaan eksekusi hukuman mati terhadap ketiga pelaku Bom Bali I, 
cenderung berputar di lingkaran para pelaku dan keluarganya. Lebih ekstrim 
lagi, media dituding mempahlawankan Amrozi, Imam Samudra, Ali Ghufron alias 
Muklas, dan sebaliknya abai terhadap nasib keluarga korban terorisme. Liputan 
dengan fokus seperti inilah yang menjadikan para terpidana kasus terorisme 
seolah menjadi artis. 

Sebanyak 202 nyawa melayang pada aksi peledakan bom 12 Oktober 2002 di kawasan 
Legian, Bali. Jumlah korban yang juga banyak melanjutkan hidup mereka dengan 
kondisi cacat lahir maupun batin. Begitu banyak keluarga yang menanggung 
kedukaan akibat aksi tak berperikemanusiaan yang oleh Amrozi Cs dan 
pendukungnya diklaim sebagai bentuk jihad. 

Di antara warga negara asing yang menjadi korban Bom Bali I, WN Australia 
memang yang terbanyak. Tetapi jumlah yang lebih banyak lagi sesungguhnya adalah 
warga negara Indonesia, saudara sebangsa dan setanah air Amrozi Cs. Di antara 
mereka yang terbanyak lagi adalah umat muslim, saudara seagama Amrozi Cs. 

Lalu kepada siapa sesungguhnya aksi teror Amrozi Cs itu hendak ditujukan? 
Mengacu pada keraguan tersebut, keyakinan jihad mereka sungguh layak 
dipertanyakan. Mungkinkah status syuhada diberikan kepada mereka yang tidak 
dimaafkan oleh para korban yang tak bersalah? Majelis Ulama Indonesia 
barangkali berada pada barisan terdepan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan 
itu dan membenahi kekeliruan tersebut. 

Tetapi kesan memperlakukan Amrozi Cs bak selebritis, terlanjur menguat. Bahkan 
ketika jasad mereka diusung menuju permakaman, perlakuan selayaknya pahlawan 
diberikan oleh pendukungnya. Lalu siapa yang peduli dengan para korban dan 
keluarganya? Sudah cukup layakkah perhatian kita berikan kepada mereka yang 
hingga hari ini menanggung derita? 

Terbetik informasi, pemerintah menghabiskan dana hingga Rp 22 miliar untuk 
keperluan seputar pelaksanaan eksekusi hukuman mati Amrozi Cs. Ada sewa 
helikopter untuk membawa jenazah ketiga terpidana ke Lamongan, Jawa Timur, dan 
Serang, Banten, penyediaan ambulan dan fasilitas lain, pengamanan sejak dari 
Cilacap hingga Pulau Nusakambangan, dan sebagainya. Kalau benar sebesar itu 
dana yang dihabiskan, sungguh ironis dengan kondisi sebagian besar keluarga 
korban teroris.*** 

redaksi 

Kirim email ke