PKS Dianggap Jadikan Soeharto Pahlawan
"Ini membuktikan mereka tak peka terhadap korban kemanusiaan."

JAKARTA -- Penempatan mantan presiden Soeharto sebagai pahlawan dan guru bangsa 
kembali menjadi kontroversi. Kali ini pemicunya adalah iklan Partai Keadilan 
Sejahtera yang ditayangkan di beberapa stasiun televisi menyambut peringatan 
Hari Pahlawan 10 November. 
Mantan aktivis yang pernah jadi korban Orde Baru, Budiman Sudjatmiko, mengecam 
keras penayangan iklan PKS yang menempatkan Soeharto sejajar dengan para 
pahlawan nasional, seperti Bung Karno, KH Ahmad Dahlan, Hasyim Asy'ari, M. 
Natsir, Bung Hatta, Jenderal Sudirman, dan Bung Tomo. "Soeharto tidak layak 
menjadi guru bangsa," kata Budiman saat dihubungi kemarin. 
Calon legislator Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu menilai PKS telah 
beralih rupa menjadi partai nonreformis. "Ini membuktikan PKS tidak peka 
terhadap korban kemanusiaan dan kemiskinan akibat korupsi," katanya. "Apakah 
hanya demi kekuasaan, lalu ideologinya pudar?" 
Aktivis 1998 yang kini jadi politikus di PKS, Fahri Hamzah, berpendapat lain. 
Menurut dia, Soeharto tetap pantas dihormati sebagai guru bangsa. "Dia pernah 
mempengaruhi hidup kita," katanya. "Nilai negatif pasti ada, tapi yang harus 
jadi contoh nilai yang positif." 
Tak hanya kali ini iklan PKS mendapat protes. Akhir Oktober lalu, iklan partai 
ini di televisi untuk menyambut peringatan Sumpah Pemuda menimbulkan keberatan 
kalangan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. 
Penyebabnya, PKS dianggap hanya ingin menggaet massa dari kelompok-kelompok 
tersebut dengan menampilkan sosok panutan Muhammadiyah, seperti Ahmad Dahlan, 
dan pendiri NU, Hasyim Asy'ari. 
Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin menyesalkan tindakan PKS itu. Dia 
menegaskan tindakan semacam itu tidak etis. "Ini sangat disayangkan. Apalagi 
iklan tersebut untuk kegiatan politik dalam jangka pendek," ujar Din saat itu.

 
Ketua Pimpinan Pusat Partai Golkar Priyo Budi Santoso, yang juga pernah 
mengusulkan gelar pahlawan untuk Soeharto, mengaku agak terkejut dengan 
gebrakan PKS kali ini. "Kami hargai sikap PKS kalau itu tulus, tapi memang 
terasa agak janggal," katanya. "Mudah-mudahan itu bukan untuk politisasi 
mengail suara." Karena itu, ia minta PKS melakukan langkah konkret dengan 
mengusulkan Soeharto sebagai pahlawan. 
Presiden Partai Keadilan Sejahtera Tifatul Sembiring menegaskan tampilnya 
Soeharto bersama para pahlawan dalam iklan tersebut bukan berarti pengakuan 
partai berbasis Islam itu terhadap kepahlawanan Soeharto. "Soeharto bukan 
pahlawan," ujarnya. "Soeharto itu bagian sejarah yang tidak bisa dihilangkan." 
Tifatul mengakui sosok Soeharto masih jadi perdebatan dalam posisinya sebagai 
pejuang bangsa. Dia juga membantah anggapan bahwa iklan mereka hanya ditujukan 
untuk menggaet kelompok yang masih bersimpati pada Soeharto sekaligus "mencuri" 
massa NU dan Muhammadiyah dalam Pemilu 2009. "Kami tidak punya tujuan seperti 
itu," ujarnya. "Jika pun ada, bukan untuk menggaet kelompok tertentu."TOMI | 
EKO ARI | KURNIASIH BUDI | SOETANA HASIBUAN 
Kontroversi Sebuah Iklan 
Partai Keadilan Sejahtera meluncurkan iklan kontroversial yang ditayangkan di 
sejumlah stasiun televisi. Iklan itu menyejajarkan Soeharto dengan pahlawan 
nasional, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, KH Ahmad Dahlan, dan M. Natsir. 
Iklan ini mendapat banyak kecaman. 
Urusan memuliakan Soeharto, yang oleh banyak kalangan lain masih dianggap 
sebagai "mimpi buruk", sebenarnya juga pernah dilakukan oleh partai ini Januari 
lalu. Saat Soeharto koma, di Rumah Sakit Umum Pertamina, Ketua Majelis Syuro 
PKS Hilmy Aminuddin menulis surat terbuka. Isinya imbauan agar Presiden Susilo 
Bambang Yudhoyono mewakili bangsa Indonesia memberi maaf atas berbagai 
kesalahan Soeharto. 
PENOLAKAN 
Wacana yang diusung Priyo dan Golkar beberapa waktu lalu memicu penolakan dari 
berbagai pihak. Demonstrasi dilakukan para mahasiswa dan kelompok-kelompok 
prodemokrasi, antara lain di Denpasar, Semarang, dan Palembang.

 
YANG MASIH MENGGANJAL SOEHARTO 
Kasus pembantaian massal pascatragedi 30 September 1965 
Kasus penembakan misterius 
Kasus pembantaian Tanjung Priok 
Tragedi pembantaian di Talangsari, Lampung 
Penculikan aktivis 1997-1998 
Berkuasa selama 32 tahun dengan "menguasai" tiga partai politik 
APA KATA IKLAN 
Durasi: 30 detik 
Isi iklan: 
- Dibuka dengan teks: Sang Guru Bangsa 
- Parade gambar para pahlawan, dimulai dari Soekarno, Soeharto, KH Ahmad 
Dahlan, KH Hasyim Asy'ari, M. Natsir, Jenderal Sudirman, Bung Tomo 
- Muncul teks: Terima Kasih Guru Bangsa, Terima Kasih Pahlawan, Kami akan 
melanjutkan langkah 
- Muncul logo PKS 
APA KATA MEREKA 
"Terlepas dari semua kelemahannya, Pak Harto telah memberikan bakti dan jasanya 
yang besar kepada bangsa ini." 
-- Presiden Partai Keadilan Sejahtera Tifatul Sembiring 
"Soeharto tidak memenuhi syarat sebagai pahlawan nasional. Dia tokoh pembangun, 
tapi juga perusak terbesar di negeri ini. Seorang pahlawan tak boleh cacat 
dalam perjuangannya." 
-- Asvi Warman Adam, sejarawan LIPI 
"Mudah-mudahan itu tulus, bukan untuk politisasi mengail suara." 
-- Ketua Fraksi Partai Golkar Priyo Budi Santoso, yang pernah mengusulkan gelar 
pahlawan bagi Soeharto 
"Ini kan belum ada pengajuan resmi." 
--Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang meminta tak ada polemik soal itu 
"Soeharto tidak layak menjadi guru bangsa. PKS sudah bertentangan dengan 
semangat reformasi." 
-- Budiman Sudjatmiko, calon legislator PDI Perjuangan 
Teks: Y. TOMI ARYANTO | EKO ARI | KURNIASIH BUDI
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2008/11/11/headline/krn.20081111.147691.

 id.html



   Salam
Abdul Rohim
http://groups.google.com/group/peduli-jateng?hl=id


      

Kirim email ke