Parlemen Belanda: Dubes Belanda harus hadir di acara Peringatan di Rawagede 9 Desember 2008. Dua hari yang lalu, pada pukul 23.30 saya menerima telepon dari Harry van Bommel dari Belanda. Harry van Bommel, anggota parlemen dari Partai Sosialis, bersama Joël Voordewind dari Partai Uni Kristen dan Harm Waalkens dari Partai Buruh (PvdA) di Hotel JW Marriott, Jakarta, pada 19 Oktober 2008 telah bertemu dengan dua janda korban pembantaian di Rawagede, Ibu Wanti, 84 tahun, Ibu Wisah, 81 tahun dan Pak Sa’ih (86 tahun), korban selamat yang terakhir yang masih hidup. Harry van Bommel menyampaikan informasi mengenai MOSI yang dimajukannya di Parlemen Belanda pada 18 November yang lalu. Dalam mosi tersebut dia mengusulkan agar Duta Besar Kerajaan Belanda menghadiri Peringatan Peristiwa Pembantaian di Rawagede yang akan diselenggarakan di Monumen Rawagede pada 9 Desember 2008 yad (lihat di bawah ini). Mayoritas di parlemen Belanda akhirnya menerima mosi Harry van Bommel sebagai keputusan parlemen. Selain itu, Harry van Bommel juga menyampaikan jawaban Menteri Luar Negeri Belanda, Drs. M.J.M. Verhagen atas surat yang dikirimkannya bersama Joël Voordewind dan Harm Waalkens Di bawah ini saya lampirkan email Harry van Bommel tertanggal 25 Oktober 2008. Bagi yang ingin mengetahui mengenai hal-hal yang sehubungan dengan masalah Indonesia-Belanda, dapat membaca di weblog: http://indonesiadutch.blogspot.com Mengenai pembantaian di Rawagede dan perisitiwa sejarah lain, silakan kunjungi weblog: http://batarahutagalung.blogspot.com Salam, Batara R Hutagalung
================================================== http://www.sp.nl/wereld/nieuwsberichten/6208/081118-ambassadeur_naar_herdenking_bloedbad_in_rawagadeh.html Ambassadeur naar herdenking bloedbad in Rawagadeh 18-11-2008 • Een meerderheid van de Tweede Kamer heeft ingestemd met het voorstel van SP-Kamerlid Van Bommel om de Nederlandse ambassadeur naar de herdenking van de massamoord in het Indonesische plaatsje Rawagadeh te sturen. Van Bommel: ”Ik ben heel blij dat de Kamer wil dat de hoogste vertegenwoordiger van de Nederlandse regering in Indonesië de herdenking bezoekt. Dit kan het langverwachte begin zijn van de erkenning van de misdaden die toen door Nederlandse militairen zijn gepleegd.” De herdenking in Rawagedeh, een klein plaatsje op Java, vindt plaats op 9 december. Op die dag in 1947 vermoordden Nederlandse troepen daar ruim vierhonderd mensen uit wraak omdat zij een Indonesische strijder niet konden vinden in het dorp. Op dit moment is nog een kleine groep nabestaanden van slachtoffers en één overlevende van het drama in leven. Ze vragen om erkenning van de misdaden van toen en om verzoening nu. Zij hebben aangedrongen op aanwezigheid van een hoge vertegenwoordiger uit Nederland op hun herdenking en zien dit als belangrijke stap in het proces van verzoening. De Nederlandse regering is in dit proces zeer terughoudend geweest tot nu toe. Pas in 2007, zestig jaar na de feiten, werd een laaggeplaatste ambtenaar naar de bijeenkomst gestuurd. Van Bommel hoopt dat naast de ambassadeur ook de Nederlandse veteranen, die toentertijd verplicht waren in Indonesië te vechten, de uitgestoken hand van de bevolking aannemen en dat sommigen van hen naar de herdenking in Rawagadeh gaan. “Ik zal het goede nieuws over het bezoek van de ambassadeur persoonlijk aan de vertegenwoordigers van de bevolking van Rawagadeh overbrengen”, aldus Van Bommel. ================================= Terjemahannya (Oleh Sarah Sayekti): Sebagian besar (lihat catatan di bawah) anggota parlemen Belanda sepakat dengan usulan anggota parlemen dari partai Sosialis (SP), van Bommel untuk mengutus Duta Besar Kerajaan Belanda ke peringatan peristiwa pembantaian massal di Rawagede. Van Bommel: “Saya sangat gembira karena parlemen menginginkan agar perwakilan tertinggi pemerintah Belanda di Indonesia menghadiri peringatan tersebut. Hal ini dapat menjadi awal yang telah lama dinantikan, dari pengakuan atas kejahatan-kejahatan yang dilakukan militer Belanda pada saat itu.” Peringatan di Rawagede, sebuah tempat kecil di pulau Jawa, akan dilaksanakan pada tanggal 9 Desember. Di hari itu pada tahun 1947 pasukan Belanda membunuh sekitar empat ratus orang sebagai balas dendam karena mereka tidak dapat menemukan seorang pejuang Indonesia di desa itu. Saat ini hanya ada sekelompok kecil ahli waris dari para korban dan seorang saksi hidup dari peristiwa tersebut yang masih hidup. Mereka menuntut pengakuan atas berbagai tindakan kejahatan dari masa lalu dan perdamaian untuk saat ini. Mereka mendesak perwakilan tertinggi Belanda untuk hadir dalam peringatan dan memandang hal ini sebagai langkah penting dalam proses perdamaian. Pemerintah Belanda sangat tertutup dalam proses ini hingga saat ini. Pada tahun 2007, enam puluh tahun setelah peristiwa, seorang pegawai rendahan diutus untuk menghadiri pertemuan tersebut. Van Bommel berharap bahwa selain Duta Besar, anggota veteran Belanda yang pada saat itu sebagai wajib militer ikut berperang di Indonesia, akan menerima uluran tangan masyarakat dan bahwa sebagian dari mereka akan datang ke peringatan di Rawagede. “Saya akan menyampaikan kabar baik tentang kunjungan Duta Besar tersebut secara pribadi kepada perwakilan dan masyarakat Rawagede. “ Catatan: Harry van Bommel memberi keterangan mengenai partai yang mendukung dan yang tidak mendukung mosi yang disampaikannya di parlemen sebagai berikut: Yang mendukung mosi adalah: Partai van de Arbeid (PvdA)/Partai Buruh, partai koalisi di pemerintah – 33 kursi Christen Unie (CU), Partai koalisi di pemerintah – 6 kursi Socialistische Partij (SP), oposisi – 25 kursi Groen Links (GL)/Hijau-Kiri, oposisi – 7 kursi Democraten 66 (D66) oposisi – 3 kursi Partij voor de dieren (PvdD)/Partai Penyayang Hewan – oposisi – 2 kursi Jumlah: 76 kursi Yang tidak mendukung mosi adalah: Christen Democratisch Appel (CDA) partai koalisi di pemerintah - 41 kursi Volkspartij voor Vrijheid en Democratie (VVD), oposisi – 21 kursi Partij voor de Vrijheid (PVV), oposisi – 9 kursi Staatkundig Gereformeerde Partij, oposisi – 2 kursi Verdonk, oposisi – 1 kursi Jumlah: 74 kursi http://www.tweedekamer.nl/images/18-11-2008_tcm118-176070.pdf TWEEDE KAMER DER STATEN-GENERAAL STEMMINGSUITSLAGEN Dit bestand bevat de stemmingsuitslagen van de stemmingen in de Tweede Kamer. Onder elke pagina is een legenda opgenomen met een verklaring van de gebruikte afkortingen. Bij amendementen die uit meer onderdelen bestaan is de uitslag alleen bij het eerste onderdeel vermeld. Indien de stemmen staken komt dit tot uiting door het opnemen van de in dat geval geconstateerde stemverhouding. 18 november 2008 31 700-V, nr. 31 -de motie-Van Bommel over de aanwezigheid van de Nederlandse ambassadeur op de herdenking in Rawagade A (A = Aangenomen) ====================================== Pada 24 Oktober 2008, sekembalinya dari Jakarta tiga anggota parlemen Belanda, Harry van Bommel (Partai Sosialis), Joël Voordewind (Partai Uni Kristen) dan Harm Waalkens (Partai Buruh) mengirim surat kepada PM Balkenende (disampaikan pada 28 Oktober 2008). Di bawah ini email dari Harry van Bommel, dan jawaban dari Menteri Luar Negeri Belanda, Drs. M.J.M. Verhagen, atas surat ketiga anggota parlemen Belanda tersebut. RE: Follow up of the meeting in Marriott hotel Saturday, October 25, 2008 2:27 PM From: "Bommel van H." <[EMAIL PROTECTED]> To: [EMAIL PROTECTED] Hello Batara, Yesterday the colleagues that attended the meeting and I filed questions to the prime minister in order to stimulate that veterans can go. We want our government to help the veterans in going there by assisting them in the trip and in the airfare. As you can see; we are working on it. Harry --------------------------------------- Jawaban Menlu Verhagen atas surat dari Harry van Bommel, Joël Voordewind dan Harm Waalkens: Aan de Voorzitter van de Tweede Kamer der Staten-Generaal Binnenhof 4 Den Haag Directie Azië en Oceanië Bezuidenhoutseweg 67 Postbus 20061 2500 EB Den Haag Datum 19 november 2008 Behandeld Lucille Merks Kenmerk DAO 744/2008 Telefoon 070 348 62 14 Blad 1/1 Fax Bijlage(n) [EMAIL PROTECTED] Betreft Beantwoording vragen van de leden Van Bommel, Voordewind en Waalkens over massamoord in Rawagedeh in 1947 Naar aanleiding van de schriftelijke vragen van de leden Van Bommel, Voordewind en Waalkens over massamoord in Rawagedeh in 1947, met kenmerk 2008Z05220/2080903820, die werden ingezonden op 28 oktober 2008, wil ik u meedelen, mede namens de minister-president en de minister van Defensie, dat het niet mogelijk is deze vragen binnen de gestelde termijn te beantwoorden. De reden hiervoor is dat de kamervragen samenhangen met een claim van de nabestaanden van Rawagedeh op de Nederlandse Staat. Deze claim is thans in behandeling bij de Landsadvocaat, die over deze kwestie met alle betrokken departementen (Algemene Zaken, Buitenlandse Zaken, Defensie en Justitie) overleg voert. Zodra de benodigde informatie beschikbaar is,wordt de beantwoording u onverwijld aangeboden. De minister van Buitenlandse Zaken, Drs. M.J.M. Verhagen Terjemahannya (Oleh Sarah Sayekti): Sebagai tanggapan atas permohonan tertulis anggota-anggota anda, Van Bommel, Voordewind dan Waalkens berkenaan pembantaian massal di Rawagede pada tahun 1947, dengan nomor registrasi 2008Z05220/2080903820, yang dikirimkan pada 28 Oktober 2008, kami sampaikan, juga atas nama Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan, bahwa tidak mungkin bagi kami untuk menjawab permohonan ini dalam termin yang diajukan. Alasan untuk hal ini adalah bahwa permohonan parlemen berhubungan dengan tuntutan ahli waris dari peristiwa Rawagede terhadap pemerintah Belanda. Tuntutan ini saat ini sedang diproses oleh pengacara nasional, yang sedang membicarakan hal ini dengan semua departemen terkait (urusan umum, luar negeri, pertahanan dan hukum). Segera begitu informasi yang diperlukan tersedia, jawaban akan segera kami berikan kepada anda. Menteri Luar Negeri, Drs. M.J.M. Verhagen