Apaseh ya diposting orang ini? Ada anjing, ada aloh, ada firman, jompo,dan 
tetek laenya. Intinya anda iri tdk bisa menjadi anjing yg bs tidur seranjang dg 
majikanya yg bohai, iri tdk bs mengalahkan anjing dlm hal kesetiaan, iri dg 
anjing karena makananya kalah mahal, iri karena anda tdk boleh pegang anjing, 
iri dg anjing karena anda tdk mampu mengendus narkoba, yg jelas anjing tdk 
mengenal firman2 yg  menyesatkan atau ayat2 yg setengah jadi itu. Orang eropah 
ato US masih jauh lebìh manusiawi dari orang arab yg konon disana wahyu tuhan 
turun utk menebar teror, karena realitanya pembantu2 pada digebukin, diperkosa, 
dan disiksa. Jelas menjadi anjing di eropa lebih mengasikan daripada menjadi 
manusia di arab yg slalu disiksa dan dilaknat,  karena itulah kenapa anda benci 
anjing karena anda ingin seperti anjing di eropah, yang disayang2, dielus2, dan 
diberi makan uenak. Karena itu janganlah iri dg anjing, yg jelas anjing tdk 
akan memperkosa dan membunuh dg kejam. Pesan saya, jadilah anjing jika ingin 
disayang, belajarlah mulai sekarang makan tulang. Selamat mencoba 


-original message-
Subject: [zamanku] Tanda-tanda Kehancuran Masyarakat Barat
From: "jhon ardian" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: 05/12/2008 9:40 am



 

Dr. Daud
Rasyid



Tanda-tanda Kehancuran Masyarakat Barat



Mereka hidup tanpa nilai. Tidak ada yang mereka tunggu
kecuali kehancuran dan kepunahan. 

Firman Allah Azza wajalla:

ومن أعرض عن ذكري فإن له معيشة ضنكا ونحشره
يوم القيامة أعمى

“Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingatKu, maka
sungguh baginya kehidupan yang sempit dan Kami bangkitkan dia pada hari Kiamat
dalam keadaan buta.” (Thaha 124)

Siapa saja yang mengamati kehidupan masyarakat Barat,
apalagi mereka yang tinggal lama di sana dan tidak larut dalam kehidupan Barat,
akan mengetahui bahwa masyarakat tersebut sedang mengalami krisis kemanusiaan
yang berkepanjangan.

Mereka tengah berjalan menuju arah keruntuhan dan
kehilangan fondasi kemanusiaan. Itu disebabkan karena mereka tenggelam dalam
arus materialisme sebagai Tuhan baru di dunia Barat. Nilai-nilai Robbani
tercabut dari hati manusia yang tidak hidup di atas hidayah. Mereka akhirnya
hidup dalam kegelapan yang mencekam. Berjalan sebisanya, kadang membentur ke
kanan dan ke kiri. Persis seperti manusia mabuk dan sempoyongan.

Berikut ini beberapa fenomena kehancuran kehidupan
masyarakat Barat yang penting dicermati:

Anjing sahabat setia

Sudah menjadi kultur masyarakat Barat, akrab dengan hewan
yang namanya anjing. Berbagai jenis anjing mereka pelihara sesuai dengan selera
masing-masing. Sepintas lalu, orang terkagum-kagum pada masyarakat Barat dalam
soal yang satu ini. Mereka menilai bahwa ini merupakan kemajuan masyarakat
Barat yang sayang kepada hewan.

Sesungguhnya, penilaian seperti ini muncul karena tidak
menelusuri jalan hidup mereka dengan dunia yang serba gemerlap dengan
materialisme. Keterikatan mereka pada anjing sudah sedemikian rupa
sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa 'No life without dog' (tak ada
kehidupan tanpa anjing). Padahal untuk memelihara anjing di sana, memerlukan
biaya yang tak sedikit. Daging yang dikonsumsi anjing mereka lebih mahal dari
daging yang dimakan manusia.

Jika kita amati lebih mendalam, kita akan dapati bahwa
keakraban mereka dengan anjing adalah salah satu malapetaka kemanusiaan yang
dialami insan Eropa, dimana mereka sudah tak percaya lagi bersahabat dengan
manusia. Bahkan tidak percaya pada anak sendiri.

Mereka merasa lebih percaya kepada anjing daripada
manusia. Mereka lebih mau memelihara anjing dan hidup bersama anjing daripada
hidup serumah dengan anak atau suami. Jadi memelihara anjing adalah pelarian
alias frustrasi pada manusia.

Kenapa? Karena dari pengalaman hidupnya, mereka merasakan
hidup bersama dengan manusia, hanya menimbulkan banyak persoalan yang tidak
sederhana, baik dengan pasangan hidup maupun anak keturunan sendiri. Yang
didapat bukan ketenangan, justru kesengsaraan. Inilah krisis kemanusiaan di
Barat.



Berapa banyak orang-orang berusia tua tinggal bersama anjingnya di rumah.
Anjing itu betul-betul menjadi teman hidup. Bahkan dibawa tidur bersama. Ini
karena kultur di Barat, anak-anak yang sudah besar tidak mau tinggal bersama
orang tuanya. Orangtua tinggal sendiri di rumahnya. Anak-anaknya tinggal
terpisah dengan keluarganya sendiri, di luar kota atau dalam satu kota.

Penulis sering sekali menjumpai nenek (kira-kira di atas
70 tahun) yang berjalan naik kereta sendirian berkunjung ke rumah anaknya yang
tinggal di kota lain. Akibat kesepian seperti ini, orang yang sudah berusia
lanjut merasa sedih dan kesepian tinggal sendirian.

Secara materi, orang-orang tua yang sudah tidak bekerja
lagi memang mendapatkan santunan (benefit) dari negara yang cukup untuk
keperluan hidupnya. Tetapi, ada aspek lain dari hidupnya yang tak terpenuhi,
yaitu kejiwaan dan ruhiyahnya.

Sesungguhnya, batin mereka berontak. Hati mereka
merindukan hidup dengan anak dan cucunya. Namun itu tak mungkin terjadi dalam
kultur mereka. Inilah yang menyebabkan pelarian kerinduan kepada binatang
seperti anjing.



Kenapa harus anjing? Itu juga pertanyaan menarik. Karena hewan ini memang
memiliki unsur kesetiakawanan yang baik dengan tuannya. Jadi, si nenek tadi
mencurahkan kasih sayangnya kepada anjing, karena ia tidak dapat mencurahkannya
kepada manusia, sekalipun itu anak atau cucunya sendiri.

Ada yang lebih parah dari itu, anak menitipkan
orangtuanya di Panti jompo, bersama orang-orang tua lanjut usia lainnya. Panti
ini dibayar dan di sana ada pegawai yang bekerja melayani dan menjaga mereka.
Kalau di antara mereka ada yang mau ke toilet, ada yang menuntun. Kalau mau
mandi, ada yang memandikan. Kalau ingin sesuatu, ada yang melayaninya. Tetapi
apakah dengan begini, batin mereka terpuaskan? Tidak. Jelas tidak.

Program di Panti itu, ialah senam dan musik yang
sesungguhnya bukan membantu menenangkan jiwa, tetapi justru menambah keruh
pikiran mereka. Apa yang mereka butuhkan, tidak sesuai dengan apa yang mereka
dapatkan. Kadang pikiran kita bertanya-tanya, kenapa begitu teganya seorang
anak menitipkan orangtuanya di Panti jompo? Apakah ia tidak merasa bahwa orang
tua seperti itu membutuhkan kasih sayang anak?

Sekedar kelakar, tapi ini bisa juga merupakan hakikat
sebenarnya, bahwa dulu waktu si ibu masih muda, ia punya anak atau bayi yang
masih kecil. Ia titipkan buah hati dan kesayangannya ke penitipan anak. Saat
anak masih bayi sedang merindukan kasih sayang ibu, tetapi karena tuntutan
dunia dan mengejar materi, sang ibu tega meninggalkan anaknya di penitipan.

Apa yang terjadi setelah waktu berlalu puluhan tahun?
Maka pada saat si ibu sudah tua renta, giliran ia dititipkan oleh anaknya di
Panti Jompo. Jadi impas (seri), bukan? Na'zu billah min zalik. Sesuatu yang
harusnya tidak boleh terjadi, jika manusia berada di atas jalan Hidayah.

Rasul Saw pernah bersabda :

من لا يرحم لا يرحم

Barangsiapa yang tidak mengasihani, ia tidak dikasihani.

Dan sabda Beliau Saw:

ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء

“Sayangilah orang yang ada di bumi, niscaya kamu disayangi oleh yang ada di
langit”.

Membalas kasih orang tua

Firman Allah Subhanah wata’ala:

وقضى ربك ألا تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحسانا إما يبلغن عندك الكبر أحدهما أو 
كلاهما فلا تقل لهما أف ولا تنهرهما وقل لهما قولا كريما.

“Dan Robbmu telah menetapkan agar kamu tidak menyembah kecuali hanya Dia, dan
kepada dua orangtuamu berbuat baiklah. Jika salah seorang dari mereka sudah
lanjut usia atau kedua-duanya, maka janganlah engkau katakan padanya ‘Ah’, dan 
jangan bersuara keras
kepada mereka, dan ucapkanlah perkataan yang mulia.” (Al-Isra’:23)

Berbeda total dengan pandangan hidup Barat, Islam
menanamkan rasa kasih sayang kepada anak sejak ia masih kecil. Ibu mencurahkan
kasih sayangnya kepada bayinya, dengan menyusui, mengurus dan membesarkan.
Waktu si Ibu memang dihabiskan untuk mengurus anaknya. Bahkan penderitaan sudah
dirasakan ibu sejak janin dalam kandungan.

Firman Allah Swt. 

حملته أمه وهنا على وهن وفصاله في عامين.

(ia dikandung oleh ibunya dalam penderitaan demi penderitaan, dan memisahnya
dalam usia dua tahun).

Ketika si ibu sudah tua, maka anaknya yang sudah dewasa
gantian ingin membalas jasa si ibu. Giliran Ibunya diurus oleh si anak. Ibu
tinggal menumpang di rumah anaknya, hidup bersama cucu-cucunya. Ketawa dan
gembira bersama mereka.

Bila sakit, ia dirawat oleh anaknya. Ketika terasa jenuh
di rumah anak yang satu, ia pindah ke anak yang lain. Ia diperlakukan sama oleh
anak dan cucunya yang lain. Ia disambut, dilayani dan diurus oleh anak dan
cucunya.

Mereka bersama-sama menghambakan dirinya kepada Allah
Swt. Betapa indahnya hidup di bawah naungan ajaran Islam. Andaikan orang di
luar Islam mengetahuinya, niscaya mereka akan cemburu pada ajaran mulia ini.

Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk mulia,
seharusnya menjadi sahabat dan teman untuk menjalankan hidup sesama komunitas
manusia, saling membantu, menolong, saling bertukar pikiran, bahkan saling 
menunjang
untuk mencapai tujuan hidup mengabdi kepada Allah Robbul alamin.

Manusia seharusnya mencari temannya sesama manusia, bukan
saling menjauhi.

Di masyarakat barat, anjing diperlakukan seperti manusia,
layaknya teman, diajak bicara, diperintah, dititipi pesan, dan seterusnya.
Mereka mengasuhnya seperti mengasuh anak, dimandikan, dikasih makanan. Bahkan,
daging yang dimakan anjing, tidak sembarangan. Ada standar khusus, harganya
lebih mahal dari harga daging biasa yang dikonsumsi manusia.

Anjing harus dibawa berjalan keluar rumah sampai 3 kali
sehari. Jika tidak, ia mengalami stress. Anjing dimandikan, dibawa tidur,
mendampingi tuannya terus menerus, hingga dibawa piknik, naik mobil, kereta,
dan tiketnya dibelikan khusus, dihitung sebagai penumpang.

Ini semua merupakan fenomena kehancuran kemanusiaan di
Barat. Manusia tidak percaya lagi kepada anaknya, dia lebih suka membesarkan
dan merawat anjing dari merawat anaknya. Ini juga merupakan bukti bahwa manusia
membutuhkan makhluk yang hidup bersama dengannya. Ketika makhluk itu tidak
didapatkan dari jenis manusia, anjing pun tak mengapa sebagai penggantinya. La
hawla wala quwwata illa billah.

Gereja kosong

Fenomena lain yang tak kalah mengherankan di barat ialah
kosongnya tempat ibadah (gereja). Gereja hanya dikunjungi untuk tiga acara,
pertama kelahiran anak, kedua ketika seseorang menikah, dan yang terakhir,
ketika ada yang meninggal. Selain itu mereka tidak lagi datang ke gereja.

Gereja mirip museum, tempat peninggalan benda-benda tua
bersejarah. Yang datang ke gereja, jikapun ada, hanyalah kakek-kakek dan
nenek-nenek tua bertongkat dan jalan terpapah-papah.

Ini menunjukkan insan barat sudah meninggalkan agamanya
secara massal. Jika kalangan mudanya ditanya, “What is your religion?” (apakah
agama Anda?). Mereka menjawab : 'football’ (bola kaki).

Mereka meninggalkan gereja, karena agamanya dirasakan
tidak memberi kepuasan bagi hidup mereka dan tidak lagi mereka butuhkan. Hal
itu seiring dengan arus materialisme yang semakin deras di barat, arus
hedonisme yang makin kencang.

Manusia disibukkan dengan kegiatan mengejar uang dan
memburu materi untuk kesenangan hidup atau untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Semakin banyak tuntutan hidup yang dibutuhkan, semakin menuntut kerja keras
untuk membayar kebutuhan itu. Mulai dari sewa rumah yang sangat tinggi,
misalnya di London, kawasan pinggiran saja besarnya sewa rumah sekitar £1000
sebulan.

Begitu pun dengan kebutuhan transport, makanan, pakaian,
perhiasan, pendidikan, piknik, dst, menyebabkan manusia harus habis-habisan
berjuang mendapatkan pembayar kebutuhan hidup itu.

Lain lagi kesenangan syahwat dan hawa nafsu yang semakin
menyebabkan mereka meninggalkan agamanya. Karena mahalnya living cost di
negara-negara barat, sehingga mendorong mereka untuk hidup dengan pasangannya 
tanpa
ikatan pernikahan.

Menurut mereka, nikah mememunculkan tuntutan-tuntutan dan
kewajiban. Sementara, mereka tidak ingin diikat dengan kewajiban, namun hawa
nafsunya terlampiaskan dengan lawan jenis yang berpandangan serupa. Akhirnya
mereka menemukan pasangan hidup yang sejalan dengan pola pikirnya, lalu
merekapun hidup serumah tanpa ikatan pernikahan. Saling memuaskan dan tidak
saling memberatkan.

Kekeluargaan yang rapuh

Sungguh memilukan, ikatan kekeluargaan di barat sangat
rapuh. Perceraian gampang terjadi. Salah satu yang mendorong mereka untuk hidup
kumpul kebo, adalah rapuhnya kehidupan berumah tangga. Jika terjadi
perselisihan di antara satu pasangan lelaki dan perempuan, maka mereka dengan
mudah saja bubar. Lelaki pergi ke utara dan perempuannya ke selatan. Tinggal
angkat koper saja.

Adapun jika mereka menikah secara resmi dengan perjanjian
yang disahkan oleh negara, maka ketika terjadi perpecahan, harta yang mereka
cari akan dibagi dua, seperti rumah, kendaraan dan lain sebagainya. Urusannya
juga tak gampang, berhubungan dengan pengadilan dan seterusnya.

Bahkan mereka yang resmi menikahpun, sering melakukan
perjanjian tertulis, tentang jumlah anak yang disepakati. Bahkan, ada juga yang
sama-sama berjanji untuk tidak punya anak. Jadi secara umum, kultur masyarakat
barat masa sekarang ini cenderung tidak menginginkan anak. Kalaupun mau, sangat
mereka batasi, cukup satu atau maksimal dua.

Pikiran mereka ini didasarkan pada ideologi pragmatis dan
individualis. Dengan punya anak, seseorang akan merasa direpotkan. Mulai anak
itu dalam kandungan, ketika lahir, kemudian membesarkannya, menyekolahkannya,
sampai anak tersebut beranjak dewasa.

Mereka menganggap kehidupan seperti itu sungguh
merepotkan. Sementara mereka tidak mau repot. Merasa enjoy hidup sendiri.
Memasak untuk sendiri, bekerja untuk dinikmati sendiri, lapar tanggung sendiri.
Kalaupun mereka punya pasangan, pasangan itupun memiliki visi serupa juga.

Demikianlah mereka hidup. Bandingkan dengan Islam yang
memandang pernikahan sebagai sarana meraih ketenangan, damai dan kemesraan.
Firman Allah Swt:

ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحمة إن في 
ذلك لآيات لقوم يتفكرون.

“Di antara tanda-tanda kebesaranNya, Ia menjadikan untuk
kamu dari dirimu pasangan agar kamu mendapatkan ketenangan darinya. Dan Ia
menjadikan di antara kamu kasih sayang dan belas kasihan. Sesunggunya dalam
demikian itu terdapat ayat bagi kaum yang berpikir.” (Ar-Ruum: 21)

Lalu pada masa yang akan datang, akan tiba waktunya
kepunahan populasi orang Eropa. Sebab mereka yang hidup sekarang, tidak
diteruskan oleh generasi penggantinya. Alhamdulillah, alladzi hadana ilal
Islaam. (Segala puji bagi Allah yang menunjuki kita hidup didalam islam).

 




      Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

Kirim email ke