http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=969:mencegah-pikun-sejak-dini-&catid=131:artikel&Itemid=188

      Mencegah Pikun Sejak Dini  
      Oleh : Arihta  Pandia, S.Si, Apt.

      SEBAGAIMANA organ tubuh yang lain, maka otak manusia juga mengalami 
penurunan fungsi seiring bertambahnya usia.

      Akibat dari penurunan fungsi otak salah satunya adalah timbulnya gangguan 
daya ingat atau intelegensia yang dalam bahasa medis disebut demensia atau yang 
biasa kita kenal dengan istilah pikun. Untuk mereka yang sudah memasuki usia 
tua, pikun adalah kondisi yang wajar yang biasa dialami, meski ada juga 
kepikunan yang terjadi karena penyakit yang merusak jaringan otak seperti 
Alzheimer.

      Kepikunan bisa menggejala secara ringan saja  seperti lupa dimana 
meletakkan barang, lupa nama seseorang dan sebagainya. 

      Namun pada pikun yang parah, penderita bisa tidak mengenali siapa 
dirinya, keluarganya dan  lingkungannya sehingga sangat tergantung pada orang 
lain. Ini biasanya terjadi pada kepikunan yang disebabkan penyakit baik 
penyakit Alzheimer atau penyakit atheroskelerosis (sumbatan pada pembuluh 
darah).

      Merangsang Otak

      Berbeda dengan mesin yang jika semakin sering digunakan maka mesin 
tersebut akan semakin cepat 'aus', maka pada otak justru berlaku kebalikannya.


      Semakin tua seseorang, otaknya memang akan mengalami berbagai perubahan 
struktur maupun kimiawi yang khas sehingga fungsi maksimalnya menurun, tetapi 
tingkat 'keausan' otak justru bisa diperlambat bila otak semakin banyak dan 
sering digunakan.

      Begitu pula penerapan pola hidup sehat dengan berolah raga yang cukup dan 
mengkonsumsi menu yang seimbang serta jauh dari rokok, alkohol dan zat-zat 
terlarang, akan turut  membantu memaksimalkan fungsi otak untuk waktu yang 
lebih lama. 

      Jadi, terus belajar dan banyak melakukan aktivitas yang bermanfaat 
merupakan kunci stimulasi terhadap otak, karena dari stimulasi inilah sel-sel 
syaraf otak terus dirangsang untuk hidup, aktif dan berkembang. Dengan terus 
menstimulasi otak, kemungkinan terjadinya sumbatan, lesi (luka), bahkan 
luruhnya sel-sel otak (yang biasa terjadi pada sel-sel yang lama tidak 
digunakan) bisa diminimalkan.

      Fungsi otak dapat dirinci dan dipilah-pilah. Fungsi otak belahan kiri 
berpusat pada urusan kemampuan baca-hitung tulis yang logis analitis. Sementara 
otak belahan kanan berperan pada urusan pemantauan dan perlindungan diri 
terhadap lingku-ngan, sosialisasi, spiritual, musik, kesenian, pribahasa dan 
emosi. 

      Aktivitas dua belahan ini dikordinasi secara fisiologis melalui serabut 
syaraf yang berfungsi menjadi jembatan komunikasi antara kedua belahan otak. 

      Jembatan ini memungkinkan orang menggunakan kedua belahan otak secara 
bergantian maupun komp-lementer. Dan semakin banyak aktivitas yang merang-sang 
sel-sel  syaraf otak kiri dan kanan, juga merangsang 'hidupnya' jembatan syaraf 
sehingga membuat penggunaan otak secara keseluruhan menjadi semakin maksimal 
dan kepikunan pun dapat diperlambat.
      Hanya 20 persen

      Sepanjang umur, umumnya manusia hanya meng-gunakan tak lebih 20 persen 
dari kemampuan otaknya. Sebanyak 80 persen lagi hilang dan luruh seiring tak 
termanfaatkannya sel-sel otak sejak masa balita. Namun dalam memanfaatkan yang 
20 persen ini pun tidak banyak orang yang bisa mencapai taraf maksimal, 
terbukti dari terdapatnya jutaan orang yang mengalami kepikunan di dunia ini. 

      Di Indonesia, hingga saat ini diketahui ada sekitar 15 juta jiwa  
penduduk usia manula dan 15 persen diantaranya mengalami kepikunan.

      Umumnya, fungsi otak belahan kanan memang lebih cepat menurun. Daya ingat 
visual yang menurun membuat orangtua mudah lupa wajah orang, sulit 
berkonsentrasi dan cepat beralih perhatian. Selain itu, juga terjadi kelambanan 
pada tugas motorik sederhana seperti berjalan, berlari, membuka dan menutup 
telapak tangan dan banyak lagi.

      Stimulasi untuk meningkatkan kemampuan otak belahan kanan perlu diberikan 
porsi yang memadai, berupa latihan atau permainan yang prosedurnya membutuhkan 
konsentrasi atau memori visual termasuk melakukan aktivitas seperti banyak 
bergaul, bersilaturrahmi, aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial dan sebagainya.

      Sementara fungsi otak kiri bisa dimaksimalkan dengan melakukan 
aktivitas-aktivitas rutin secara kontinyu, seperti membaca Al-Qur'an, menulis 
buku harian, membaca buku bahkan sekedar melakukan kegiatan-kegiatan rutin 
rumah tangga seperti memasak, membetulkan pagar dan sebagainya.
      Penyakit  Alzheimer

      Berikut ini adalah sepuluh gejala dini penyakit Alzheimer yang harus 
diwaspadai. Siapa tahu gejala-gejala tersebut telah menghinggapi diri kita.

      1.     Gangguan daya ingat: lupa janji, lupa nama     orang, lupa teman, 
tidak dapat mengingat kejadian baru atau pembicaraan.
      2.    Kesulitan melakukan aktivitas/pekerjaan sehari-hari.
      3.    Kesulitan berbahasa: sulit menemukan kata yang tepat, sulit 
mengerti pembicaraan.
      4.     Disorientasi waktu dan tempat, tidak mengenal tanggal, bulan, 
tahun dan lingkungannya.
      5.     Kemampuan penilaian/pengambilan keputusan yang menurun; gangguan 
penilaian sosial dan penampilan diri yang jelek.
      6.     Kesulitan berpikir abstrak, kesulitan perhitungan sederhana, 
membaca kalender, mengurus buku cek atau giro bank.
      7.     Lupa dan salah meletakkan barang.
      8.     Perubahan alam perasaan atau prilaku, mudah sedih, gelisah, curiga 
dan agresif.
      9.     Perubahan kepribadian, apatis, kurang spontanitas, menarik diri 
dari interaksi sosial.
      10. Hilangnya inisiatif dan minat, mulai mening-galkan hobi/kesenangan 
yang sebelumnya diminati.

      Mencegah pikun

      Setidaknya ada tiga jalan yang bisa dilakukan sejak usia muda untuk 
memperlambat atau mencegah datangnya pikun. Pertama, ingat prinsip: "belajar 
selama hayat dikandung badan." Artinya, jangan pernah berhenti belajar. 

      Teruslah rangsang atau stimulasi otak kita dengan cara banyak membaca, 
menulis dan kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan aktivitas otak, misalnya 
menghapal,  adalah resep mujarab meng-hindari pikun. 

      Seandainya anda kini merasa membutuhkan upaya yang jauh lebih keras untuk 
memahami isi bacaan dibanding sekian tahun yang lalu, jangan sedih. Upaya 
tersebut bagaimanapun jauh lebih baik daripada membiarkan otak menganggur.

      Kedua, aktiflah bermasyarakat. Membina hubungan dengan orang lain 
merupakan satu upaya untuk tetap memfungsikan otak kanan. Segala aktivitas bisa 
dilakoni baik aktivitas yang bersifat 'mengambil' peran maupun 'memberi' peran.

      Ketiga, jalani hidup sehat. Selalu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan 
seimbang, tidak merokok, tidak meminum minuman keras, serta rutin berolah raga 
adalah modal utama kita dalam memasuki masa tua dengan penuh manfaat dan jauh 
dari kepikunan. ***
     

<<pikun.jpg>>

Kirim email ke