Benarkah? Bukankah PKS inginnya membentuk Poros Jakarta - Riyadh?



  ----- Original Message ----- 
  From: Harry fadil 
  To: mediac...@yahoogroups.com 
  Cc: PKB 
  Sent: Tuesday, December 23, 2008 2:34 AM
  Subject: [mediacare] Gus Im: "PKS Mainan Baru Amerika"


          
        Gus Im: "PKS Mainan Baru Amerika"

        20 Desember 2008 17:33:07

        Analisis menarik tentang fenomena PKS dikemukakan pengamat politik 
internasional KH Hasyim Wahid (Gus Iim). Gus Im menyatakan, Partai Keadilan 
Sejahtera (PKS), salah satu partai politik berbasis Islam yang mulai berkembang 
luas di Indonesia hanyalah mainan baru Amerika Serikat.

        Dikatakannya, keadaan dunia berubah pasca perang dingin. Dunia menjadi 
kawasan pasar bebas sehingga dikehendakilah masyarakat yang pro pasar. 
Sementara kelompok Islam tradisionalis dan modernis dianggap terlalu nasionalis 
untuk bisa menyesuaikan diri dengan pasar bebas. "Maka dimunculkanlah Islam 
baru yang namanya PKS, yang lebih sesuai dengan pasar global," katanya.


        Gus Iim berbicara dalam acara refleksi akhir tahun bertajuk NU dalam 
Konstalasi Politik Nasional yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Ikatan 
Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau IKA-PMII di aula 
gedung PBNU Jakarta, Kamis (18/12).


        Menurut adik kandung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini, sebagai 
organisasi yang berjenjang global, PKS terpolarisasi dalam beberapa kelompok. 
"Di dalamnya memang retak-retak. Yang satu berkiblat ke Departemen Luar Negeri 
Amerika, satu lagi terkait dengan DI/TII tapi semuanya Amerika juga," katanya.


        Tidak Ada Reformasi


        Menurut Gus Iim, reformasi Indonesia sebenarnya tidak ada. Yang ada 
hanyalah peristiwa penjatuhan Soeharto oleh Amerika Serikat. Menurutnya, pasca 
perang dingin Amerika sudah tidak perlu lagi "centeng" di beberapa negara, 
termasuk Soeharto.



        "Gelombang demokratisasi itu sebenarnya tidak ada. yang ada adalah 
cerita bahwa Amerika sedang sibuk membawa pembaharuan pengelolaan ekonomi di 
negara kaya minyak dan mineral," katanya.


        Bersamaan dengan itu kelompok Islam tradisionalis dan modernis dianggap 
sudah tidak dibutuhkan.


        Dikatakannya, sebelumnya memang dimunculkan dikotomi Islam 
tradisionalis dan Islam modernis. Islam yang tradisionalis dalam hal ini 
diwakili oleh Nahdlatul Ulama (NU) disingkirkan. Kelompok yang identik dengan 
kaum sarungan ini dianggap tidak layak turut serta dalam pembangunan ekonomi 
sehingga dianggap tidak berhak mendapatkan akses.



        Namun, lanjut Gus Iim, meski tak mendapat akses langsung, kelompok 
tradisionalis bergerak dan berkembang terus. Anak-anak dari kelompok sarungan 
ini belajar berbagai macam disiplin ilmu, selain ilmu keagamaan, sehingga bisa 
beraktifitas di mana-mana. (Alf/Diolah dari NUOnline) 




------------------------------------------------------------------------------
  New Email addresses available on Yahoo! 
  Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
  Hurry before someone else does!

   

Kirim email ke