http://gantyo.blog.mediaindonesia.com/2008/12/20/megawati-pintar-bicara-blak-blakan-di-kick-andy/
Megawati Pintar Bicara Blak-blakan di Kick Andy Catatan Gantyo Koespradono GEKA-WRITENOW (Sabtu 20 Desember 2008): Megawati Soekarnoputri untuk kali yang pertama "berani" tampil diwawancara secara khusus di televisi. Dia bicara blak-blakan di Kick Andy Metro TV. Tidak seperti disangka banyak orang, Megawati ternyata pintar bicara, luwes, dan komunikatif. Namun dia mengaku keras kepala. Tampil mengenakan gaun berwarna dominan merah, Megawati muncul menemui Andy Noya, host Kick Andy, disambut dengan tepuk tangan meriah dari para penonton yang hadir di studio. Terlihat di studio, Taufik Kiemas, suami Megawati, putri Megawati, Maharani, Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Pramono Anung, aktor Rano Karno yang kini menjadi wakil bupati, dan para kader PDIP. Apa yang melatarbelakangi Megawati bersedia tampil di televisi dan diwawancarai Andy Noya di Kick Andy? Karena acara Kick Andy sangat bagus, menarik, dan Andy Noya punya peran yang objektif saat mewawancarai nara sumber. Setidaknya itulah jawaban yang dikemukakan Megawati. Masyarakat selama ini mengenal Megawati, baik saat menjadi wakil presiden, presiden, maupun ketua umum Dewan Pimpinan Pusat PDIP sangat alergi terhadap pers. Wajar jika muncul stigma seperti itu di masyarakat, sebab Megawati memang tak gampang diawancara oleh wartawan. Karena itu tampilnya di Kick Andy pada Jumat (19 Desember) malam dan bicara blak-blakan di sana merupakan kejutan tersendiri. Beralasan pula jika Metro TV menampilkan wawancara Megawati di Kick Andy itu dalam dua episode. Benarkah Megawati antipati terhadap pers? Ternyata tidak juga. "Saat saya menjadi presiden, saya menerapkan pers yang bebas. Tapi kebebasan itu jangan dibuat untuk mempermainkan orang," kata Megawati yang dari jawabannya tersirat banyak media massa cetak maupun elektronik yang menyalahgunakan kebebasan yang dimilikinya. Megawati mengatakan, sekarang ini dia hidup seperti di dua dunia. Dunia pertama adalah sebagai mantan presiden dan ketua umum PDIP yang harus sering turun ke bawah menyapa rakyat. Sedangkan dunia keduanya adalah sebagai sosok yang "harus berperan serba glamour." Sebagai ketua umum PDIP, katanya, "saya dipanggil dan terpanggil harus berbunyi (berbicara). Saya sudah sering berbunyi saat saya ke daerah. Sebagai ketua umum partai, saya telah berbicara kepada rakyat, jutaan orang saya salami. Saya pernah bersalaman dengan penderita lepra, juga penerita HIV/AIDS." Secara bergurau, mengomentari Andy Noya, kenyataan itulah yang membuat dirinya sekarang tampak langsing. Lha gimana tidak langsing, "Saya disuruh sekjen partai pergi ke mana-mana, bertemu dengan banyak orang, terutama bertemu dengan petani," kata Megawati. Kenyataan itulah yang mungkin disebut Megawati bahwa dia berada di dunia glamour, sehingga muncul tudingan dia ternyata juga menebar pesona. Sebuah istilah yang pernah dipopulerkan pers yang bersumber dari pernyataannya. "Saya kok dibilang tebar pesona. Kata tebar pesona, kan milik saya. Kalau mau menyindir saya, eh cari kata-kata lain, di kamus, kan banyak," ujar Megawati. Dia tertawa renyah. Lebih dari satu kali dalam sebulan dia berkunjung ke daerah, menyapa masyarakat. Dalam tahun 2007, tercatat Megawati turun ke bawah bertatap muka dengan para kader PDIP dan petani sebanyak 10 kali. Ke daerah dia menyosialisasikan keputusan-keputusan partai yang dipimpinnnya. Namun Megawati menolak jika kunjungannya ke daerah itu dituding bahwa dia melakukan safari politik. "Saya tidak melakukan safari politik, lebih tepat kalau disebut silaturahmi. Safari, kan identik dengan berburu dan membunuh binatang. Lalu tudingan dia mencuri start berkampanye sebagai calon presiden? "Naif jika saya dikatakan mencuri start. Saya datang ke daerah karena diminta. Buat saya lebih senang jika mereka yang datang. Datang ramai-ramai, kan enak," kata Megawati. Megawati berambisi menjadi presiden? Menjawab pertanyaan ini, dia mengatakan, partai bukanlah perusahaan, tapi alat perjuangan. Karena ingin berjuang demi bangsa dan negara, caranya adalah dengan menjadi presiden. Dengan menjadi presiden, Megawati juga ingin memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, di samping bercita-cita agar proses politik di negeri ini berjalan lebih baik. Pasalnya, menurut Megawati, banyak pemimpin di negeri ini yang telah membuat kesepakatan-kesepakatan, tapi sering diingkari. Megawati pada kesempatan tersebut juga menjelaskan bahwa dirinya dicalonkan oleh partainya sebagai calon presiden juga tidak sembarangan. "Ketika partai mencalonkan saya sebagai calon presiden dalam kongres di Bali, saya tidak jawab. Saat munas, saya juga masih diam. Semuanya baru saya jawab saat rapim di Jakarta," katanya. Megawati menegaskan, dia bersedia dicalonkan bukan untuk mencari keududukan atau jabatan presiden, tapi belajar mencoba untuk mendengar apa yang disuarakan rakyat. Menurut dia, akan menjadi susah kalau kita tidak bisa melihat dengan jernih apa yang disuarakan rakyat. "Kita harus konsisten dalam berjuang. Politik itu tidak kotor. Bukan politik yang kotor, tapi orangnya yang kotor," tutur Megawati. Karena itu dia mengaku tidak habis mengerti mengapa banyak tokoh yang berdebat di televisi harus begini harus begitu, "sementara di sana, banyak orang bertanya kepada saya, 'Bu, besok saya makan apa?'," katanya Gagal menjadi presiden? Ada tudingan yang dialamatkan ke Megawati bahwa dia sebenarnya gagal saat menjabat presiden. Ditanya Andy Noya seperti, Megawati mengatakan, masyarakat tampaknya lupa bahwa dirinya menjadi presiden cuma tiga tahun, menggantikan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang dimosi tidak percaya oleh DPR/MPR. Saat menjabat sebagai presiden, Megawati harus menyelesaikan 'pekerjaan rumah' yang disebutnya sangat krusial dan sangat berat untuk menyelesaikannya, yaitu mewujudkan amanat MPR untuk menyelenggarakan pemilihan umum dan pemilihan presiden secara langsung. Ketika menjadi wakil presiden mendampingi Gus Dur pun, menurut Megawati, tugasnya amat berat, karena oleh Gus Dur, dia diminta untuk mengurusi masalah pemerintahan. Waktu itu ada dua departemen (Departemen Penerangan dan Departemen Sosial) yang dibubarkan. Juga kasus kredit macet di BPPN yang jumlahnya ada 300.000-an. "Saya pusing lebih dari tujuh keliling. Kalau dikasih kesempatan pingsan, saya akan pingsan," katanya bergurau. Pekerjaan rumah mahaberat itu masih dibawanya ketika dia terpilih menjadi presiden yang cuma tga tahun. Mana tahan? Waktu itu Megawati lebih banyak berdiam diri daripada berbicara. Beralasan jika muncul tudingan minor Megawati tidak mampu menjadi presiden. "Biar saja orang ngomong seperti itu. Ini demokrasi. Apa pun yang diomongkan, saya dengar saja," tuturnya. Dalam kehidupan berpolitik, Megawati melihat, penuh dengan intrik, munafik dan banyak yang bersikap oportunis, bahkan berkhianat. Kasus 27 Juli Dalam Kick Andy, Megawati juga menjawab isu kasus 27 Juli 1996. Menyangkut kasus ini, Megawati disebut-sebut tidak berbuat apa-apa setelah dirinya terpilih menjadi presiden. Megawai menjelaskan bahwa kasus tersebut sudah masuk dalam ranah hukum, sehingga sebagai presiden, dia tidak punya hak untuk ikut campur. Kasus 27 Juli sudah diselesaikan lewat pengadilan umum dan pengadilan militer. Pengadilan umum sudah beres, "hanya pengadilan militer saja yang tidak jalan," katanya. Namun menjawab pertanyaan Andy Noya, Megawati menegaskan, kasus itu harus diselesaikan secara tuntas, namun bukan didasarkan atas perasaan atau ingin balas dendam. "Jangan ada dendam atau saling balas sperti di film kungfu," kata Megawati yang mengaku mengetahui siapa dalang di balik aski kasus 27 Juli. Kok cuma lulusan SMA Andy Noya juga menanyakan soal pendidikan Megawati yang cuma SMA padahal dia pernah kuliah di Universitas Padjajaran Bandung dan Institut Pertanian Bogor. Megawati menjelaskan dia tidak meneruskan kuliah, sebab dipaksa harus ikut dalam organisasi kemahasiswaan hasil pecahan Partai Nasional Indonesia yang tidak sejalan dengan pemikiran Bung Karno. Tahun 1965-1966 adalah tahun di mana posisinya sebagai anak Soekarno serba tidak mengenakkan. Maka Megawati pun memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah. Bertemu dengan sang ayah, Megawati menceritakan semuanya. Marahkah Bung Karno? Tidak. "Dia menepuk-nepuk pundak saya. Kamu benar-benar anaknya Soekarno," kata Megawati mengutip kata-kata Bung Karno. "Kalau dulu sudah ada Komnas HAM, mungkin aya akan adukan kasus itu," tambahnya. Lalu jika ada ketentuan yang mengharuskan calon presiden minimal bergelar S-1, menurut Megawati, "Itu jelas-jelas ingin menjegal saya." Karena banyak diam, berbagai tudingan yang dialamatkan kepada Megawati, sering dianggap sebagai kebenaran, termasuk tudingan bahwa dia mendongkel Gus Dur dari kursi presiden. "Bagaimana mungkin saya mendongkel Gus Dur, sebab dialah yang memiliki persoalan dengan DPR," katanya. Sama-sama keras kepala Megawati mengakui dia dan Gus Dur sama-sama keras kepala. Saat Gus Dur akan mengeluarkan dekrit presiden untuk membubarkan DPR, Megawati menentangnya. Kepada Gus Dur, Megawati menjelaskan, mengeluarkan dekrit tidak semudah seperti yang dibayangkan Gus Dur. Semua itu dilakukan Megawati tidak dikandung maksud agar dia menjadi presiden menggantikan posisi Gus Dur. "Kalau sudah menjadi wakil presiden, ya jangan berusaha menjadi presiden," katanya. Jika pun kemudian dia dipercaya menjadi presiden dan bahkan sempat dijegal, Megawati mengatakan: "Kalau memang Tuhan sudah berkehendak, ya pasti jadi." Dalam Kick Andy kemudian ditayangkan pernyataan Gus Dur saat diwawancara dalam acara yang sama. Dengan tenang dan santai, Gus Dur mengatakan bahwa yang mendongkel dirinya dari posisi sebagai presiden adalah Amien Rais dan Megawati. Mengomentari tayangan itu, Megawati mengatakan bahwa tudingan Gus Dur sebagai salah alamat. "Bagaimana mungkin? Posisi saya waktu itu benar-benar kejepit. Ucapan beliau kurang baik. Tapi bagaimanapun beliau adalah sahabat saya," ujar Megawati.***