“Semua orang yang menjamahNya menjadi sembuh”

(Kej 1:1-19; Mrk 6:51-56)

 

“Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan
mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab
sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap
degil. Setibanya di seberang Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret
dan berlabuh di situ. Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal
Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung
orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia
berada. Ke mana pun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke
kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon
kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja.
Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh” (Mrk 6:51-56),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 


 

Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Dalam berbagai kegiatan novena dimana dirayakan
Perayaan Ekaristi, misalnya di tempat-tempat ziarah kepada Bunda Maria, sering
Imam berkeliling sambil menyampaikan berkat Sakramen Maha Kudus. Dalam
kesempatan tersebut senantiasa ada orang-orang yang berusaha menjamah atau
mencium kasula yang dikenakan Imam yang bersangkutan; mereka percaya jika dapat
menjamah atau mencium kasula Imam maka mereka akan sehat dan damai sejahtera.
Apa yang terjadi ini rasanya meneladan apa yang terjadi dalam Diri Yesus,
dimana “semua orang yang menjamahNya menjadi
sembuh”. Sehat atau sakit, sembuh dari penyakit memang erat kaitannya
dengan iman. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan
dengan demikian senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau
perintah Tuhan. Perintah utama dan pertama dari Tuhan adalah saling mengasihi,
maka jika kita mengakui diri sebagai orang beriman hendaknya kita senantiasa
hidup dan bertindak saling mengasihi. “Kasih
itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan
tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan
diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia
tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi
segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar
menanggung segala sesuatu” (1Kor 13:4-7), demikian ajaran Paulus perihal
kasih. Kiranya jika kita berani dan dapat menghayati keutamaan-keutamaan kasih
tersebut maka kita senanitasa pasti dalam keadaan sehat, segar bugar dan damai
sejahtera. Mariilah kita sapa, jamah, sentuh dan perlakukan semua orang dalam
dan oleh kasih. 

·   “Allah melihat
bahwa semuanya itu baik.” (Kej 1:18b), demikian berita tentang karya
Penciptaan Allah. Semua yang diciptakan Allah adalah baik, demikian juga semua
yang kita kerjakan atau lakukan bersama dan bersatu dengan Allah pasti juga
baik adanya. Hidup dan bertindak bersama dan bersatu dengan Allah antara lain
berarti senantiasa setia dan taat pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan,
yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita. Masing-masing
dari kita ketika baru saja dilahirkan kiranya baik adanya, dan segala sesuatu
yang mencederai diri kita yang baik kiranya berasal dari manusia yang kurang
atau tidak beriman atau tidak setia dan taat pada janji-janji yang terkait
dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusannya. Jika kita jujur melihat dan
mawas diri kiranya kita akan menemukan diri kita tidak sebaik seperti baru saja
dilahirkan, melainkan telah terjadi aneka cacat dan cela yang melukai atau
mecederai hidup kita. Dengan kata lain masing-masing dari kita dalam keadaan
sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh/phisik.
Maka marilah kita dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan berusaha untuk 
‘menjamahNya’, agar kita sembuh dari
berbagai macam penyakit yang sedang kita alami. Pertama-tama marilah 
‘penajamahan’  tersebut kita hayati dengan melihat dan
mencermati diri sendiri: bagian/anggota tubuh mana yang sedang sakit/tidak
sehat, sifat atau watak macam apa yang tidak baik/tidak sehat, cara hidup dan
cara bertindak mana yang tidak baik, dst.. Jika melihat bagian yang sakit
hendaknya pertama-tama diakui dan dihayati dan kemudian mohon bantuan
penyembuhan kepada Tuhan melalui sesama dan saudara-saudari kita yang kita
percayai dapat membantu penyembuhan. Biarlah pada waktunya kita juga dapat
berkata “Aku melihat bahwa semuanya baik’
: tidak ada lagi cacat cela, luka, atau penyakit yang ada dalam diri kita
sendiri maupun kebersamaan hidup dan kerja kita. 

 

“Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN,
Allahku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak,
yang berselimutkan terang seperti kain..  yang telah mendasarkan bumi di atas
tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya.  Dengan 
samudera raya Engkau telah
menyelubunginya; air telah naik melampaui gunung-gunung” (Mzm 104:1-2a.5-6)



Jakarta, 9 Februari 2009 




      Apakah demonstrasi & turun ke jalan itu hal yang wajar? Temukan 
jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com

Kirim email ke