http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=52025&ik=2


2 Germo Kendalikan Bisnis Pelacur Asing 


Senin 16 Februari 2009, Jam: 7:17:00 
JAKARTA (Pos Kota) - Jakarta adalah 'sorga' tempat maksiat. Ribuan wanita belia 
dari berbagai negara wara-wiri di berbagai kota besar di Indonesia. Bermodalkan 
tubuh indah dengan aksen dialog negara asal, mereka meraup rupiah dari pria 
hidung belang berkocek tebal. Ada dua germo yang mengendalikan bisnis 
perlacuran asing di Indonesia. 

Penuturan tersebut disampaikan seorang lelaki mucikari di tempat hiburan malam 
papan atas di Tamansari, Sabtu (14/2) malam. Lelaki yang menjadi orang 
kepercayaan satu dari dua bos besar pekerja seks di Jakarta ini mengatakan 
jumlah penjaja cinta asal luar negeri terus bertambah. "Memang petugas sering 
razia, tapi jumlah yang datang makin banyak," ungkapnya. "Sekarang saja ada 
sekitar 1.000 wanita." 

Menurutnya, kupu-kupu malam dari luar negeri itu berusia antara 20 tahun hingga 
25 tahun. Mereka antara lain berasal dari China, Filipina, Thailand, 
Uzbekistan, Tazikistan bahkan dari Inggris, Eropa. Mereka tersebar di berbagai 
kota besar di Indonesia mulai dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, hingga 
Bali. Entah karena berasal dari negara maju atau ada alasan lainnya, ia 
menyebut tarif tertinggi dipegang wanita malam asal Eropa. "Sekali kencan 
tarifnya Rp 5 juta," ungkapnya. Berikutnya, sekali kencan dengan wanita malam 
asal Uzbekistan dan Tazikistan dihargai antara Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta. 

Wanita China tarifnya paling variatif. Sekali kencan, lelaki hidung belang bisa 
mengeluarkan Rp 750.00, bisa juga Rp 1,5 juta. Sedangkan wanita dari negara 
Asean seperti Thailand dan Filipina rata-rata Rp 1 juta sekali kencan. "Dari 
tarif itu, mereka mendapat penghasilan bersih empatpuluh persen," ungkapnya. 
Sisanya, 60 persen, diambil germo yang harus memberi setoran ke bos yang 
mendatangkan wanita-wanita itu serta membagi 'uang keamanan' kepada sejumlah 
oknum aparat instansi terkait. 

JARINGAN INTERNASIONAL 
Dengan bayaran yang menjulang, wanita penjaja seks dari luar negeri itu 
diperlakukan bos dengan sangat layak. Mereka diberikan penginapan di apartemen 
atau rumah kos mewah yang berongkos sekitar Rp 2 juta per bulan. Namun, sang 
bos pula yang mengatur cara hidup dan keperluan wanita-wanita itu. 

"Mereka tak bisa mengatur kencannya sendiri, semua harus melalui mucikari yang 
dipercaya bos besar," ungkapnya. Setiap akan pergi berkencan, sambungnya, 
wanita penghibur itu akan diantar jemput dengan mobil ke tempat kencan yang tak 
kalah mewahnya. Misalnya di hotel atau klub malam papan atas. 

Upaya menghindari kebosanan pria-pria kaya berkantung tebal, bos besar pun tak 
membiarkan wanita-wanita ini berada di satu kota lebih dari empat bulan. 
Artinya, paling lama empat bulan sekali, wanita-wanita itu berpindah kota. 
"Dari Jakarta akan disebar ke kota besar lain di Indonesia, begitu juga 
sebaliknya," ungkapnya. 

Tak hanya itu, sang bos juga membuat jaringan internasional perdagangan wanita. 
Wanita-wanita itu keluar masuk ke berbagai negara dengan visa kunjungan wisata. 
"Jika sudah terlalu lama di Indonesia, bos akan mengontak teman-temannya di 
luar negeri sehingga terjadi pertukaran wanita penghibur," jelas mucikari yang 
pernah dipercaya mengatur pertukaran wanita ke Kuala Lumpur ini. "Dengan cara 
ini, pria yang cari hiburan tak akan melihat wanita yang itu-itu saja tetapi 
mendapat hiburan dari wanita yang baru dilihatnya." 

PELACUR BELIA 
Perdagangan perempuan yang dijadikan pekerja seks bukan hanya monopoli 
pendatang dari luar. Wanita lokal pun banyak yang dipekerjakan di dunia mesum. 
Pemantauan Pos Kota, mereka umumnya berusia belasan tahun yang ditempatkan 
sebagai pekerja di panti pijat atau spa. 

Seperti di Comport Spa di Jalan Latumeten, Jelambar, Jakarta Barat, germo tak 
hanya mengatur transaksi seks tetapi juga mengajari gadis-gadis bau kencur itu 
cara melayani lelaki hidung belang. Lima bulan lalu, Comport pernah dirazia 
petugas. Begitu juga di tempat hiburan Today Country, di kawasan Lokasari. 

Di sisi lain, tak sedikit remaja belia mejeng untuk meraup rupiah dari pria 
kelas marginal. Ini antara lain terpantau di pinggir rel seberang LP Cipinang 
Jl. Bekasi Timur Raya. Setiap ada pria yang mendekati, gadis-gadis ini 
diharuskan membawa pelanggannya ke kafe pinggir rel lalu mengajaknya 
minum-minum. 

Eli, 16, asal Subang, mengatakan germo yang dipanggilnya dengan sebutan mami 
tak akan mengijinkannya kencan jika tamunya tidak dibawa ke kafe untuk 
minum-minum. "Saya tak tahu berapa rupiah tamu membayar sebab setiap bulan Mami 
memberi saya Rp 500.000 hingga Rp 600.000," ungkap belia yang terjun ke lembah 
hitam enam bulan lalu ini. 

Bebasnya wanita-wanita itu mengais rupiah dengan cara mesum bukan tak diketahui 
petugas. Aparat terkait, mulai dari kepolisian hingga imigrasi, berulangkali 
merazia. Catatan Pos Kota, pada 6 Desember 2008 22 pekerja seks asal China, 
Thailand dan Tibet dijaring dari sebuah hotel dan spa di Jakut. Operasi Bunga 
yang digelar Polda Metro Jaya pada 2008 menangkap 321 wanita penghibur dengan 
rincian 276 wanita lokal, 45 wanita asal China, Vietnam, Mongolia dan Thailand. 
Selain itu, 20 tersangka yang ditahan seluruhnya WNI di antaranya dua pelaku 
pedagangan manusia dan 16 mucikari. 

Kirim email ke