Refleksi: Kesalahan terletak pada para anggota DPR, karena rakyat dimanjakan 
mengemis, maka oleh sebab itu kalau  caleg bertemu  rakyat selalu diminta duit.

http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009021905474280

      Kamis, 19 Februari 2009 
     

      OPINI 
     
     
     

NUANSA: Keluhan Caleg vs Rakyat 


      SEORANG calon anggota legislatif (caleg) DPR mengeluh setelah beberapa 
hari terakhir ini turun ke lapangan melakukan sosialisasi ke daerah 
pemilihannya. Bukannya rasa senang yang diperoleh, melainkan berbagai keluhan 
keluar dari mulutnya.

      "Gila rakyat sekarang. Mereka pikirannya hanya duit saja kalau ketemu 
caleg. Seolah-olah beban ekonomi mereka ditumpahkan kepada caleg," kata caleg 
itu saat duduk melepas lelah di kedai kopi. "Apa mereka pikir kita ini gudang 
duit kali ya...."

      "Yah...wajarlah mereka berpendapat seperti itu. Apalagi kini kondisi 
masyarakat juga sedang terpuruk akibat PHK besar-besaran dan tidak adanya 
lapangan kerja," timpal Budi, seorang wartawan yang kebetulan sedang 
beristirahat di kedai kopi itu.

      "Eh...maksud saya...rakyat sekarang ini tampaknya hanya berorientasi uang 
saja dari caleg bukan melihat program kerja atau kualitas dan kemampuan yang 
ditawarkan. Padahal rakyat juga kan punya tanggung jawab terhadap pembangunan 
di daerah masing-masing dengan memilih caleg yang berkualitas," lanjutnya 
bersemangat setelah melihat name tag lawan bicaranya yang seorang wartawan.

      "Ya...karena itu, caleg yang memiliki dana relatif banyak peluang 
terpilihnya lebih besar. Sedangkan caleg yang kere tentunya tidak dikenal. 
Apalagi sekarang dengan sistem suara terbanyak, uang merupakan salah satu 
faktor yang menentukan terpilihnya seorang caleg," timpal Budi.

      "Jika kondisi ini dibiarkan terus, bisa gawat negara kita diisi 
orang-orang yang berduit saja. Khawatirnya jika mereka terpilih akan berupaya 
mengembalikan duitnya dengan cara korupsi," kata caleg itu. "Yang lebih parah 
kalau caleg kere, udah tidak keluar duit malah korupsi juga...ha...ha...," tawa 
caleg itu.

      "Wajar saja kalau rakyat kecewa dengan ulah anggota Dewan yang korupsi 
dan hanya memikirkan diri sendiri, lupa akan janjinya saat kampanye dulu. Sebab 
itu, daripada nggak dapat duit sama sekali yah sekalian aja mereka menjual 
suaranya saat pencoblosan nanti," kata Budi. "Ini lingkaran setan 
namanya...caleg ngeluhkan rakyat yang menjual suaranya...sebaliknya rakyat 
mengeluh ulah para anggota Dewan yang tidak amanah."

      "Karena itu, peran pers sangat penting untuk menjembatani masalah ini. 
Pers, selain mengkritisi anggota Dewan yang korupsi, juga harus memberikan 
pelajaran politik kepada rakyat, termasuk menjelaskan tidak semua anggota dewan 
yang korupsi. Jadi pers harus menjadi PR bagi rakyat, Dewan, dan semua pihak," 
kata caleg itu kembali melirik name tage Budi.

      "Waduh kalau itu sih...nggak usah diomongin Pak. Insan pers juga selain 
sebagai ustaz menyampaikan yang benar sesuai dengan fakta, juga dituntut 
mengetahui dan menggali setiap permasalahan dengan benar supaya tidak 
dibohongin narasumber yang bicaranya hanya untuk kepentingan sendiri," kata 
Budi.

      "Ya...tidak hanya legislatif, eksekutif maupun judikatif yang bertanggung 
jawab terhadap negara ini. Sebagai pilar keempat pers juga harus bertanggung 
jawab terhadap terpilihnya anggota Dewan yang berkualitas," kata dia sambil 
membayar kopi dan ngeloyor pergi. "Oh...ya...jangan lupa nama saya dicantumin 
ya...Bung, kalo diberitain. Untuk sosialisasi...he...he...." n UMAR BAKTI
     

<<bening.gif>>

Kirim email ke