Jawa Pos [ Minggu, 22 Februari 2009 ]
Setelah Golkar, PPP Ikut Pilih Pisah dengan SBY JAKARTA - Satu per satu anggota koalisi pemerintah sekarang meninggalkan SBY. Setelah Golkar dan Jusuf Kalla menyatakan cerai, PPP kemarin menegaskan sikap untuk berpisah dengan SBY dalam pemilihan presiden 2009. Partai berlambang Kakbah itu semakin mantap menjauhi SBY setelah pernyataan kesiapan Jusuf Kalla (JK) maju sebagai capres. PPP semakin berkomunikasi dengan pimpinan partai di luar PD. "Kami sudah ketemu Ibu Megawati, Pak Jusuf Kalla, dan Prabowo sebagai langkah awal mencari mitra koalisi baru," ujar Ketua DPP PPP Emron Pangkapi setelah pembukaan Rakornas Tim Advokasi PPP Se-Indonesia di Kantor DPP PPP, Jl Diponegoro, Jakarta, kemarin (21/2). Menurut Emron, kecil kemungkinan PPP akan berkoalisi lagi dengan PD seperti 2004 lalu. Penyebabnya, kata Emron, adalah tersumbatnya komunikasi politik partainya dengan PD selama berkoalisi. "Bahkan, bukan hanya tidak lancar, tapi sudah cenderung buruk," cetusnya mengevaluasi. Ketua Lajnah Pemenangan Pemilu Legislatif (LP2L) PPP itu menyebut sejumlah pernyataan PD, baik secara kelembagaan maupun statemen para petingginya, yang dianggap telah menyinggung Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali terkait dengan posisinya di kabinet. Menkop UKM tersebut sering disindir lebih rajin turun ke daerah untuk kampanye partainya daripada menjalankan tugasnya dengan baik sebagai menteri. "Semua itu membuat suasana tidak enak. Mereka lupa, Suryadharma itu ketua umum partai yang juga punya tugas membesarkan partai," dalihnya gerah. Menurut Emron, pengalaman ikut serta dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama hampir lima tahun tidak mampu menjadikan PPP produktif menjalankan cita-cita partai. Sebagai partai yang ikut di pemerintahan, pihaknya merasa justru sering ditinggal dalam menyelesaikan persoalan bangsa. "Berat rasanya untuk berkoalisi lagi," pungkasnya. Berbeda dari PPP, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) cenderung memilih wait and see dalam menentukan koalisi mana yang akan didukung pada Pemilu 2009 nanti. "Kami rasional saja. Bagaimanapun, tujuan berkoalisi adalah untuk menang. Jadi, akan dilihat siapa yang paling potensial pada detik-detik akhir nanti," tutur Ketua DPP PKS Zulkieflimansyah di Jakarta kemarin. Meski demikian, dia menyatakan, partainya bukan sekadar mengalir mengikuti arus terkuat. "Kami tentu punya tawaran-tawaran. Di situlah akan terlihat siapa yang paling bagus komunikasinya nanti," terang Zulkieflimansyah. Seperti diberitakan, PKS sebenarnya masih tetap menempatkan duet SBY-JK sebagai pilihan utama untuk didukung. Namun, jika keduanya akhirnya memutuskan untuk berjalan sendiri-sendiri, PKS siap dengan sejumlah alternatif. Yaitu, menduetkan SBY dengan Chaerul Tanjung, salah seorang bos televisi nasional. Alternatif lain ialah mencoba memasangkan Ketua MPR Hidayat Nurwahid dengan JK. (dyn/