"Rebut Kembali Aset Jakarta"


Pemilihan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) akan digelar pada 9 April 
mendatang. Di Jakarta ada 41 calon senator yang akan memperebutkan empat kursi 
DPD. Tempo akan menampilkan profil beberapa calon di antaranya mulai hari ini. 
Berikut ini tulisan yang kedua. 
Selama dua periode menjadi anggota legislatif tingkat daerah tak membuat Dani 
Anwar bosan. Pada 2009, anak Betawi asli ini kembali masuk bursa politik.. Tapi 
bukan Dewan Perwakilan Rakyat RI atau DPRD yang ia sasar. "Partai menugaskan 
saya merebut kursi DPD Jakarta," kata Dani kepada Tempo pekan lalu.. 
Dani, yang lahir di permukiman padat penduduk Kebon Pala, Tanah Abang, Jakarta 
Pusat, 22 Februari ????196???? ini, ikut membidani lahirnya Partai Keadilan 
Sejahtera pada 1998 dengan beberapa aktivis pengajian. Ia didapuk sebagai ketua 
wilayah Jakarta Pusat. 
Jabatan itulah yang mengantar Dani duduk sebagai wakil rakyat di DPRD DKI 
Jakarta pada 1999. Nasib itu berulang pada 2004, saat ia kembali menjadi 
legislator daerah untuk kedua kalinya. Bahkan dalam periode ini Dani terpilih 
menjadi Wakil Ketua Dewan. 
Dani mengira-ngira, penunjukan dirinya untuk masuk ke bursa sebagai calon 
anggota DPD merupakan batu ujian dari partainya. Nantinya, partainya akan 
melihat apakah Dani masih layak "dijual" untuk pemilihan Gubernur Jakarta tahun 
2012. Maklum, dua tahun lalu, Dani nyaris mengalahkan Fauzi Bowo dan Prijanto 
dalam pemilihan orang nomor satu dan kedua di Jakarta. "Itu sih hanya kira-kira 
saya saja. Ajang DPD itu signifikan untuk mengukur elektabilitas seseorang 
dalam pemilihan yang bersifat individu," tuturnya. 
Dani mengaku serius menjadi senator. Seabrek misi direncanakan, antara lain 
mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan pendidikan dan 
kesehatan yang murah serta berkualitas. Selain itu, Dani berniat "merebut" 
kembali aset Jakarta, seperti kawasan Kemayoran, Senayan, dan Pelabuhan Tanjung 
Priok yang selama ini dikelola oleh pemerintah pusat. 
Ia beralasan, selama ini warga dan pemerintah Jakarta tidak tahu serta tidak 
terlibat dalam pengelolaannya. "Padahal, dalam persoalan otonomi daerah, aset 
itu seharusnya sudah diserahkan kepada pemerintah daerah," ujar Dani. 
Perihal modal masuk ke bursa DPD, pertengahan 2008 lalu Dani mengumpulkan 
sekitar 3.400 salinan kartu tanda penduduk sebagai bukti dukungan 
pencalonannya. Konstituen "awalnya" itu tak jauh-jauh dari lingkaran pribadi, 
mulai dari sahabat, aktivis PKS, sesama alumnus Pelajar Islam Indonesia (PII), 
hingga ibu-ibu pengajian. 
Ketika disinggung mengenai dana kampanye, Dani menyebut angka Rp 105 juta. 
"Relatif kecil, maklum modal sendiri," kata pegiat sepak bola dan bulu tangkis 
ini. FERY FIRMANSYAH
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/18/Metro/krn.20090318.159853.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


      

Kirim email ke