Bos maksute..allah juga yang ciptain capung dll? klaim itu
absurd...sementara menyatakan penciptaan bumi dan langit saja..aq menyatakan
dua hal secara tegas:
1. Langit dan bumi sudah ada...dalam keadaan bersatu
2. bertumpuk satu di atas yang lain

Nah..dari sudut keilmuanan ini saja sudah keliru berat...sekarang mau di
klaim bahwa capung dll ciptaan al -ilah bukan al-lah lainnya?

yang bener aja bos

2009/3/24 setyawan_abe <setyawan_...@yahoo.com>

>   Bagaimana seekor ganjurmampu mengepakkan sayapnya 1000 kali per detik?
> Bagaimana seekor kutu melompat sejauh ratusan kali ukuran tinggi tubuhnya?
> Mengapa seekor kupu-kupu terbang maju sementara sayapnya mengepak ke atas
> dan ke bawah?
>
> Lalat adalah satu di antara hewan-hewan yang disebut di dalam Al Qur'an,
> sebagai satu saja dari banyak satwa yang mengungkap pengetahuan tak terbatas
> Tuhan kita. Allah Yang Mahakuasa berfirman tentang hal ini dalam ayat ke-73
> surat Al Hajj:
>
> Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah!
> Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan
> seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika
> lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya
> kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah. (QS.
> Al Hajj, 22:73)
>
>
> Otot-otot penerbangan dari banyak serangga seperti capung mengerut sangat
> kuat akibat rangsangan yang ditimbulkan oleh saraf-saraf yang mengendalikan
> setiap gerakan mereka
>
> Meskipun telah dilakukan penelitian terkini, walaupun seluruh teknologi
> telah Allah berikan kepada manusia, amat banyak ciri makhluk hidup yang
> masih menyimpan sisi-sisi menakjubkannya. Sebagaimana pada segala sesuatu
> yang telah Allah ciptakan, dalam tubuh seekor lalat memperlihatkan bukti
> melimpah pengetahuan mahatinggi. Dengan mengkaji seluk beluknya, siapa pun
> yang berpikir akan mampu sekali lagi merenung di atas kekagumannya yang
> mendalam kepada Allah dan ketaatan kepadaNya.
>
> Sejumlah penelitian yang telah dilakukan para ilmuwan terhadap perangkat
> penerbangan lalat dan serangga-serangga kecil lainnya diuraikan di bawah
> ini. Kesimpulan yang muncul darinya adalah tiada kekuatan acak, coba-coba
> atau wujud selain Allah yang mampu menciptakan kerumitan seekor serangga
> sekalipun.
>
> Otot terbang dari banyak serangga seperti belalang dan capung mengerut
> sangat kuat akibat rangsangan yang ditimbulkan saraf-saraf yang
> mengendalikan setiap gerakannya. Pada belalang, misalnya, sinyal-sinyal
> kiriman setiap saraf menyebabkan otot-otot terbang mengerut. Dengan bekerja
> bergantian, tidak saling berlawanan, dua kelompok otot yang saling
> melengkapi, yang dinamakan *elevator* (pengangkat) dan *depresor*(penurun), 
> memungkinkan sayap-sayap terangkat dan mengepak ke bawah.
> Belalang mengepakkan sayapnya 12 hingga 15 kali per detik, dan agar dapat
> terbang serangga-serangga lebih kecil harus mengepakkan sayapnya lebih cepat
> lagi. Lebah madu, tawon dan lalat mengepakkan sayap 200 hingga 400 kali per
> detik, dan pada ganjur dan sejumlah serangga merugikan yang berukuran hanya
> 1 milimeter (0.03 inci), kecepatan ini meningkat ke angka mengejutkan 1000
> kali per detik! Sayap-sayap yang mengepak terlalu cepat untuk dapat dilihat
> mata manusia telah diciptakan dengan rancangan khusus agar dapat melakukan
> kerja yang terus-menerus semacam ini.
>
> Sebuah saraf mampu mengirim paling banyak 200 sinyal per detik. Lalu
> bagaimana seekor serangga kecil mampu mengepakkan sayapnya 1000 kali per
> detik? Penelitian telah membuktikan bahwa pada serangga-serangga ini, tidak
> terdapat hubungan satu-banding-satu antara sinyal dari saraf dan jumlah
> kepakan sayap per satuan waktu.
>
> Pada perangkat istimewa ini, yang masing-masing diciptakan tersendiri pada
> tubuh setiap serangga, tak dijumpai ketidakteraturan sedikit pun.
> Saraf-sarafnya tidak pernah mengirim sinyal yang salah, dan otot-otot
> serangga senantiasa menerjemahkannya secara benar.
>
> Pada jenis seperti lalat dan lebah, otot-otot yang memungkinkan terbang
> bahkan tidak menempel pada pangkal sayap! Sebaliknya, otot-otot ini melekat
> pada dada melalui pengait yang berperan seperti engsel, sedangkan otot-otot
> yang mengangkat sayap ke atas melekat pada permukaan atas dan bawah dada.
> Saat otot-otot ini mengerut, permukaan dada menjadi rata dan menarik pangkal
> sayap ke bawah. Permukaan samping sayap memberikan peran penyokong sehingga
> memungkinkan sayap-sayap terangkat. Otot-otot yang menimbulkan gerakan ke
> bawah tidak melekat langsung pada sayap, tapi bekerja di sepanjang dada.
> Ketika otot-otot ini mengerut, dada tertarik kembali ke arah berlawanan, dan
> dengan cara ini sayap tergerakkan ke bawah.
>
> Engsel sayap tersusun atas protein khusus yang dikenal sebagai resilin,
> yang memiliki kelenturan luar biasa. Karena sifatnya jauh mengungguli karet
> alami ataupun buatan, para insinyur kimia berupaya membuat tiruan bahan ini,
> di laboratorium. Saat melentur dan mengerut, resilin mampu menyimpan hampir
> keseluruhan energi yang dikenakan padanya, dan ketika gaya yang menekannya
> dihilangkan, resilin mampu mengembalikan keseluruhan energi itu. Alhasil,
> daya guna (efisiensi) resilin dapat mencapai 96%. Saat sayap terangkat,
> sekitar 85% energi yang dikeluarkan disimpan untuk saat berikutnya; energi
> yang sama ini kemudian digunakan kembali dalam gerakan ke bawah yang
> memberikan daya angkat ke atas dan mendorong sang serangga ke depan.
> Permukaan dada dan ototnya telah diciptakan dengan rancangan istimewa untuk
> memungkinkan pengumpulan energi ini. Namun, energi tersebut sesungguhnya
> disimpan pada engsel yang terdiri atas resilin. Sudah pasti mustahil bagi
> seekor serangga, dengan usahanya sendiri, melengkapi diri sendiri dengan
> peralatan luar biasa untuk terbang. Kecerdasan dan kekuatan tak terhingga
> Allah telah menciptakan resilin istimewa ini pada tubuh serangga.
>
> Lebah madu, tawon dan lalat mengepakkan sayap mereka 200  hingga 400 kali
> per detik.
>
> Untuk penerbangan yang mulus, gerakan lurus ke atas dan ke bawah saja
> tidaklah cukup. Agar dapat memunculkan gaya angkat dan gaya dorong, sayap
> haruslah pula mengubah sudut gerakannya di setiap kepakan. Sayap-sayap
> serangga memiliki kelenturan berputar yang khas, tergantung jenisnya, yang
> dimungkinkan oleh apa yang disebut sebagai *direct flight muscles 
> *(otot-terbang
> kemudi), disingkat *DFM* yang menghasilkan gaya-gaya yang diperlukan untuk
> terbang.
>
> Ketika serangga berupaya naik lebih tinggi di udara, mereka memperbesar
> sudut sayap mereka dengan mengerutkan otot-otot di antara engsel-engsel
> sayap ini secara lebih kuat. Rekaman gambar berkecepatan-tinggi dan
> gerak-terhenti memperlihatkan bahwa selama terbang, sayap-sayap tersebut
> bergerak mengikuti lintasan lingkar-telur dan untuk setiap kali putaran
> sayap, sudutnya berubah secara teratur. Perubahan ini disebabkan pergerakan
> yang senantiasa berubah dari otot-terbang kemudi dan penempelan sayap pada
> tubuh.
>
> Masalah terbesar yang dihadapi jenis serangga sangat mungil ketika terbang
> adalah hambatan udara. Bagi mereka, kerapatan udara sangat besar menjadi
> rintangan yang tidak bisa diremehkan. Selain itu, lapisan penghambat di
> sekeliling sayap menyebabkan udara melekat pada sayap dan mengurangi
> kedayagunaan (efisiensi) terbang. Agar dapat mengatasi hambatan udara ini,
> serangga-serangga seperti *Forcipomya*, yang lebar sayapnya tak lebih dari
> 1 milimeter, harus mengepakkan sayap 1000 kali per detik.
>
> Para ilmuwan percaya bahwa secara teori, kecepatan ini pun tidaklah cukup
> menahan serangga-serangga ini tetap di udara, dan mereka pastilah
> menggunakan perangkat tambahan lainnya. Pada kenyataannya, *Anarsia*,
> sejenis serangga merugikan, menggunakan cara yang dikenal sebagai *'beat
> and shake*' (mengepak dan menggoyang). Ketika sayap-sayapnya mencapai
> titik tertinggi dalam gerakannya ke atas, sayap-sayap ini saling mengepak
> dan kemudian membuka ke bawah kembali. Di saat sayap-sayap ini (dengan
> jaringan pembuluh darahnya) membuka, aliran udara depan membentuk pusaran
> mengitari sayap-sayap tersebut dan dengan kepakan sayap membantu daya
> angkat.
>
> Banyak jenis serangga, termasuk belalang, memperhatikan apa yang ditangkap
> penglihatannya seperti garis kaki langit (horizon) untuk menentukan arah
> terbang dan tujuan akhirnya. Untuk mengokohkan keseimbangan kedudukannya,
> lalat telah diciptakan dengan rancangan yang lebih luar biasa lagi.
> Serangga-serangga ini memiliki hanya sepasang sayap, tapi di sisi belakang
> masing-masing sayap itu terdapat tonjolan melingkar yang dikenal sebagai *
> halter* (pengekang). Meskipun tidak menghasilkan gaya angkat, pengekang
> ini bergetar bersama sayap-sayap depan. Di saat serangga mengubah arah
> terbangnya, tonjolan sayap ini mencegahnya menyimpang dari jalur perjalanan.
>
> Seluruh pengetahuan yang dipaparkan di sini dihasilkan dari penelitian
> terhadap kemahiran terbang tiga atau empat jenis serangga saja. Perlu
> diketahui bahwa keseluruhan jenis serangga di bumi berjumlah sekitar 10
> juta. Dengan mempertimbangkan seluruh jutaan jenis selebihnya ini, beserta
> keistimewaan tak terhitung yang dimilikinya, seseorang pasti semakin
> bertambah kekagumannya akan kehebatan Allah yang tak terhingga.
>
> Pemecahan Masalah bagi Gangguan Vena dari Gen Kutu
>
> Para ilmuwan telah berhasil memisahkan gen resilin dari lalat buah dan
> berhasil membuat salinan protein ini secara alamiah dengan mencangkokkan gen
> tersebut ke dalam bakteri *Escherichia coli*.
>
> Dalam penelitian yang dilakukan *the Australian Commonwealth Scientific
> and Industrial Research Organization* (CSIRO), (Organisasi Penelitian
> Ilmiah dan Industri Persemakmuran Australia), para ilmuwan yang berhasil
> menemukan gen yang menghasilkan resilin serangga juga menemukan polimer
> hebat yang mungkin berguna dalam penanganan penyakit pembuluh darah vena.
> Pengkajian yang berawal di tahun 1960-an, yang dipusatkan pada belalang dan
> capung padang pasir, merupakan pendorong kuat yang memajukan tahap
> terpenting ini.
>
> Resilin, yang juga memberikan kutu kemampuan untuk membuat lompatan luar
> biasa, melengkapi belalang dan capung padang pasir, serta serangga lain
> keahlian bergerak yang mengejutkan. Berkat zat ini, kutu mampu melompat
> beratus-ratus kali tinggi tubuhnya sendiri dan sejumlah lalat dapat
> mengepakkan sayapnya lebih dari 200 kali per detik.
>
> Untuk penerbangan yang mulus, gerakan sayap lurus ke atas dan ke bawah
> tidaklah cukup. Sayap mesti pula mengubah sudut gerakannya di setiap
> kepakan. Sayap-sayap serangga memiliki kelenturan-berputar yang istimewa
> yang diberikan oleh otot-otot pengendali penerbangan.
>
> Protein yang diperoleh dari resilin jauh lebih baik dari produk karet
> berkualitas tertinggi dalam hal kemampuannya menahan tekanan dan kembali ke
> bentuk asalnya. Penelitian yang berkelanjutan tentang resilin tiruan
> menunjukkan bahwa protein tersebut tetap memiliki sifat-sifat ini.
>
> Para ilmuwan menyatakan keyakinannya bahwa polimer yang didapatkan dari
> pencangkokkan gen-gen serangga dapat diterapkan di aneka bidang yang sangat
> beragam, dari kedokteran hingga industri. Namun, mungkin yang terpenting
> dari penerapan ini adalah penanganan penyakit pembuluh darah arteri pada
> manusia. Oleh karena resilin menyerupai protein elastin pada pembuluh vena
> manusia, para ilmuwan berharap bahwa penelitian mereka akan memberi vena
> kelenturan yang terbaharui.
>
> Profesor asal Inggris Roger Greenhalgh menyatakan bahwa "Penelitian
> [terhadap resilin] tampaknya berada pada tahap paling awal, tapi jika kita
> dapat mengambil sesuatu yang bagus dari kelenturan kutu tersebut yang
> bermanfaat bagi manusia, hal itu akan sangat 
> berkesan"1<http://www.harunyahya.com/indo/artikel/096.htm#notes>
>
> Rujukan: 1. "Synthesis and properties of cross linked recombinant
> pro-resilin,"; by Christopher M. Elvin, Andrew G. Carr, Mickey G. Huson,
> Jane M. Maxwell, Roger D. Pearson, Tony Vuocolo, Nancy E. Liyou, Darren C.
> C. Wong, David J. Merritt and Nicholas E. Dixon, Nature 437, 999-1002 (13
> October 2005) | doi: 10.1038/nature04085; "Flea protein may repair arteries"
> BBC News, October 12, 2005
> <http://www.harunyahya.com/indo/artikel/096.htm#notes>
>
>
> Sumber : http://www.harunyahya.com/indo/index.php
> 
>

Kirim email ke