Bayarlah Suara Pemilih Dengan Uang Jangan Dengan Janji2 !!!
                                            
Janganlah mengharapkan suara pemilih bisa dibujuk mencoblos secara gratisan 
cuma dibayar dengan janji2 saja.  Karena janji itu bisa bohong tapi uang itu 
tidak bisa bohong !!!  Dan realitasnya juga belum pernah ada janji2 yang benar. 
 Jadi kalo memang ada partai yang bisa mensejahterakan rakyat, tak perlu tunggu 
janji2nya, tapi bayar saja langsung demi kesejahteraan para pemilihnya ini.

Celakanya adalah para ulama yang panenan menerima bayaran dari partai2 tertentu 
yang besarnya bisa bermilyard rupiah, dan tugas si Ulama itu cuma memerintahkan 
para pengikut yang jadi jemaah setianya itu untuk mencoblos partai yang 
ditunjuk si ulama.  Pengikutnya mencoblos partai itu bukan secara gratis atau 
bukan secara cuma2 karena si partai itu sebenarnya membayar besar untuk suara 
yang diterimanya itu.  Tapi sang ulama ini yang menikmati bayarannya yang 
seharusnya milik para pencoblos itu yang menjadi umat pengikutnya.

Di Amerika kampanye bagi2 uang bukan hal yang diharamkan, membeli suara juga 
bukan diharamkan, kesemuanya halal.

Pada hakekatnya tidak ada suara pemilih cuma gratisan, karena segala yang 
gratis itu cuma menjadi penyakit.

Sama halnya pabrik2 mobil yang bagi2 kaos bertuliskan "Toyota", kadang kala 
mereka juga mem-bagi2kan gift card yang sama dengan membagikan uang secara 
gratisan sekedar promosi saja, tidak dipaksa harus beli.

Tapi di Indonesia khan belum ada Gift Card seperti di Amerika, jadi bisa saja 
langsung kasih uang cash, atau di-bagi2kan beras atau supermie.

Yang penting dalam pesan saya disini, janganlah sekali2 anda memilih partai 
yang tidak mau keluar duit, biasanya partai2 seperti ini berisi koruptor.  
Sebaliknya partai2 yang berani bayar justru berisi cukong2, berisi orang2 
dermawan, berisi orang2 yang haus nama baik katimbang haus kekayaan.

Mau naik jadi presiden haruslah banyak pengorbanannya, maksudnya bukan 
pengorbanan rakyatnya melainkan pengorbanan kekayaan yang dimilikinya untuk 
diberikan kepada rakyatnya.  Masalah akhirnya rakyat mau memilih atau tidak tak 
perlu dirisaukan yang penting tunjukkan dulu pengorbananmu untuk rakyat bukan 
menggunakan uang korupsi dengan mengorbankan keringat rakyat.

Jadi dengan cara2 inilah akan keluar seorang pemimpin yang bukan dari militer 
melainkan dari pengusaha2 yang sukses, bukan sukses dari usaha kongkalikong 
menipu negara yang merugikan rakyat tentunya.  Pengusaha hanya bisa sukses kalo 
dia ahli management, ahli akuntan, ahli dalam mengambil keputusan, dan ahli 
dalam melipat gandakan kekayaan perusahaannya sehingga bisa menguntungkan 
negara dan rakyatnya yang seperti pegawai yang naik gajinya.

Memang, pengusaha yang berkualitas seperti ini sekarang ini belum lahir, tapi 
dengan dipupuknya kebiasaan kampanye pemilu dengan uang, nanti akan lahir juga 
pemimpin yang berkualitas dari penguasa yang sukses tentunya.

JK adalah juga contoh pengusaha yang tampaknya sukses, tetapi sebenarnya dia 
bukanlah memiliki jiwa usaha, dia lebih berbakat sebagai penipu yang bisa kaya 
tanpa berusaha.  Dia membuka usaha cuma untuk kamuflase dalam mengkorup uang 
negara dengan berkongkalikong dengan para pejabat2 korup dari partai2 yang juga 
korup seperti Golkar.  Dulunya dia memang cukong Golkar dengan backing Suharto, 
gembel sekalipun bisa jadi konglomerat.

Itulah sebabnya, karena JK ini adalah seorang opportunist, bukan pengusaha, 
bukan politikus, maka ambisinya mau jadi presidenpun cara2nya mau gratisan 
saja, dia memusuhi cara2 politik uang, padahal dia banyak uang, tapi mau jadi 
presiden tanpa uang malah sudah mengkorupsi banyak uang sebelumnya melalui 
berbagai bencana yang mengkorbankan rakyatnya seperti korban Lapindo.

Ny. Muslim binti Muskitawati.




Kirim email ke