Di acara Nama & Peristiwa, tvOne akan menayangkan mengenai “Peristiwa Madiun September 1948”, pada hari Selasa, 31 Maret 2009, pukul 23.00. Narasumber antara lain: Abdurahman Wahid, mantan Presiden RIRosihan Anwar, wartawan senior Batara R Hutagalung, peneliti sejarah. Sebelum zaman Orde Baru, Peristiwa Madiun (Madiun Affairs) tidak pernah disebut sebagai “Pemberontakan PKI”, dan baru sejak zaman Orde Baru, pristiwa ini disebut sebagai Pemberontakan PKI. Setelah terjadinya peristiwa itu, PKI juga tidak pernah dibubarkan. Mengenai peristiwa tersebut, sangat menarik tulisan Jenderal TB Simatupang, yang pada waktu peristiwa itu adalah Wakil Kepala Staf Angkatan Perang RI. Dalam bukunya ‘Laporan Dari Banaran’, Simatupang menyebut peristiwa tersebut sebagai tragedi nasional. Simatupang menulis (hlm. 85-86): ” …Saya sendiri yakin bahwa anak-anak biasa, yakni prajurit-prajurit dan pemuda-pemuda yang telah gugur pada kedua belah pihak selama peristiwa Madiun ini umumnya tidak tahu menahu tentang persoalan-persoalan yang berada di belakang tragedi nasional ini. Saya yakin bahwa doa terakhir dari anak-anak itu semuanya adalah untuk kebahagiaan dan kebesaran Tanah Air yang satu juga … … saya hendak mencoba untuk memahami tragedi yang telah terjadi di kalangan bangsa kita ini. Apakah sebetulnya yang menjadi pokok pertikaian yang telah mengakibatkan begitu banyak darah dan air mata bercucuran, sedangkan menurut perhitungan, terlepas dari saatnya, serangan Belanda agaknya tidak akan dapat dielakkan? Apakah pandangan yang berlain lainan mengenai politik terhadap Belanda yang menjadi soal? Aneh juga, sebab yang menandatangani persetujuan Renville adalah Bung Amir sendiri? Apakah ini hanya suatu pertarungan kekuasaan saja? Atau apakah ini adalah akibat petentangan ideologi?... … Dan apabila pertentangan ideologi dalam tubuh dan dalam jiwa bangsa kita ini harus mengakibatkan bunuh membunuh, apakah akan lahir juga nanti pertentangan bersenjata berhubung dengan pertentangan ideologi Islam dan non-Islam? Apakah anak-anak tentara kita ini harus juga nanti “menyelesaikan" petentangan seperti itu? Dan di manakah ujung dari jalan yang harus kita lalui, apabila pertentangan-pertentangan-pertentangan antara ideologi-ideologi dalam Negara kita ini setiap kali akan melahirkan pertikaian bersenjata yang luas? …” Yang membuat tulisan ini menjadi sangat menarik adalah, buku tersebut terbit pertama kali tahun 1960, sebelum terjadinya tragedi nasional berikutnya yang lebih dahsyat pada tahun 1965, dan jauh sebelum terjadinya berbagai pemboman dan bom bunuh diri atas nama agama tahun 2001 sampai sekarang. Sebagaimana juga dengan tragedi nasional tahun 1965, muncul beberapa versi penyebab terjadinya Peristiwa Madiun tersebut. Apakah itu terjadi karena adanya provokasi Pemerintah Hatta? Apakah CIA (Central Intelligence Agemcy) di belakang provokasi ini? Apakah itu konflik internal TNI Angkatan Darat? Di pihak yang kalah juga terdapat beberapa perwira/komandan Brigade. Apakah itu terjadi karena ketidakpuasan akibat Re-Ra (Reorganisasi dan Rasionalisasi TNI)? Mengapa Republik Indonesia mendapat bantuan dari Amerika Serikat sebulan setelah penumpasan PKI dan pembunuhan para tokohnya? Kepala Polisi RI, Raden Said Sukanto pada bulan Oktober 1948 memimpin rombongan Brigade Mobil (Brimob) untuk mendapat pelatihan di AS.Apakah itu bagian dari Marshall Plan? Siapakah Arturo Campbell? Lihat jawabannya di tvOne! Semoga bermanfaat. Batara RH