http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=kategori&kid=3&id=Ekonomi
Selasa, 07 April 2009 Pertumbuhan Ekonomi Terburuk Selama Lima Tahun Terakhir Denpasar (Bali Post) - Sebenarnya ekonomi nasional terus bertumbuh. Namun krisis ekonomi global yang semakin berat memaksa pemerintah mengubah asumsi makro ekonomi. Pertumbuhan ekonomi 6 persen tahun 2008 kini harus disesuaikan seiring makin memburuknya ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi makro tahun 2009 diproyeksikan hanya 4-4,5 persen. 'Ya kita kembali ke zaman Presiden Megawati. Waktu itu pertumbuhan ekonomi mencapai 4-4,5 persen,' kata Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas H. Paska Suzetta saat memberikan pengarahan pada Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) Provinsi Bali Senin (6/4) kemarin di Renon. Paska Suzetta mengakui asumsi pertumbuhan ekonomi 4-4,5 persen tahun 2009 merupakan yang terburuk selama lima tahun terakhir. Rata-rata lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen. Menurutnya, perubahan asumsi tersebut selain disebabkan semakin menurunnya pertumbuhan ekonomi di Asia juga karena merosotnya nilai rupiah terhadap dolar. Pada awal tahun 2009 diprediksikan nilai tukar Rp 9.300 per dolar, sekarang sudah tembus di atas Rp 11.000. Asumsi lain harga minyak semula dipatok 80 dolar per barel, kini 40 dolar per barel. Paska Suzetta menyebut pada saat krisis ekonomi tahun 1998, pertumbuhan ekonomi minus 12 persen. Ketika Presiden Habibie ekonomi mulai membaik menjadi minus 2 persen. Pada zaman Presiden Gus Dur 3 persen dan Presiden Megawati 4-4,5 persen. Penyesuain asumsi ekonomi makro juga terimbas pertumbuhan ekonomi di Asia. Singapura menurunkan pertumbuhan ekonomi menjadi -1,4 persen, Jepang 0 persen dan Cina menjadi 7 persen dari proyeksi 11 persen. Diakui perubahan asumsi makro ekonomi tersebut akan mempengaruhi pendapatan karena pajak dan devisa ekspor menurun. Pendapatan dari ekspor pasti menurun disebabkan ada yang melanjutkan ekspor dan pula ada yang memutuskan karena kesulitan ekonomi. Penurunan ekspor pasti akan menyebabkan pendapatan menurun, sehingga pemerintah memprediksi defisit APBN 2,5 persen. Defisit tersebut akan ditutupi dari pinjaman luar negeri non-IMF, serta menjual obligasi untuk menutupi pembiayaan dalam negeri. Di balik tekanan berat terhadap ekspor, pemerintah akan terus mendorong pertumbuhan UMKM dengan memberikan alokasi anggaran. Dalam arahan pembangunan jangka menengah sampai tahun 2015, pembangunan ditekankan pada peningkatan daya saing, pembangunan SDM berkualitas dan penguatan ekonomi domestik dan pembangunan prasarana/infrastruktur. (029)