PRASANGKA (Cerita Rakyat Makassar)

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya 
sebahagian
prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari keburukan orang dan 
janganlah 
sebahagian kamu menggunjing atas sebahagian yang 
lain...................................."
[ QS Al Hujuraat; 49:12]
-----------------------------------------
Ada sebuah keluarga yang terdiri atas:  ayah, ibu, seorang anak laki-laki dan 
seorang anak gadis. 
Keempat anggota keluarga itu semuanya tuli.
Suatu hari ketika si anak laki-laki sedang menggembalakan kambingnya, ada 
seorang yang 
menanyakan arah jalan yang bercabang dua. Si anak menjawab: "Ini kambing saya, 
ini kambing 
bapak saya. Mengapa engkau mengatakan kambing ini milikmu?"
Ketika sampai di rumah ia berteriak: "Ibu, ada orang yang mengaku-ngaku kambing 
kita ini kambingnya." 
Dengan suara tak berdaya si ibu menjawab: "Biarlah nak, kita ini memang orang 
miskin. Biarkanlah dia 
mencela celana bapakmu yang penuh dengan tambalan itu." 
Sepulangnya suaminya dari kebun, si isteri berucap: "Pak, menurut anak kita ada 
yang mencela celanamu 
yang penuh tambalan. Saya katakan, sudahlah nak, tidak usah dipikirkan, kita 
ini memang petani miskin." 
Si suami menjawab: "Haram, kalau saya makan pisang di kebun. Kalau ada yang 
menyampaikan 
kepadamu saya ini suka makan pisang secara sembunyi-sembunyi di kebun, itu 
fitnah." 
Si gadis melihat kedua orang tuanya bercakap-cakap. Setelah percakapan 
berakhir, si gadis dengan 
menangis tersedu-sedu ia berkata: "Biarlah mak, biarlah pak, kalau ada yang 
meminang, jangan ditolak, 
terima saja." 

Dalam kehidupan kita sehari-sehari tidak jarang kita terlibat dalam hal 
prasangka. 
Sikap berprasangka yang terbentuk oleh kepicikan, pandangan sempit, curiga 
kepada bayangan sendiri. 
Keadaan 'tuli' dapat diartikan orang yang tidak mau mendengar pendapat orang 
lain. 
Hanya pendapatnya saja yang benar. 

Si anak laki-laki yang bertugas menggembalakan kambing, karena rasa tanggung 
jawabnya, 
menyebabkan ia bersikap curiga yang berlebihan. Apapun yang diucapkan atau 
dilakukan orang 
ditanggapinya hendak mengambil, merampas kambing miliknya. 
Karena selalu menambal celana suaminya, si Ibu dihinggapi penyakit rendah diri. 
Semua perilaku 
orang selalu dianggap mengejek celana suaminya. 
Si suami yang suka makan pisang secara sembunyi-sembunyi, selalu khawatir bahwa 
isterinya akan tahu. 
Jadi sewaktu isterinya mengatakan bahwa celananya dicela orang, ia menyangka 
rahasianya terbongkar. 
Si gadis pingitan yang jiwanya selalu meratap, mengira pembicaraan orang tuanya 
adalah mengenai dirinya. 
-----------------------------------
"Dan kebanyakan mereka hanyalah mengikuti persangkaan saja. Sesungguhnya 
persangkaan
itu tidak dapat mengalahkan kebenaran sedikitpun. Sesungguhnya Allah Maha 
Mengetahui
apa yang mereka perbuat " [ QS Yuunus; 10:36]
[lm-6]
Dikutip sebagian besar dari tulisan H. Muh. Nur Abdurrahman
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar, Makassar]
-------------------------------------------------------------------------------------
l.meilany
010909/11ramadhan1430h



Kirim email ke