Tulisan  ini disajikan dalam website http://umarsaid.free.fr

Catatan A. Umar Said

            Tokoh besar dan langka : Sergio Regazzoni


 Dalam kehidupan kita sehari-hari, yang dibanjiri oleh segala macam berita
di media massa atau televisi tentang berbagai soal yang dihadapi oleh
masyarakat jarang sekali kita membaca atau mendengar tentang seorang yang
benar-benar berjiwa besar dan juga langka ditemukan bandingannya, sehingga
patut diketahui oleh banyak orang dan menjadi contoh. Untuk itulah tulisan
kali ini menyajikan sebagian kecil dari  kehidupan seorang teman lama dan
kawan seperjuangan, Sergio Regazzoni, yang meninggal dunia di rumah sakit di
Evry (pinggiran kota Paris) pada hari Kamis tanggal 30 Juli 2009, karena
sakit kangker di hati dan ginjal selama beberapa bulan.



Terasa bagi saya, bahwa menulis tentang kehidupan Sergio Regazzoni, walaupun
secara singkat saja, sama sekali tidaklah mudah. Sebab, kebesaran jiwa atau
keluhuran perjuangan selama sejak muda sampai wafatnya, kiranya tidak bisa
dituangkan dalam beberapa halaman saja, atau juga tidak cukup hanya dalam
bebarapa ratus halaman. Bahkan, mungkin baru beberapa buku bisa memberikan
gambaran yang layak tentang sebagian dari arti tindakan-tindakannya,
sebagian dari fikiran dan pandangannya tentang berbagai soal di dunia atau
tujuan dan cita-cita atau harapannya.



Tulisan ini dimaksudkan untuk diketahui oleh para pembaca di Indonesia,
bahwa dalam situasi di dunia (termasuk di negara kita) yang penuh dengan
berbagai konflik atau pertentangan yang berdasarkan agama, ras atau
kebangsaan dan kesukuan, atau kepentingan ekonomi, dan ketika sebagian besar
ummat manusia (juga di Indonesia)  sudah meninggalkan cita-cita luhur yang
mengandung kemanusiaan, kasih, solidaritas, masih ada juga manusia-manusia
yang seperti Sergio. Manusia-manusia yang besar jiwanya dan luhur budinya,
yang memberikan indikasi bahwa dunia belum rusak semuanya.



Perkenalan pertama dengan Sergio


Saya mengenal Sergio Regazzoni, ketika ia sudah bertugas sejak 1984 sebagai
penanggung-jawab urusan-urusan Asia-Pasifik dari LSM yang terbesar di
Prancis, CCFD (Comité Catholique pour Développement et contre la Faim –
Komite Katolik untuk Pembangunan dan melawan Kelaparan). CCFD merupakan LSM
yang sejak didirikan tahun 1961 telah bergerak dalam bidang pembangunan
masyarakat di berbagai negeri di dunia (lebih dari 70 negeri) dalam usaha
bersama menciptakan dunia yang lebih adil dan solider, dan membantu kaum
miskin supaya menjadi aktor perubahan sosial.



Sesudah bertugas di CCFD selama lebih dari 10 tahun (1984-1994) ia menjadi
Direktur Centre Lebret-IRFED International , suatu badan pusat refleksi dan
tukar pengalaman bagi para aktor yang bekerja untuk kemajuan kemanusiaan,
sampai tahun-tahun terakhir sebelum wafatnya.



Selama menjadi  tokoh di CCFD selama 10 tahun dan di Centre Lebret-IRFED
selama sekitar 15 tahun itulah Sergio telah menunjukkan kegigihannya dalam
pengabdiannya untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan orientasi besar
organisasi dimana ia memikul tanggungjawab, dan sesuai pula dengan pandangan
atau cita-citanya secara pribadi. Ia telah membikin CCFD (dan kemudian juga
Centre Lebret) makin dikenal di berbagai kalangan di banyak negeri di Asia
dan Pasifik, terutama di kalangan LSM  (atau badan-badan resmi berbagai
pemerintahan) yang bergerak di bidang sosial untuk pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat, terutama yang miskin atau tersingkir.



Dalam kegiatannya selama 25 tahun di CCFD dan Centre Lebret , sebagai
kelanjutan dari kegiatannya ketika ia masih muda sekali di JOC International
(Jeunesse Ouvrière Chrétienne – Angkatan Muda Pekerja Kristen) itulah ia
telah mengunjungi Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, Tiongkok, Vietnam
Utara dan Selatan, Kamboja, Laos, Thailand, Filipina, Malaysia, India,
Srilanka, Indonesia, Timor Timur, dan juga banyak negeri-negeri   Afrika,
Timur Tengah dan Amerika Latin.



Sahabat karib Gus Dur dan Romo Mangun


Dengan gaya kerjanya yang lincah, cara bergaul yang menyenangkan dengan
siapa saja (termasuk orang-orang yang sulit), dan sikap yang rendah hati dan
bersahabat, ia telah menggalang persahabatan dan kerjasama dengan banyak
kalangan dari macam-macam agama dan aliran politik.

Ia tidak saja dikenal oleh banyak uskup atau pastur di banyak  negeri
(antara lain dari Korea Selatan, Jepang, Tiongkok, Hongkong, Filipina,
Indonesia, Timor Timur dll dll) tetapi juga menjadi sahabat karib dan mitra
kerjasama Gus Dur, Romo Mangun serta tokoh-tokoh LSM Indonesia lainnya. Ia
mempunyai hubungan yang erat dengan tokoh-tokoh Budha di Thailand, Kamboja
dan Laos. Sergio merupakan tokoh pendukung gerakan demokratis di Birma yang
menjadi oposisi sejak lama dari junta militer Birma.



Dari apa yang telah dilakukan Sergio mengenai persoalan-persoalan Indonesia
maka dapatlah kiranya diukur betapa besar ketulusan dan kegigihannya dalam
menjalankan tugasnya, terutama ketika rejim militer Suharto masih sangat
berkuasa. Ia dengan berani (tetapi cukup hati-hati) membantu dengan berbagai
cara dan jalan banyak LSM yang berorientasi kiri, termasuk
organisasi-organisasi yang ada di bawah pangayoman gereja Katolik maupun
Protestan. Sejumlah besar beasiswa telah diberikan dan projek-projek ekonomi
dan sosial juga telah dibantu. Banyak aktivis-aktivis LSM (antara lain yang
tergabung dalam INFID) telah dibiayai untuk seminar atau konferensi (atau
belajar) di berbagai negeri.



Dalam rangka ini pulalah Sergio pernah membantu untuk membiayai pengiriman
delegasi Indonesia yang dipimpin Romo Mangun (terdiri dari 6 orang) untuk
berkunjung ke Tiongkok, dalam usaha untuk menggalang hubungan bersahabat dan
saling mengenal, ketika hubungan diplomatik antara Indonesia-Tiongkok masih
terputus (sampai Agustus tahun 1990). Ini adalah hasil dari pemikiran jangka
jauh dari Sergio, yang termasuk berani waktu itu.



Fikiran-fikirannya yang menjangkau jauh


Fikiran atau pandangan Sergio yang menjangkau jauh juga terlihat dari
tindakannya untuk menggalang kerjasama dengan Korea Utara (bagian dari
UNESCO Korea Utara dan Universitas Pertanian di Wonsan). CCFD juga
memberikan beasiswa untuk sejumlah kecil mahasiswa Korea Utara di Prancis
(dua di antaranya pernah bekerja di restoran INDONESIA di Paris sambil
belajar). Bahwa Sergio telah secara berani, dan gigih, berusaha menggalang
persahabatan dan kerjasama dengan berbagai kalangan di Korea Utara, demi
kepentingan manusia adalah sesuatu yang patut dianggap luar biasa.



Demikian juga halnya dengan Tiongkok. Sergio sudah lama ingin bahwa CCFD
mempunyai hubungan kerjasama dan bersahabat dengan kalangan-kalangan di
Tiongkok, dalam rangka merealisasikan tujuan besar untuk mengabdi kepada
kemanusiaan di mana pun, dan dalam situasi yang betapa pun sulitnya.
Hubungan dengan Tiongkok dianggap oleh Sergio sebagai suatu hal yang perlu
sekali mengingat bahwa penduduk Tiongkok berjumlah  sekitar seperlima ummat
manusia di dunia.  Untuk melaksanakan tujuan inilah Sergio mengajak saya
dalam tahun 1986 menjalankan missi CCFD ke Korea Utara terlebih dulu sebelum
berkunjung ke Tiongkok.



Karena Sergio mengetahui sejak lama bahwa sebelum minta suaka di Prancis
saya pernah bekerja di Beijing sebagai anggota sekretariat Persatuan
Wartawan Asia-Afrika dan hidup di Tiongkok selama 7 tahun, dan karenanya
mempunyai akses untuk hubungan-hubungan dengan berbagai fihak maka ia minta
bantuan saya untuk membidani hubungan CCFD dengan Tiongkok. Sebagai langkah
permulaan hubungan CCFD adalah dengan CAFIU (Chinese Association for
International Understanding),  suatu badan central yang cukup penting di
Tiongkok.



Sejak itu maka CCFD selama lebih dari 25 tahun sudah mengadakan kerjasama
dengan berbagai kalangan di Tiongkok, dan membantu projek-projek dalam
bidang pendidikan (dengan  UNESCO Tiongkok), mendirikan jembatan, membangun
sekolah, klinik dan apotik, dan usaha-usaha produktif lainnya. Sergio telah
berhasil memperkenalkan sebagian dari tujuan-tujuan besar CCFD kepada banyak
kalangan di Tiongkok, dan membuka hubungan persahabatan yang tadinya tidak
ada. Sergio telah membawa CCFD untuk menyelenggarakan seminar-seminar
bersama berbagai badan atau organisasi Tiongkok, dan memberikan beasiswa
untuk belajar ke Prancis.



Hubungan dengan kaum agama, marxis atau komunis


Hasil kegiatan Sergio selama 10 tahun di CCFD dan 15 tahun di Centre Lebret
mengenai Tiongkok adalah termasuk trobosan yang penting, di samping
pekerjaan-pekerjaan yang banyak sekali dilakukan di Vietnam, Kamboja,
Thailand, Birma, Filipina, dan juga yang mengenai Indonesia dan Timor Timur.



Bukan hanya kalangan gereja Katolik di berbagai negeri itu yang mempunyai
hubungan erat dengan CCFD berkat usaha Sergio melainkan juga
kalangan-kalangan agama lainnya, termasuk kalangan non-agama atau marxis
atau komunis. Dalam hal ini hubungan yang erat antara Sergio degan Ramos
Horta dan Xanana Gusmao, dan banyaknya bantuan CCFD selama puluhan untuk
berbagai kegiatan komité-komité Timor di berbagai negeri menunjukkan dengan
jelas besarnya perasaan solidaritas Sergio terhadap rakyat Timor Timur dalam
menentang agresi militer rejim Suharto.



Sergio menunjukkan sikap positif dan antusias terhadap berbagai macam
kegiatan, dari mana pun atau oleh siapa pun, yang  menentang
ke-tidak-adilan, penindasan, dan kesengsaraan, dan yang berjuang untuk
kemanusiaan. Untuk itu, ia duduk bersama saya sebagai salah satu pengurus
dalam Komite Timor Prancis, yang didirikan sejak 1976 di Paris (salah satu
di antara Komite Timor yang tertua di dunia).



Solidaritas dengan mereka yang ditindas Suharto


Hubungan Sergio dengan kalangan yang dalam puluhan tahun menentang rejim
militer Suharto, baik yang di Indonesia maupun yang di luar negeri (termasuk
yang di Prancis) adalah sesuatu yang menjadi sebagian dari kebesaran Sergio,
yang perlu diketahui oleh banyak orang Indonesia. Dengan berbagai cara, dan
bentuk, dan dengan macam-macam jalan, Sergio telah menunjukkan persahabatan
atau solidaritas dengan orang-orang Indonesia yang tidak bisa pulang. Sergio
memberikan beasiswa CCFD kepada sejumlah di antara mereka atau memberikan
berbagai fasilitas untuk mengembangkan diri dan berkarya.



Solidaritas dari CCFD kepada usaha kolektif yang berbentuk restoran koperasi
INDONESIA di Paris adalah suatu hal penting untuk dicatat sebagai salah satu
di antara berbagai contoh bagi banyak orang dan organisasi di Indonesia atau
negeri-negeri lain. Sebab, ketika dalam tahun 1982 sejumlah orang-orang
Indonesia yang minta suaka di Paris dalam kesulitan mencari pekerjaan untuk
bisa hidup normal, dan karenanya berusaha menciptakan kerja sendiri dengan
membuka restoran, maka CCFD memberikan bantuan 100.000 franc (jumlah yang
cukup besar waktu itu) untuk memulai usaha kolektif ini.



Sejak mulai berdirinya (sudah 27 tahun sampai sekarang) restoran koperasi
ini berjalan lancar dan baik, dan makin terkenal, sehingga menjadi
kebanggaan bagi banyak kalangan, terrmasuk dari kalangan CCFD. Selama ini
Sergio menaruh hubungan yang erat dengan para anggota koperasi restoran, dan
juga  menjadikan restoran kita tempat pertemuannya dengan teman-temannya
yang terdekat.



Restoran Indonesia banyak dikenal di kalangan Katolik dan Protestan, dan
kalangan progresif  di Prancis umumnya, juga berkat jasa Sergio yang sering
memperkenalkan pengalaman restoran koperasi ini sebagai suatu contoh yang
ideal dalam usaha kolektif yang berorientasi kepada ekonomi solider atau
ekonomi alternatif



Suatu kejadian yang menunjukkan betapa besarnya solidaritas dan betapa
eratnya hubungan batin Sergio dengan orang-orang yang tidak bisa pulang ke
Indonesia adalah sikapnya terhadap Budiman Sudarsono, yang juga salah satu
pendiri restoran koperasi INDONESIA. Ketika Budiman meninggal dunia karena
kecelakaan kereta-api Sergio ikut menghadiri upacara pemakamannya bersama
banjak orang lainnya, yang berdatangan dari berbagai negeri di Eropa. Tetapi
yang termasuk luar biasa adalah ketika pada suatu hari secara diam-diam dan
sendirian saja ia memerlukan ziarah ke makam Budiman. Ia lakukan itu semua
walaupun ia  tahu bahwa Budiman sebelum 1965 adalah salah satu pimpinan
Pemuda Rakyat (Pusat) dan juga pernah menjadi Ketua Pengurus Besar IPPI, dua
organisasi pemuda yang ditindas habis-habisan oleh rejim Suharto.



Itu semua hanyalah sebagian kecil sekali dari potret kehidupan Sergio, yang
menunjukkan siapa dirinya dan bagaimana atau apa saja tindakannya dan apa
tujuannya. Terlalu banyak hal yang tidak bisa diungkap, mengingat banyaknya
dan juga rumitnya persoalan-persoalan yang pernah dihadapinya dalam masa
baktinya yang berpuluh-puluh tahun untuk banyak kalangan di berbagai negeri.



Sergio adalah jembatan bagi kalangan yang berseberangan, dan juga perantara
bagi banyak fihak yang membutuhkan hubungan dan bantuan, dan juga kunci
untuk membuka pintu hati banyak orang yang memerlukan perkenalan dan
persahabatan. Sergio adalah arsitek agung yang ulet, teguh, dan gigih untuk
membangun bersama-sama dunia yang yang lebih baik, lebih adil, dan lebih
sejahtera bagi semua.



Sergio adalah pejuang kemanusiaan yang suka kehidupan « low profile », dan
karenanya tidak dikenal secara menyolok sebagai selebriti dalam pers di
berbagai negeri. Ia sendiri tidak banyak menulis atau memberikan interview
tentang dirinya atau tindakan-tindakannya. Keunggulannya adalah bekerja
keras tanpa gembar-gembor, berbicara atau berunding dengan ketulusan dan
kerendahan hati yang menyenangkan, sehingga ia banyak mempunyai sahabat
karib dari berbagai kalangan di banyak negeri di Asia, Afrika, Timur Tengah,
dan benua-benua lainnya. Karena itu pulalah seorang pendeta Vietnam (romo
Minh) terbang khusus dari Saigon ke Paris untuk menghadiri upacara pemakaman
Sergio. Begitu juga seorang sahabatnya yang lama dari Thailand, Jaran
Ditatichai, yang juga terbang khusus dari Bangkok untuk memberikan
penghormatan kepada Sergio.



Contoh bagi banyak orang, termasuk yang di Indonesia



Saya merasa bangga menjadi salah satu di antara banyak sahabat karibnya,
yang terdiri dari banyak kalangan dari berbagai negeri itu. Dalam
persahabatan sebagai kawan seperjuangan selama puluhan tahun ini terjalin
saling kepercayaan yang besar dan kuat sekali, sehingga bisa menangani
soal-soal ,yang rumit atau mengandung risiko, yang kadang-kadang tidak perlu
atau tidak baik diketahui oleh orang banyak.



Meskipun usianya lebih muda dari pada saya (ia lahir 4 November 1943 di
Swiss) , saya merasa patut belajar banyak hal dari Sergio ; yang dalam
hidupnya telah berusaha berbuat sebanyak mungkin dan sebaik mungkin, bagi
manusia, dimana pun mereka berada.



Hal-hal yang begitu indah dari sekelumit kehidupan  Sergio inilah yang patut
diketahui oleh banyak orang, termasuk di Indonesia, yang sekarang ini
sebagiannya masih menghadapi fikiran-fikiran kolot, picik, sempit, fanatik
tidak karuan , dan juga sesat !!!  Sergio menunjukkan dengan jelas bahwa ia
sebagai orang Italia-Swiss, dan beragama Katolik, ia sudah membuktikan diri
bisa berbuat banyak dan baik dan berguna pula,  bagi banyak kalangan di
berbagai negeri di dunia Betul-betul hebat dan luhur.



Sergio telah tiada. Tetapi jiwa besarnya dan keluhuran budinya tetap menyala
dalam jangka lama di hati dan fikiran banyak orang yang menghargai apa yang
telah dilakukannya selama puluhan tahun dalam mengabdi kepada manusia di
berbagai negeri di dunia.



Selamat jalan Sergio, sahabat karib dan kawan seperjuangan.



Paris, 10 Agustus 2009


Kirim email ke