SUPERKIDS – ANAK AJAIB
Pada saat ini masyarakat sedang digandrungi untuk menciptakan “Superkids”
dengan memberikan pendidikan kepada anak-anak sedini mungkin. Mereka sudah
mulai dikarbit untuk menjadi Superkid atau Anak Ajaib mulai dari sejak bayi.
Lihat saja berbagai macam buku yang ditawarkan mulai dari “Kiat-kiat
Mengajarkan Bayi Membaca” karangan Glenn Doman atau “Kiat-kiat Mengajar Bayi
Matematika”. Maka tidaklah heran apabila banyak anak dalam usia belum juga
empat tahun sudah hafal susunan kabinet di pemerintahan ataupun nama para
pemimpin negara di dunia. Hanya yang menjadi pertanyaan manfaatnya apa bagi
anak dalam usia empat tahun ?

Orang tua terutama para Supermama yang sekarang saling berlumba untuk
mempamerkan bagaimana hebat atau cantik putera-putrinya sehingga
anak-anaknya dipacu dan digiring ke berbagai macam gelanggang lomba, mulai
dari lomba renang, lukis, menari, menyanyi, s/d kecantikan misalnya
None-Abang Cilik.

Mereka ingin mengorbitkan anaknya “Be Special” harus bisa lebih menonjol dan
lebih baik daripada anak rata-rata yang normal. Mereka ingin anak-anaknya
menjadi “To Excel To Be The Best”. Disamping itu mereka merasa apabila tidak
segera mengajarkan anak-anak mereka berhitung, membaca dan menulis sedini
mungkin, maka mereka akan kehilangan “Peluang Emas” selanjutnya bagi
anak-anak mereka.

Hal-hal inilah yang membuat anak-anak jaman sekarang Cepat Mekar atau
menjadi Miniature Orang Dewasa. Mereka berpakaian dan berprilaku seperti
layaknya orang dewasa misalnya ingin pakaian/sepatu yang bermerek pergi ke
salon maupun membeli kosmetik. Mereka telah menciptakan boneka Barby hidup.
Tetapi apakah kita tahu bagaimana emosi dan perasaan sang anak itu sendiri ?

Early Ripe, Early Rot - Cepat Matang, Cepat Layu
Terbuktikan bahwa anak yang cepat matang akan cepat layu pula. Lihat saja
bintang cilik Joshua atau Yoan Tanamal yang mengalami tekanan hidup glamour
dimasa kanak-kanaknya sehingga akhinya menjadi pengedar narkoba.

Cobalah renungkan, apakah Anda tahu bagaimana emosi dan perasaan sang anak
itu sendiri? Apakah faktor emosi dan perasaan dapat digegas untuk dimekarkan
seperti halnya kecerdasan. Kurikulum anak-anak sekarang dikemas dengan
muatan 90 % bermuatan kognitif yang mengfungsikan belahan otak kiri.
Sementara fungsi belahan otak kanan hanya mendapat porsi 10% saja.

Ketidakseimbangan dalam memfungsikan ke dua belahan otak dalam proses
pendidikan di sekolah sangat menyolok. Oleh karena itu ketika semua menjadi
cepat mekar kebutuhan emosi dan sosial anak jadi tak dipedulikan. Sementara
anak itu sendiri membutuhkan waktu untuk tumbuh, untuk belajar dan
berkembang, karena ini merupakan sebuah proses dalam kehidupannya.

Perlu diketahui bahwa perasaan dan emosi memiliki waktu dan ritmenya sendiri
yang tidak dapat digegas atau dikarbit. Lihat saja sendiri walaupun anak tsb
sudah memiliki penampilan seperti layaknya orang dewasa, tetapi kelakuannya
masih tetap saja seperti anak-anak. Hal ini kelihatan nyata sekali pada saat
mereka merengek, berteriak menangis.

Perlu diketahui, bahwa pendidikan anak seutuhnya bukan hanya sekedar
mengasah kognitif melalui kecakapan akademik semata. Pendidikan yang baik
harus dapat membangun secara bersamaan jiwa, pikiran, fisik maupun hati yang
dimiliki oleh anak didiknya. Agar anak tersebut menjadi “Good and Smart” –
Terang Hati maupun Pikiran.

Menurut Martin Luther King, Jr: “Kecerdasan saja tidak cukup, sebab ini
harus didampingi juga oleh karakter, agar pengetahuan yang berguna bisa
diamalkan juga untuk perbuatan yang berguna.”

Pendidikan harus mampu mengimbangkan fungsi otak kiri dan kanan masalahnya
anak sekolah itu bukan hanya sekedar untuk memupuk ilmu pengetahuan semata
melainkan untuk menyongsong masa kehidupan mereka.

Tidak bisa dipungkiri bahwa bagi banyak orang, masa kanak-kanak merupakan
Sweet Memories yang indah, walaupun kita tidak diajarkan berbagai macam
bahasa asing sekalipun juga.

“Apabila seseorang menyimpan banyak kenangan indah di masa kecilnya, maka
kelak seluruh kehidupan akan terselamatkan. Bahkan apabila hanya ada satu
saja kenangan indah yang tersimpan dalam hati kita, maka itulah kenangan
yang akan memberikan satu haru untuk keselamatan kita.” Hal inilah yang
diungkapkan dalam bukunya Karamasoff oleh penulis F. Dostojewski

Neil Postman sosiolog Amerika menyatakan apabila anak-anak dicabut masa
kanak-kanaknya, maka di kemudian hari mereka akan menjadi orang dewasa yang
ke kanak-kanakan. Contoh nyata Michael Jackson.

Anda tidak perlu khawatir apabila anak Anda lamban belajar, bahkan dalam
usia tujuh tahun belum bisa membaca atau menulis sekalipun. Hal ini
terbuktikan dari biografi para tokoh legedaris seperti Eleanor Rooselvelt,
Thomas Edison maupun Einstein yang mengalami kesulitan belajar s/d kelas 3
SD, sehingga ia dicap sebagai anak bebal yang suka melamum. Mang Ucup
sendiri walaupun saya tidak termasuk tokoh legendaris, tetapi saya termasuk
kelompok anak yang dunguk bin goblok, betapa tidak; kelas 1 SD tidak naik,
kelas 5 SD tidak naik juga, begitu juga kelas 1 SMP tidak naik pula.

Berdasarkan pengalam bertahun-tahun dari Dr. Remo H. Largo yang telah
mengadakan penelitian khusus mengenai pendidikan bayi maupun anak-anak dan
juga menulis berbagai macam buku yang bukan saja menjadi bestseller
melainkan longseller. “Rumput tidak akan bisa tumbuh lebih cepat, walaupun
ini ditarik sekalipun juga. Tidak ada methoda yang dapat mempercepat
pertumbuhan sang anak. Pelajaran yang terbaik yang bisa kita berikan kepada
sang anak, apabila kita memberikan kesempatan agar anak tersebut dapat
tumbuh secara wajar sebagai layaknya seorang anak.”

Mang Ucup
Email: mang.ucup<at>gmail.com
Homepage: www.mangucup.org
Facebook

Kirim email ke