Berangkat dari pengalaman dari seorang teman yang diskusi dalam sebuah
forum seksualitas (www.forum.ourvoice.or.id). 
Topiknya soal pernikahan sejenis
yang dilegalkan di Argentina. Dimana pasangan gay, Alex Freyre dan José María 
Di Bello warga negara
Argentina yang akhirnya  menikah 28 Desember 2009.  Pernikahan dilangsungkan di 
kota Ushuaia,
propinsi Tierra del Fuego, Argentina yang terkenal sebagai kota di ujung
selatan dunia. Bahkan gubernur propinsi ini, Claudio Morgado, bersedia menjadi 
saksi atas
pernikahan tersebut gay tersebut.

 

Kejadian  itu menjadi diskusi hangat dalam forum tersebut.  Salah satu dari 
anggota forum akhirnya berbagi cerita tentang pengalamannya;  
....senang mendengar berita seperti ini (soal pernikahan sejenis di 
Argentina)...
"pintu itu sudah mulai terbuka...".


Cuma sedih juga dengan kasus hukum yg dibicarakan... gw sangat awam dgn
masalah hukum....  Gw hanya mensiasati hal itu dgn cara gw sendiri, kalo 
masalah adopsi..gw lebih
melakukan dgn cara 'anak asuh, dia bebas mandiri. Meskipun demikian 'anak' gw
sangat deket dgn gw...dan itu sudah cukup buat gw...just the bond.. 


Masalah harta, gw selalu bilang ke keluarga gw kalo 'benda-benda' itu bukan
milik gw, demikian juga partner gw akan bilang ke keluarganya kalo itu bukan
miliknya...  Jadi kalo salah satu dari kita 'lenyap' tak ada tuntutan dari kedua
belah kelurga. Semua surat2x berharga kita yg pegang. Lalu kalo kita 'bubar'
walhualam.. jangan sampe deh..(kalau hal terburuk itu terjadi, gw sdh ikhlas 
buat dia semua).

Masalah pernikahan.. kita tidak pernah memikirkannya.. yg terpenting bagaimana
kita menilai hubungan itu sbg sebuah ikatan.



Nggak tahu apakah ini akan dapat 'langgeng'... we just try the best that we
can. 

Intinya...kita semua dapat mencari jalan untuk mensiasati kondisi yg 'tdk
memungkinkan' dengan cara kita sendiri.... Gw, tetap berharap bahwa angin 
perubahan itu akan datang ke Indo..... 

Cerita ini bukan isapan jempol tetapi fakta yang terjadi dilapangan. Ini bukan 
satu-satunya cerita, tetapi banyak pasangan gay /lesbian memutuskan mengadopsi 
anak untuk sampai dewasa dengan baik. Kita mungkin berpikir bahwa anak-anak 
yang dibesarkan oleh pasangan homoseksual akan mengalami masalah perkembangan, 
tetapi dari yang saya temui anak-anak tersebut tumbuh dan berkembang tidak 
bedanya dengan anak lainnya.  

Pandangan bahwa anak yang dibesarkan oleh pasangan homoseksual secara langsung 
akan menjadi seorang homoseksual,  itu juga alasan yang tidak terbukti dan 
sangat berlebihan.  Karena soal orientasi seksual anak  tidak secara otomatis 
diturunkan dari orang tuanya.  Karena orang-orang yang homoseksual sekarang ini 
sebelumnya juga bukan anak-anak yang dibesarkan dari pasangan homoseksual.
Bahkan dari pengalaman saya, justru anak-anak itu menjadi anak yang sangat 
terbuka dengan perbedaan khususnya soal keberagaman seksualitas.  Mungkin 
sangat sedikit anak-anak dapat langsung belajar tentang apa sebenarnya 
homoseksual itu. Tidak dapat disekolah, lingkungan masyarakat maupun guru 
agama, selain mendapatkan  pemahaman  dan informasi yang keliru soal 
homoseksual.  Tetapi anak-anak tersebut langsung melihat dan merasakan siapa 
sebenarnya homoseksual itu? Apakah mahkluk "Alien" dari planet lain yang sangat 
menakutkan, menularkan "virus" homoseksualnya? Atau manusia yang penuh kasih 
dan tanggung jawab sebagai orang tua, yang tidak ada bedanya dengan pasangan 
heteroseksual.
Adopsi anak juga banyak dilakukan oleh seorang gay/lesbian yang single. Tanpa 
pasangan.  Karena banyak alasan mereka (seorang homoseksual) mengadopsi anak 
sebagai single parent.  Umumnya salah satu alasannya agar masa tua nantinya ada 
yang menemani atau menjaga dirinya yang memutuskan tidak menikah selama 
hidupnya baik dengan laki-laki maupun perempuan.  

Beda dengan pasangan gay/lesbian, seorang homoseksual yang single mengadopsi 
anak biasanya cenderung "menutupi" identitas seksualnya kepada anak asuhnya.  
Mungkin ada banyak faktor mereka melakukan itu.  Walau tidak sedikit juga dari 
mereka terbuka dengan anak asuhnya tentang seksualitasnya.  

Situasi ini menjadi refleksi kepada bagi kita  soal wacana keluarga. Apa 
sebenarnya keluarga? Apakah keluarga harus pasangan heteroseksual? Laki-laki 
dan perempuan. Apakah kebahagian seorang anak hanya didapatkan dari didikan 
pasangan heteroseksual? Padahal kita tahu kekerasan terhadap anak dapat terjadi 
dimanapun baik pasangan di pasangan heteroseksual maupun homoseksual. 

Yang dibutuhkan anak sebenarnya bukan pasangan heteroseksual, single parent 
atau pasangan homoseksual yang akan mengasuhnya. Tetapi yang paling dibutuhkan 
anak adalah  kasih sayang dan perhatian yang penuh kepadanya. Untuk tumbuh dan 
berkembang sesuai dengan potensinya.  Juga yang penting juga memastikan hukum 
melindungi pasangan homoseksual ataupun single parent yang mengadopsi anak-anak 
mereka atas hak asuh ataupun warisnya nanti. Ini juga yang harus diperhatikan 
oleh negara.
Karena menjadi tidak bijaksana kalau kita terus  meributkan bahwa anak harus 
diasuh oleh orang tuaku heteroseksual.  Karena kehidupan dunia tidak 
tunggal,termasuk kebahagian bagi anak.
http://gerakan-gay.blogspot.com/2009/12/adopsi-anak-bagi-homoseksual.html
salam



Toyo
http://blog.ourvoice.or.id
http://forum.ourvoice.or.id



      Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat. Undang teman dari 
Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang! 
http://id.messenger.yahoo.com/invite/

Kirim email ke