Sesama Islam, dan sesama Arab kenapa berperang?



Facebook:
Radityo Djadjoeri

  ----- Original Message ----- 
  From: ali reza 
  To: mediac...@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, January 05, 2010 11:55 PM
  Subject: [mediacare] ANTARA Ngawur Anggap Al-Houthi Pemberontak Syiah Yaman


    

  Kantor Berita Antara kemarin (Selasa, 05/1) menurunkan laporan tentang perang 
Yaman dan menyebut Arab Saudi telah melakukan serangkaian serangan udara 
mematikan di perbatasannya dengan Yaman. Antara mengutip dari pihak syiah 
Yaman, akibat serangan tersebut 16 warga sipil tewas dan melukai 19 orang yang 
lain.
  Disebutkan pula, dalam satu dari 25 serangan yang dilancarkan Senin, enam 
warga sipil tewas dan enam warga yang lain terluka, beberapa wanita dan anak 
termasuk di antara mereka, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh 
pemberontak, yang Riyadh perangi sejak awal November. Sepuluh warga sipil yang 
lain tewas di sebuah pasar yang dihantam oleh salah satu serangan udara yang 
dilakukan pada hari Ahad, kata pemberontak itu dalam pernyataan terpisah yang 
disiarkan di situs Internet mereka.

  Masih seperti biasanya, Antara tanpa melihat akar masalah yang sebenarnya 
lalu mencap gerakan Al-Houthi sebagai pemberontak Syiah Zaidi. Sementara selama 
ini belum ada satu laporanpun yang diturunkan Antara yang mengulas alasan 
kebangkitan gerakan Al-Houthi. Itu berarti Antara tidak menyajikan berita 
secara berimbang dan adil soal esensi perang Yaman. Antara juga tidak 
mengekspos bagaimana militer Arab Saudi sebuah Negara Islam melakukan perang di 
bulan Dzulhijjah, termasuk bulan-bulan yang diharamkan Allah berperang 
  di dalamnya. Tidak cukup itu saja, Arab Saudi hanya dengan alasan terbunuhnya 
seorang penjaga perbatasan harus menggunakan senjata non-konvensional seperti 
fosfor putih?

  Mengapa Antara tidak memuat surat terbuka gerakan Al-Houthi yang yang 
dikirimkan kepada Amr Moussa, Sekjen Liga Arab? Surat terbuka itu menyebut 
campur tangan Arab Saudi dalam konflik internal Yaman bukan kejadian yang baru. 
Karena sejak konflik pertama di tahun 2004, Arab Saudi telah mengintervensi 
urusan dalam negeri Yaman dan menyerang kelompok Al-Houthi. Dalam surat terbuka 
itu disebutkan bagaimana mereka menemukan senjata-senjata milik Arab Saudi di 
pos-pos militer Yaman.

  Bertentangan dengan klaim Arab Saudi yang dikutip Antara bahwa gerakan 
Al-Houthi membunuh seorang penjaga perbatasan dan menduduki dua dewa Arab 
Saudi, gerakan Al-Houthi dalam surat terbukanya mengatakan, "Pada mulanya kami 
berhasil memukul mundur pasukan militer Yaman dari gunung Jebel Al-Dukhan dan 
menyerahkan daerah ini kepada pasukan penjaga perbatasan Arab Saudi. Namun pada 
tanggal 1 November 2009, pasukan Yaman kembali memasuki daerah strategis ini. 
Sekalipun kami telah menyampaikan protes terhadap pasukan penjaga perbatasan 
Arab Saudi, tapi mereka tidak memberikan reaksi apa-apa."

  Sekilas Tentang Gerakan Al-Houthi
  Gerakan Al-Houthi dibentuk oleh Husein Badruddin Thaba'thaba'i Al-Houthi. 
Husein Al-Houthi adalah anak Allamah Sheikh Badruddin Al-Houthi, tokoh Syiah 
Zaidiah Yaman. Husein Al-Hauthi memulai pendidikan dasarnya di tempat 
tinggalnya di Provinsi Saada, utara Yaman. Setelah itu ia melanjutkan 
pendidikannya di sekolah Wahhabi yang berafiliasi ke Gerakan Ikhwanul Muslimin 
Yaman.

  Pada tahun 1991, Partai Sosialis berkuasa di Yaman berusaha untuk mencegah 
meluasnya pemikiran ekstrim Partai Asosiasi Reformasi Yaman dan untuk itu 
mereka membentuk Partai Al-Haq yang pandangannya berdasarkan Islam. Husein 
Al-Hauthi termasuk pendiri partai ini. Pada tahun 1993 Husein Al-Hauthi 
mengikuti pemilu legislatif dan terpilih menjadi anggota parlemen. Pada tahun 
1996 mulai terjadi friksi dan perpecahan dalam tubuh pemerintah Yaman. Hal itu 
diakibatkan kembalinya warga Yaman bermazhab Wahhabi dari Afganistan. Demi 
mencegah tersebarnya pemikiran ekstrim dan keras ini, pemerintah meminta 
bantuan Husein Al-Hauthi.

  Pada tahun 1997 Husein Al-Hauthi keluar dari Partai Al-Haq dan membentuk 
Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin (Pemuda Mukmin). Di masa itu pemerintah masih 
memberikan bantuan kepada gerakan ini dan memberikan kesempatan untuk melakukan 
aktivitas melawan pemikiran Wahhabi. Pemerintah Amerika waktu itu juga menekan 
pemerintah Yaman untuk memberantas AlQaeda.

  Namun segalanya berubah total pada tahun 2003. Sekitar 650 anggota Gerakan 
Al-Syabab Al-Mukmin ditahan dan dijebloskan ke dalam penjara akibat menyerukan 
slogan "mampus Amerika dan mampus Israel". Upaya keras Husein Al-Hauthi dan 
teman-temannya untuk membebaskan mereka tidak kunjung berhasil, bahkan mencapai 
jalan buntu. Sejak saat itu friksi antara Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin dengan 
pemerintah semakin lebar. Awalnya pemerintah menekan gerakan ini lewat politik, 
namun lambat laun tekanan ini mulai memasuki tahapan militer dan hal itu terus 
berlangsung hingga saat ini.

  Kini konstelasi politik Yaman telah berubah seratus delapan puluh derajat. 
Bila sebelumnya untuk mencegah penyebaran Wahhabi, pemerintah memanfaatkan 
Husein Al-Hauthi dan para pendukungnya, kini pemerintah malah meminta bantuan 
Wahhabi untuk menumpas Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin.

  Pemerintah Yaman Cap Al-Houthi Sebagai Pemberontak
  Fenomena ini tentu saja sangat mengkhawatirkan pemerintah Ali Abdullah Saleh, 
terlebih lagi dengan mencermati semangat revolusioner orang-orang Syiah Yaman 
sepanjang sejarah. Untuk itu, langkah pertama yang dilakukan pemerintah adalah 
mencap mereka sebagai teroris dan pemberontak agar dapat menarik perhatian 
Amerika untuk menumpas mereka.

  Demi menjalankan niatnya ini, Ali Abdullah Saleh tahun 2004 ikut dalam 
pertemuan kepala-kepala negara G-8 di Georgia, Amerika. Ia berunding dengan 
Bush dan kepala-kepala negara Eropa lainnya dan berusaha untuk menarik dukungan 
mereka menumpas orang-orang Syiah Yaman dan kelompok teroris AlQaeda. Bersamaan 
dengan itu, Ali Abdullah Saleh berusaha mempengaruhi negara-negara lain dan 
memanfaatkan anasir-anasir Ahli Sunnah yang memusuhi Syiah.

  Begitu Ali Abdullah Saleh kembali dari Amerika, ia memerintahkan seluruh 
pasukan militer negaranya untuk menyerang total Provinsi Saada, khususnya 
daerah-daerah Nushur, Al Shafi'ah, Dhuhyan dan Marran. Segera setelah keluarnya 
perintah, jet-jet tempur dan pesawat pembom militer Yaman ikut membantu ratusan 
kendaraan berlapis baja dan artileri berat membombardir kawasan tersebut. 
Dengan demikian, Senin pagi tanggal 17 Juni 2004, kawasan hijau pegunungan 
Provinsi Saada menjadi sasaran serangan brutal pasukan militer Yaman dan hanya 
dalam beberapa menit daerah ini telah berubah menjadi neraka.

  Segi Tiga Yaman, Arab Saudi dan AS di Perang Saada
  Bagi pemerintah Yaman, gerakan Al-Houthi menjadi kendala besar dalam proses 
suksesi di negaranya. Bila masalah ini disederhanakan, sebenarnya Ali Abdullah 
Saleh membangun kekuasaannya berdasarkan partai politik yang bernama Partai 
Kongres Rakyat Umum (GPC). Namun partai yang menjadi tulang punggung 
kekuasaannya di Sanaa memainkan peran yang sama dengan Partai Demokratik 
Nasional (NDP) yang fungsinya hanya mengukuhkan kekuasaan Hosni Mubarak di 
Mesir. Kader-kader dua partai ini terdiri dari para intelijen dan perwira 
militer. Kekuasaan dengan formasi yang semacam ini menjadi faktor utama 
ketidakpuasan rakyat di Yaman, termasuk gerakan Al-Houthi.

  Sementara Arab Saudi menilai syiah Yaman menjadi bahaya potensial bagi 
penyebaran Wahhabi di Yaman. Arab Saudi juga khawatir konflik yang terjadi 
Yaman bakal merembet ke negaranya dengan memperhatikan warga Syiah Arab Saudi 
yang tinggal di perbatasan Negara ini dengan Yaman. Namun Arab Saudi harus 
punya alasan yang dapat diterima untuk memasuki konflik ini. Namun intervensi 
Arab Saudi ini menemui batunya. Sepekan setelah menyerang posisi-posisi gerakan 
Al-Houthi, militer Arab Saudi langsung memanggil pasukan cadangannya untuk ikut 
dalam operasi-operasi militer di Yaman utara. Kenyataan ini menunjukkan militer 
Arab Saudi gagal dalam aksi-aksi militernya.

  Amerika yang menyaksikan kegagalan sekutu terdekatnya di Timur Tengah 
langsung mengirimkan pasukannya guna menyelamatkan muka Arab Saudi yang 
sebelumnya telah babak belur di Lebanon, Palestina dan Irak. Sama seperti Arab 
Saudi, Amerika juga harus punya alasan untuk memasuki konflik internal Yaman. 
Pilihan jatuh kepada Umar Farouq Abdulmuthalab, warga Nigeria. Pada tanggal 25 
Desember, ia berupaya melakukan aksi peledakan pada pesawat AS, Northwest yang 
bertolak dari Amsterdam ke Destoit. Namun Abdulmuthalab ditangkap sebelum 
melakukan aksi teror itu.

  Sekaitan dengan Abdulmuthalab ini, Presiden Barack Obama Sabtu lalu (02/1) 
mengatakan, "Kami mengetahui bahwa Abdulmuthalab pergi ke Yaman yang merupakan 
negara sangat miskin dan sarat radikalisme."

  Pertanyaannya, bila Abdulmuthalab adalah anggota AlQaeda, lalu mengapa daerah 
Yaman utara yang menjadi sasaran serangan yang mayoritasnya bermazhab Syiah 
Zaidiah? Semua tahu betapa Syiah dan Al-Qaeda yang berkeyakinan Wahhabi tidak 
pernah dapat bersatu. Bahkan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, Husein 
Al-Houthi, tokoh pendiri gerakan Pemuda Mukmin yang menjadi cikal bakal gerakan 
Al-Houthi pernah diminta oleh Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh untuk menumpas 
pemikiran Wahhabi, asas pemikiran AlQaeda. 
(http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=18214&Itemid=59)




  

Kirim email ke