Friends,

Berikut tanya-jawab dengan seorang rekan yg saya rasa bisa menggetarkan cakra 
tertentu di tubuh saya. Kali ini isinya jujur tanpa tedeng aling-aling. 
Akhirnya, akhirnya..


+

FILSAFAT, SPIRITUAL, AGAMA DAN SHIT, SAMPAH..


T = Mas Leo, 

Kemarin aku ikut kuliah umum tentang hermeneutika dan filsafat kecurigaan di 
Komunitas Salihara. 

J = Hermeneutika adalah ilmu tentang penafsiran. Bagaimana kita menafsirkan 
teks, bagaimana menafsirkan ayat-ayat kitab biasa dan ayat-ayat dari kitab yg 
disucikan,
 bagaimana menafsirkan tulisan propaganda partai politik, bagaimana menafsirkan 
tulisan orang yg jualan Tuhan dan KPR Syariah, bagaimana menafsirkan khotbah 
orang beragama, bagaimana menafsirkan tulisan ilmiah, bagaimana menafsirkan 
kata-kata biasa-biasa saja.

T = Sembari mendengarkan ceramah the lecturer, terutama di bagian tentang teks 
punya logikanya sendiri, yg bisa dianalisis lewat strukturalisme entah Greimass 
atau Propp, dan ada ideologi yg bermain di dalamnya (well, dulu di bangku 
kuliah sih udah belajar, and kemarin itu semacam refreshing otak n bagaimana 
ideologi itu beroperasi menjadi tampak lebih kentara), aku membandingkan 
filsafat dengan spiritualitas.

J = Spiritualitas bisa didefinisikan bermacam-macam, dan latar belakangnya juga 
filsafat. Filsafat artinya pemikiran. Pemikiran tentang segala macam. Dan di 
jaman dulu, pemikiran tentang kehidupan batin manusia namanya filsafat 
metafisika. Metafisika itu berandai-andai tentang
 Tuhan. Bagaimana Tuhan menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, etc, dan 
mengapa Tuhan tidak menyahut walaupun dipanggil dengan sejuta loudspeaker 
mesjid, misalnya. Lalu the filsuf akan memberikan jawaban yg terakhir dan 
sempurna. Jawaban itu datang dari pikiran si filsuf sendiri. Filsuf tentang 
Tuhan bisa disebut sebagai metaphysician. Filsuf metafisika. 

Di Kristen, filsuf demikian disebut sebagai teolog. Dan pemikirannya disebut 
sebagai teologi, artinya ilmu tentang Tuhan. Datangnya dari mana the ilmu? Ya 
dari pikiran si filsuf sendiri. Tetapi kemudian gereja mengambil alih pemikiran 
si filsuf dan dijadikan ajaran agama dengan alasan datangnya dari Tuhan. 
Pedahal itu datang dari pemikiran si filsuf itu sendiri. Tanpa diduga, ternyata 
ada juga orang-orang yg tahu asal-usul ajaran agama dan mempertanyakannya. 
Tetapi orang yg mempertanyakan itu akhirnya di-ban, mulutnya dibungkam. 
Buku-bukunya dibreidel. Fyi, gereja Katolik Roma itu
 paling rajin membreidel buku orang yg berlawanan dengan kata-kata Tuhan sesuai 
dengan yg diridhoi oleh gereja. Di jaman dulu orang-orang yg bukunya dibreidel 
bisa menikmati hukum syariat Katolik berupa kehormatan untuk dipanggang 
hidup-hidup menjadi sate, namanya sate orang. Udah gitu the sate dikubur tanpa 
upacara, kurang lebih sama dengan kelakuan Taliban jaman sekarang.

Tetapi gereja Katolik Roma sekarang sudah tobat. Sudah habis-habisan berperang 
dengan kelompok pembangkang yg sekarang dikenal sebagai gereja Protestan. Dan 
gereja-gereja Protestan juga sudah tobat, tidak lagi fanatik dan 
menginjak-injak HAM kaum wanita dan minoritas. Ayat-ayat yg dulu mereka 
tafsirkan sebagai berasal dari Tuhan sekarang sudah terbuktikan merupakan hasil 
pemikiran manusia di jaman dahulu. Ada manusia yg dikenal sebagai Musa, Daud, 
Sulaiman. Ada yg namanya Yesus, dan ternyata kata-kata yg terkumpul atas nama 
mereka di dalam Alkitab itu semuanya hanyalah berupa
 hasil pemikiran. Filsafat juga sebenarnya. Walaupun menggunakan kata Tuhan, 
ternyata semuanya pemikiran manusia belaka. Filsafat belaka.

Kalau dibilang filsfafat, orang yg masih gila Tuhan akan menganggap enteng. 
Filsafat itu pemikiran manusia belaka, begitu pikir mereka. Pedahal segala 
macam ajaran agama itu apa kalau bukan filsafat juga? Cuma ajaran agama 
memiliki kelebihan yg terakhir dan sempurna, yaitu tanpa tahu malu bilang ada 
Tuhan yg menurunkan ayat-ayat. Dan ada syariat atau syarat-syarat supaya masuk 
Sorga. Lalu ada diskriminasi manusia menjadi orang mukmin dan orang kafir. Kalo 
mukmin berarti satu kelompok, dan kalo kafir berarti musuh. Pedahal itu 
semuanya filsafat thok, pemikiran. Filsafat itu berubah terus, tetapi kalau 
sudah dijadikan agama akhirnya mati. Dan manusia-manusia yg masih waras otaknya 
akan berusaha untuk membujuk dengan berbagai macam 'permen' supaya manusia yg 
gila Tuhan itu sadar diri.

Spiritualitas juga
 begitu, isinya pemikiran belaka, filsafat juga. Ada spiritualitas berdasarkan 
aliran Sufi. Ada spiritualitas Kristen. Ada spiritualitas Buddhist. 
Spiritualitas humanis. Spirituatlitas agnostic. Spiritualitas atheist. Isinya 
pemikiran belaka. Mereka berpikir bahwa kalau mencari Tuhan harus 
berputar-putar seperti gasing, contohnya. Dan itu sah saja seperti dilakukan 
oleh sebagian orang Sufi. Ada yg bilang spiritualitas berarti vegetarian atau 
anti makan babi dan binatang lainnya seperti yg dipraktekkan oleh sebagian 
orang Buddhist. Dan itu sah saja. Sebagian orang Hindu mempraktekkan 
brahmachary atau pantang melakukan hubungan sex, baik dengan manusia sejenis 
maupun berlawanan jenis. Dan itu oke pula. Yg humanis menekankan kerja bakti 
sosial. Yg agnostik menekankan universalitas. Dan yg atheist menekankan ilmu 
pengetahuan. Semuanya spiritualitas.

T = Aku jadi berpikir bahwa spiritualitas itu omong kosong belaka. 
The-so-called spirit itu adanya di
 mana? Penglihatan, hasil terawangan, intuisi, insight, dan bahkan wisdom yg 
dialami oleh spiritualis itu cuman lapisan kesadaran sebenarnya, lapisan yg 
terkuak lebih dalam. Memang itu semua terjadi/muncul seakan-akan secara 
spontan. Dan menurutku banyak spiritualis terjebak di sini, merasa telah 
"semakin dekat" menuju the-so-called source atau Tuhan atau the unknown 
(istilah J Krishnamurti). 

J = Banyak orang yg mengaku spiritualis itu cuma menipu diri mereka sendiri 
saja. Mereka merasa telah dekat kepada the source, pedahal kalau benar ada the 
source, maka kita tidak akan lebih dekat atau lebih jauh. Kita cuma akan 
segitu-gitu aja. The source itu apa? Napas kita? Kita selalu bernapas bukan? 
Dari lahir sampai sekarang, dan bahkan sampai mati kita tidak akan lebih dekat 
dan lebih jauh dari napas kita. Ada pula yg namanya intuisi, dan itu sesuatu yg 
spontan datang dari alam bawah sada kita. Psikologi juga tahu yg namanya 
intuisi, dan itu ada
 di semua orang kalau manusianya mau berjalan di jalan yg biasa-biasa saja, 
tanpa memasukkan diri ke dalam kotak-kotak. Kotak-kotak itu adalah yg memakai 
segala macam definisi, biasanya dari agama-agama. Ada definisi manusia yg 
tercerahkan dan manusia yg butek. Mungkin definisi itu berguna juga karena kita 
memang bisa lihat bahwa manusia yg memegang agama biasanya otaknya butek, tidak 
jalan. Atau paling jauh jalan di tempat saja karena the person ingin masuk 
Sorga dan memperoleh tempat yg layak di sisi Allah SWT. Pedahal kita tahu bahwa 
Allah SWT itu merupakan hasil pemikiran. Hasil olah daya pikir manusia yg 
sekarang kita kenal sebagai aktifitas berfilsafat. Tetapi kata filsafat belum 
dikenal di masa lalu. Dulu orang menyebutnya sebagai bernubuah. Dan manusianya 
disebut nabi... Lebih gila lagi adalah orang-orang tertentu yg me-nabikan 
manusia tertentu dengan maksud untuk merebut kekuasaan. Manusia yg di-nabikan 
itu pedahal tidak ada bedanya dengan anda
 dan saya, cuma seorang manusia yg berpikir dan mengucapkan kata-kata. 
Kata-kata biasa saja malahan. Cuma ditambahkan pemanis rasa seolah-olah yg 
berbicara itu Allah.

T = Krishnamurti (sebagaimana terbaca di buku kehidupan yg ditulisnya) dan 
semua guru spiritual bakal bilang bahwa kita harus meninggalkan konsep-konsep, 
pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yg kita miliki agar dapat menyelami 
kebenaran, keheningan, atau Tuhan.

J = Konsep juga sebenarnya. Kita memang harus meninggalkan semuanya supaya bisa 
mengenal siapa diri kita sendiri. Kita harus meninggalkan doa-doa yg 
menjerit-jerit 'Oh, Tuhan'. Harus meninggalkan kebiasaan menuruti kata orang. 
Kata orang kalau sholat maka pahala kita bertambah. Kata orang kalau ke gereja 
tiap minggu maka akan masuk Sorga. Kata orang kalau meditasi maka bisa tenang 
seperti patung Buddha. Itu semua kata orang, dan harus ditinggalkan kalau 
manusianya mau menemukan siapa itu "Tuhan". Kata Tuhan harus selalu
 ditulis dengan tanda kutip karena itu cuma konsep thok. Orang Malaysia yg gila 
Tuhan itu tidak tahu bahwa mereka cuma memperebutkan konsep yg namanya Allah. 
Allah itu konsep thok. Hasil pemikiran. Hasil kegiatan berfilsafat. Dan memang 
harus ditinggalkan kalau manusianya mau menemukan dirinya sendiri. 

T = Sedangkan para filsuf, kalo yg kemarin sih filsuf-filsuf hermeneutika macam 
Paul Ricoeur, justru tidak menegasikan konsepsi/pengetahuan yg kita miliki 
sebelumnya. 

J = Mereka tidak menegasikan karena mereka tahu bahwa mereka bergerak di alam 
pemikiran, dan tidak ada satupun konsep begituan yg mereka pegang. Karena 
mereka tidak pegang satupun, maka mereka tidak merasa ada kebutuhan untuk 
menegasikan. Mereka bisa melihat makna atau essensi dari hal-hal yg 
disimbolkan. 

T = Satu keunggulan utama dari filsafat adalah dia selalu bisa mengelaborasi 
modus operandi dan cara beroperasi entah itu ideologi, atau
 kebenaran itu sendiri! Dia selalu bisa melihat logika yg tersembunyi di balik 
kebenaran. Sedangkan spiritualis bisanya cuman menerima 
penglihatan/wisdom/intuisibegitu aja.

J = Spiritualis aliran ketinggalan jaman memang punya banyak salah kaprah. 
Mereka memuja-muji Krishnamurti dan Osho, tanpa tahu message yg diberikan oleh 
Krishnamurti dan Osho. Krishnamurti dan Osho itu tidak perduli dengan segala 
macam keharaman ini dan itu yg dipraktekkan oleh orang-orang spiritualis 
keblinger yg masih cukup banyak dijumpai di Indonesia, misalnya. The 
spiritualists merasa diri orang spiritual kelas tinggi, pedahal menurut 
pendapat saya mereka kelas teri. Kelas teri itu adalah spiritualis yg 
mengajarkan tutup mulut. Tutup mulut karena merasa dirinya sudah SO high. 
Terlalu tinggi dan
 suci bagi dunia ini. Pedahal itu penipuan diri sendiri saja karena kita bisa 
tahu betapa sombongnya si spiritualis itu mengajarkan bagaimana manusia harus 
menghilangkan kemelekatan terhadap the kontols... pedahal gimana mao hilang? 
Such burung pelatuk memang nempel di selangkangan kita kaum pria, dan kita mao 
pake ataupun tidak merupakan HAM yg ada di diri kita, apabila dilakukan dengan 
dasar suka sama suka. Dan kegiatan esex-mengesex, baik dengan muhrimnya maupun 
dengan muhrim orang, sama sekali tidak ada hubungannya dengan tingkat 
spiritualitas orang.

Tingkat spiritualtias juga konsep yg amburadul. Memang ada orang yg 
pengertiannya lebih komprehensif, dan ada yg cetek. Yg cetek itu yg pakai 
banyak syariat. Yg merasa sudah jadi orang baik karena sering meditasi di pura. 
Sering baca Bhagavad Gita dan Alkitab. Bacanya berganti-ganti sebagai bukti 
bahwa orangnya sudah universal. Dan itu disohorkannya di facebook. Tetapi so 
jelas bagi orang yg punya
 mata bahwa orang jenis begituan adalah orang spiritual kelas pemula. Cetek. 
Dangkal. Cupat. Salah kaprah. Orang spiritual dewasa itu akan seperti 
Krishnamurti dan Osho yg tidak perduli dengan segala macam label benar dan 
salah, mereka sudah ke luar dari kotak-kotak. Mereka sadar bahwa mereka sadar, 
dan mereka menjadi dirinya sendiri saja. Makanya saya juga sudah jebretkan 
tanpa sungkan bahwa Krishnamurti dan Osho itu penganut free sex. Their kontols 
digunakan untuk nge-sex. Krishnamurti malahan nge-sex dengan bini orang, dan 
itu sah saja. Yg gatel was the bini orang, dan itu dilakukan atas dasar suka 
sama suka, hm.. 

T = Menurutku, pada suatu masa kelak, filsafat dan spiritual akan bertemu. Akan 
tiba pada suatu titik di mana filsafat semakin pintar untuk selalu bisa 
mengelaborasi atau menguraikan the so called penglihatan/wisdom/intuisi. Dan 
bila itu terjadi, spiritualitas akan masuk tong sampah. 

J = Para filsuf itu juga menggunakan intuisi, sebenarnya, walaupun mereka tidak 
menyebutnya sebagai intuisi. Di masa lalu filsafat itu disebut juga wisdom atau 
kebijaksanaan. Kenapa disebut wisdom? Karena pemikiran yg dikeluarkan tidak 
menggunakan kata-kata seolah-olah itu dari Tuhan. Yg menggunakan kata-kata 
seolah dari Tuhan akhirnya bisa diakui sebagai ayat-ayat, tetapi isinya jelas 
banyak yg sampah. Ayat-ayat itu banyak sampahnya, tetapi orang yg masih butek 
spiritualitasnya tidak berani bilang itu ayat-ayat sampah. Saya berani. Saya 
bisa tunjuk ayat-ayat sampah yg ada di kitab-kitab yg disucikan oleh berbagai 
agama itu. Tunjuk saja. Tidak apa-apa kok, memang sampah kok.

T = Ternyata gak perlu meditasi bisa juga, pikir orang. Ternyata the so called 
spirit itu gak jelas adanya.
 Ternyata kesadaran tinggi atau kesadaran roh atau pencerahan itu bukan sesuatu 
yg ilahi, bukan sesuatu yg transendental. The unknown, satori, Tuhan, roh 
kehidupan, sang asal etc adalah klenik belaka, alias, sesuatu yg bisa 
dijelaskan secara runut dan gamblang.

J = Memang bisa dijelaskan secara rasional. Dan ternyata segalanya itu 
biasa-biasa saja. The Tuhan, pencerahan, satori, sang asal, semuanya ada di 
sini dan saat ini saja. That is your own kesadaran. Anda sadar. Saya sadar. Dan 
itulah ITU. That is IT. Mau disebut sebagai kesadaran Tuhan, kesadaran Buddha, 
kesadaran Kristus, atau tidak disebut dengan apapun is ok saja. Dan memang 
tidak perlu meditasi dengan kaki bersila seperti patung Buddha. Meditasi is a 
term thok, the practice bermacam-macam jenisnya, dan bahkan bisa disebut bukan 
dengan istilah meditasi. Kita semuanya meditator kalau kita mau sadar bahwa 
kita sadar. Para filsuf itu meditasi juga kok, walaupun mereka tidak sebut 
dengan
 istilah meditasi. Kalau ucapan atau tulisannya bisa masuk ke dalam hati dan 
pikiran manusia seperti pedang yg ditancapkan, maka artinya mereka 
mempergunakan frekwensi dari apa yg saya sebut sebagai mata ketiga. Banyak dari 
para filsuf itu menggunakannya. Nietszche menggunakan itu. Sartre juga. Dan 
bahkan Karl Marx dan orang-orang atheist itu.

T = Tapi aku belum baca filsafat metafisika sih (I take that metafisika is 
similar to spiritual). Aku belum tau kenapa disebut metafisika. Aku belum tau 
kenapa disebut "meta", walaupun aku menduga the so called meta itu ya hal biasa 
aja atau bukan sesuatu yg transendental.

J = Transendental itu konsep thok. Kalau merujuk kepada Tuhan maka disebut 
transendental, pedahal semuanya pemikiran biasa saja. Metafisika itu pemikiran 
biasa saja yg merujuk kepada Tuhan. Kenapa Tuhan ada blah blah blah... Dan saya 
jawab, Tuhan ada karena diadakan. Yg mengadakan Tuhan is the manusia sendiri. 
Para pemikir
 metafisika, para manusia yg sekarang di-nabikan. Para ustads, pastors. 
bhikkus, pedandas, dan banyak orang spiritual salah kaprah itu. Pedahal tidak 
ada yg transenden selain kita sendiri yg mau bikin diri kita tranced atawa 
kemasukan roh. Pedahal tidak ada yg masuk, yg ada cuma frekwensi gelombang otak 
rendah sehingga manusianya bisa mengeluarkan kata-kata tanpa rem. The kata-kata 
dikumpulkan dan akhirnya jadi ayat-ayat yg kalau mau jujur juga banyak 
sampahnya. Shit, sampah..


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia 
<http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>.


Teror yg dilakukan oleh orang-orang beragama biasanya disebut sebagai holy 
terror atawa jihad di jalan Allah,
 amin.


      Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com. 
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

Kirim email ke