> stephanus iqbal <krag...@...> wrote:
> Apakah anda punya alasan yang lebih
> logis daripada gengsi wanita yang
> merasa di-nomorduakan dalam menentang
> poligami? Seperti alasan medis? atau
> psikologis? Alasan yang benar-benar
> ilmiah dan bukan sekedar emosi semata.


Yaaaa.....  justru Poligamy dipastikan sebagai pelanggaran HAM dikarenakan 
adanya study ilmiah yang hasil2nya bisa anda secara lengkap membaca deklarasi 
HAM yang telah diterima sebagai nilai2 yang paling universal oleh bangsa2 dan 
agama2 dari seluruh negara2 didunia ini.

Jadi jelas, anda saja yang emosi yang tetap membela tanpa bisa menunjukkan 
argumentasi ilmiah selain karena keimanan agama yang jelas2 salah.

Bukan masalah gengsi tetapi masalah diskriminasi gender.
Masalah medis, psikologis, ekonomis, management dan politik kesemuanya juga 
menyertai disini.

Misalnya secara medis epidemiologis, satu isteri menderita flu....  seluruh 
isteri2nya ketularan flu tanpa bisa dilacak isteri yang mana sumbernya.

Secara psikologis, merusak konsentrasi kasih sayang suaminya dalam 
memperhatikan kebutuhan isteri2nya yang ber-beda2 sehingga secara psikologis 
kesemua isterinya diperlakukan sama, yaitu sama2 diabaikan perbedaan2 
psikologisnya karena dipukul rata saja sama.

Secara ekonomis, management dan politik, menyulitkan perkembangan keluarga 
secara maksimal dan adanya penolakan semua perusahaan untuk memberi jaminan 
hidup dan pendidikan kepada isteri dan anak2 para pekerjanya.  Padahal 
diseluruh dunia sekarang melalui ILO telah ditetapkan bahwa setiap perusahaan 
harus juga memberi jaminan bukan cuma kepada pegawainya tetapi juga kepada 
isteri dan anak2nya.  Tentu saja, dengan jumlah isteri yang banyak dan anak 
yang banyak maka beban perusahaan untuk memberi jaminan ini menjadi beban berat.

Secara hukum juga membuat beban bagi pengadilan apabila harus menampung 
pengaduan para isteri2 ini yang merasa diperlakukan tidak adil sedangkan si 
suami meyakini bahwa dia sudah adil.  Akibatnya setiap hari pengadilan hanya 
membuang ongkos untuk meladeni debat kusir saja yang cuma menambah lubang2 
korupsi karena setiap pihak yang mau menang bisa menyogok hakimnya maupun 
jaksa2nya.

Kesimpulan secara luas bisa dibaca hasil studynya yang dilakukan selama ratusan 
tahun dimana sekarang kesemuanya bisa diterima oleh masyarakat diseluruh dunia, 
kecuali Islam tentunya.

Bahkan sebagian besar masyarakat dalam dunia Islam sendiri memang tidak setuju 
dengan Poligamy.  Sebagian besar atau mayoritas masyarakat Islam mendambakan 
agar poligamy bisa dilarang karena tidak lebih daripada kamuflase pelacuran 
yang berlindung atas nama hukum Islam.

Jadi jangan diputer balik ya....  pelarangan poligamy bukanlah keputusan yang 
emosional melainkan merupakan pertimbangan dari hasil yang ilmiah serta 
experimental.  Justru mereka yang tetap berusaha mempertahankan poligamy 
sangatlah emosional, apalagi memang poligamy ini merupakan kelanjutan 
kebiadaban agama2 atau kepercayaan2 kuno jauh sebelum turunnya Islam.

Ny. Muslim binti Muskitawati.



Kirim email ke