Keberadaan Tuhan Bukanlah Real Tapi Spiritual !!!
                                          
Sebenarnya enggak guna berdebat keberadaan Tuhan, karena sudah jelas, pesepsi 
adanya tuhan bukanlah real tapi spiritual.

Masalah sebenarnya terbentur kepada mereka yang begitu percayanya yang merasa 
tersinggung karena apa yang mereka percaya ada dianggap sebagai tidak ada.

Oleh karena itu, hal ini telah diteliti secara mendalam secara psikologis, 
bahwa kalo menanggap Tuhan tidak ada, lalu buat apa agama, lalu buat apa 
sembahyang, lalu buat apa begini dan begitu, demikianlah gerutuan mereka.

Dalam kaitan inilah perlu saya menjelaskannya, bahwa meskipun Tuhan itu 
sesungguhnya merupakan figur yang tidak ada realitasnya, namun kepercayaan 
masyarakat atau umat kepada Tuhan tidak perlu dilarang, karena kepercayaan itu 
merupakan dorongan, tentunya dorongan dalam arti yang baik bukan dorongan teror 
Jihad.

Oleh karena itulah, Tuhan sebaiknya dinyatakan sebagai figur spiritual bukan 
figur yang tidak ada.  Meskipun realnya tidak ada, dan kalo mau dibolak balik 
lagi memang tidak ada Tuhan.

Seperti juga Bung Karno, meskipun sekarang sudah mati tapi secara spiritual dia 
masih hidup dalam jiwa bangsa Indonesia.  Begitulah kata2 abstractnya atau cara 
berbasa basi untuk tidak menyinggung perasaan mereka yang percaya.

Memang hal ini tidak perlu diributkan, karena memang kepercayaan kepada yang 
tidak ada ini jelas mendorong terciptanya berbagai kreativitas dan hal ini 
telah menjadi study tingkat doktal dalam dunia ilmu filsafat.

Marilah kita tengok agama Hindu, kepercayaan umat kepada dewa-dewi Hindu yang 
dikepalai oleh Trimurti, telah mendorong umatnya menekuri, sembahyangi, dan 
berbagai cara dari mereka yang percaya untuk mendharma bhaktikan diri kepada 
spirit yang dipercayainya ini.  Hasilnya adalah candi2 Indah dengan ukiran2nya 
yang makin lama makin halus turun temurun dalam generasi mereka.  Hasil 
pengobatan dalam Yoga juga merupakan produksi keberadaan dewa dewi secara 
spiritual yang melahirkan berbagai kreativitas umatnya.

Bukan cuma umat Hindu saja, juga umat Nasrani yang melahirkan karya2 Evangelino 
yang begitu mengagumkan.

Naah... berkembangnya kepercayaan ini memang sudah lama ratusan tahun lalu 
disadari orang2 Barat, itulah anehnya, ternyata agama Islam yang umatnya juga 
mempercayai keberadaan Allah secara spiritual tak menghasilkan dorongan 
kreativitas apapun juga selain teror kepada sesamanya sendiri yang sangat 
destructive !!!

Hal inilah secara empirik analitik bisa dibuktikan bahwa memang ajaran Islam 
ini telah dipelesetkan oleh pendeta2 Vatican yang bertujuan menghancurkan 
penguasa raja2 di Timur Tengah dulu untuk menguasai sumber2 minyak mereka dalam 
rencana ber generasi.

Keberadaan Allah yang tadinya spiritual di brainwash menjadi real, yang 
akibatnya kreativitas umatnya dibunuh, kelompok muslimin tidak bisa berkembang 
dan selalu tertinggal terikat kepada masa lalunya yang sangat primitive.

> "Nice pamungkas" <nicepamung...@...> wrote:
> reality perlu pembuktiannya adalah:
> telah terrbukti bahwa ada orang yg
> beragama dan terbukti pula ada orang
> yg tidak beragama.it's fact and it's
> real kalo anda yakin bahwa Tuhan itu
> tidak permah ada, itulah realita ttg
> diri anda yg sebenarnya.terima saja,
> usah di pertanyakan.bukankah anda
> yakin jika orang beragama itu bodoh
> semua?

Lhaa... anda salah kaprah, saya meskipun enggak percaya ada Tuhan, enggak 
percaya Allah, juga enggak percaya Dewa-dewi tetapi tetap beragama, karena 
beragama bukan harus percaya yang gitu2an.  Memang syarat agama kita harus 
percaya adanya Allah, tapi bukan keberadaan yang real, cukup keberadaan yang 
abstract saja, atau sifatnya simbolis.

Masa sih penjelasan saya yang berulang kali susah untuk dipahami anda, saya 
khan sudah beri contoh, mengikuti upacara ceremonial penyembahan dewa-dewi 
olympic dalam Partisipasi upacara berhala ini tidak mengharuskan kita percaya.  
Enggak mungkin anda menanyakan kenapa ikutan Olympiade kalo enggak percaya 
adanya dewa-dewi???  Itu khan pertanyaan goblok, karena kita tak perlu percaya 
"adanya" tapi percaya secara simbolis, percaya sebagai ritualnya saja.  Kita 
mempercayai simbolisme-nya itu pada hakekatnya merupakan nilai2 etika moral 
tersendiri.

Ny. Muslim binti Muskitawati.





Kirim email ke