<*>[Attachment(s) from teddy sunardi included below]

http://www.facebook.com/group.php?v=wall&gid=100844221641

Daan Mogot lahir di Manado pada tanggal 28 Desember 1928 dari pasangan
Nicolaas Mogot dan Emilia Inkiriwang (Mien) dengan nama Elias Daniel
Mogot. Ayahnya ketika itu adalah Hukum Besar Ratahan. Ia anak kelima
dari tujuh bersaudara. Saudara sepupunya antara lain Kolonel Alex E.
Kawilarang (Panglima Siliwangi, serta Panglima Besar Permesta) dan
Irjen. Pol. A. Gordon Mogot (mantan Kapolda Sulut).


Pada tahun 1939, yaitu ketika ia berumur 11 tahun, keluarganya pindah
dari Manado ke Batavia (Jakarta sekarang) dan menempati rumah di jalan
yang sekarang bernama Jalan Cut Meutiah – Jakarta Pusat. Di Batavia,
ayahnya diangkat menjadi anggota VOLKSRAAD (Dewan Rakyat masa
Hindia-Belanda). Kemudian ayahnya diangkat sebagai Kepala Penjara
Cipinang.

Pada masa Pendudukan Jepang, ia masuk dalam organisasi militer pribumi
bentukan Jepang di Jawa, yaitu Pembela Tanah Air atau PETA. Waktu itu
tahun 1942, ia menjadi anggota PETA angkatan pertama. Sebenarnya usia
Daan Mogot belum memenuhi syarat yang ditentukan pihak Jepang yakni 18
tahun. Waktu itu ia berumur 14 tahun.

Karena prestasinya, ia diangkat menjadi pelatih anggota PETA di Bali,
kemudian dipindahkan di Jakarta. Semasa di Bali, ia mendapatkan dua
sahabat sejati yaitu Kemal Idris dan Zulkifli Lubis.

Mereka yang berasal dari Seinen Dojo oleh instruktur Jepang diangkat
sebagi Instruktur Pembantu. Sebab, latihan yang akan diberikan kepada
mereka jauh lebih ringan dari latihan yang pernah diterima pada masa
Seinen Dojo di Tangerang. Pendidikan dan latihan itu dapat terlaksana
sampai empat angkatan. Angkatan pertama mulai bulan Desember 1943 dan
angkatan keempat, terakhir selesai bulan Juli 1945, sebelum Jepang
takluk pada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945.

Ada 50 orang yang diambil dari peserta latihan angkatan pertama untuk
mengikuti pendidikan “guerilla warfare” di bawah pimpinan Kapten
Yanagawa. Di antara mereka yang ikut latihan khusus itu adalah Daan
Mogot, Kemal Idris, Zulkifli Lubis, Kusno Wibowo, Sabirin Mukhtar,
Syatibi dan Effendi. Jenis latihan yang diberikan antara lain
bagaimana cara memelihara burung merpati, karena burung itu dapat
dipergunakan untuk alat komunikasi. Di samping itu mereka dilatih
bagaimana menggunakan senjata yang baik untuk menghadapi lawan.

Setelah ke-50 orang itu dilantik menjadi perwira, mereka tidak lagi
bertugas sebagai Instruktur Pembantu, melainkan menjadi Shodancho.

Setelah dilantik menjadi perwira PETA, masing-masing perwira
dikembalikan ke daerah asalnya. Di Bali, Daan Mogot, Zulkifli Lubis
dan Kemal Idris bersama beberapa perwira PETA lainnya mendirikan serta
melatih para calon PETA di sana. Alasan Jepang mendirikan PETA di
Bali, karena Bali dianggap merupakan daerah pertahanan dan tempat
pendaratan. Untuk itu kekuatan dipersiapkan, terutama di daerah Nagara
dan Klungkung. Jepang memberikan kepercayaan kepada Daan Mogot melatih
di Tabanan, Kemal Idris di Nagara dan Zulkifli Lubis di Klungkung.
Sekalipun ketiga sahabat itu terpisah-pisah tempat tugasnya, namun
mereka selalu mengadakan kontak, baik membicarakan hal yang
berhubungan dengan latihan maupun tentang nasib rakyat yang sedang
menderita di bawah telapak penjajah. Kegiatan latihan yang spesifik
saat itu ialah mempersiapkan pertahanan guna menghadapi serangan musuh
di pantai. Selama setahun para Shodancho di Bali menjalankan tugas
dengan baik. Tahun selanjutnya mereka harus berpisah. Empat orang
Shodancho harus kembali ke Jawa, sedangkan Daan Mogot, Zulkifli Lubis,
dan Kemal Idris yang tetap tinggal. Mereka bertindak sebagai
instruktur PETA, memberikan latihan kepada calon-calon perwira hingga
mereka mahir dalam berbagai bidang ketentaraan.

Pada tahun 1945 ketika Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17
Agustus 1945, Daan Mogot menjadi salah seorang tokoh pemimpin Barisan
Keamanan Rakyat (BKR) dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dengan pangkat
Mayor. Ini suatu keunikan pada masa itu, Mayor Daan Mogot baru berusia
16 tahun!

Di sana Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dibentuk pada tanggal 23
Agustus 1945 mendirikan markasnya di Jalan Cilacap No. 5 untuk daerah
Keresidenan Jakarta, empat hari sesudah pembentukannya. Moefreini
Moe’min, seorang bekas syodancho dari Jakarta Daidan I ditunjuk
sebagai pimpinannya. Sejumlah perwira yang bergerak di situ adalah
Singgih, Daan Yahya, Kemal Idris, Daan Mogot, Islam Salim, Jopie
Bolang, Oetardjo, Sadikin (Resimen Cikampek), Darsono (Resimen
Cikampek), dan lain-lain.

Daan Mogot memang terkenal dalam sejarah zaman revolusi perang
mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada pertempuran di hutan
Lengkong-Serpong Tangerang Banten, ketika Taruna Akademi Militer
Tangerang yang dipimpinnya berusaha merebut senjata dari pihak tentara
Jepang tanggal 25 Januari 1946.

Ironisnya, sementara ia berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia
bahkan rela gugur di medan pertempuran, ayahnya tewas dibunuh para
perampok yang menganggap ”orang Manado” (orang Minahasa) sebagai
londoh-londoh (antek-antek) Belanda.

Suatu ketika, Mayor Daan Mogot bertemu dengan sepupunya Alex
Kawilarang. Dengan mengenakan peci hijau, ia menuruni sepeda motornya.
Pemuda berusia 17 tahun itu kemudian dijemput oleh Alex di pinggir
jalan, dan ia pun menunjukkan muka gembira. Pertemuan yang hangat
terjadi. Kemudian mereka mengobrol di dalam rumah. Daan Mogot
bercerita bahwa ia sekarang tinggal di Jalan Asem Baru, menumpang pada
keluarga Singgih. Segera disambungnya cerita mengenai perjuangan.
Tentang serangan di Pondok Gede. Ia juga cerita tentang ayahnya yang
baru saja dibunuh, tidak diketahui dengan pasti oleh siapa. “Banyak
benar anarki terjadi di sini,” kata Alex. “Memang, itu yang mesti
torang bereskan. Oleh karena itu, senjata harus berada di torang pe
tangan” sambung Daan. Katanya lagi kepada Alex, “Torang, orang Manado,
jangan berbuat yang bukan-bukan. Awas, hati-hati! Torang musti
benar-benar menunjukkan, di pihak mana kita berada.”

Lalu Daan bercerita pula mengenai pemikirannya tentang sebuah
perguruan untuk mendidik para pemuda yang mau menjadi tentara, yang
kemudian ternyata terlaksana, ialah didirikannya “militer akademi”
(akademi militer) pada tanggal 18 November 1945 di Tangerang.


Sebagai sponsor terwujudnya gagasan mendirikan sekolah akademi
militer, maka tanggal 18 November 1945 ia dilantik menjadi Direktur
Militer Akademi Tangerang (MAT) pada waktu ia berusia 17 tahun.
Sebenarnya di Yogyakarta juga berdiri Militer Akademi Yogya (MA Yogya)
hampir bersamaan, yaitu tanggal 5 November 1945. Ide mendirikan sebuah
akademi militer ini memang seperti yang diangan-angankan oleh Daan
Mogot.

Ide pendirian Militer Akademi Tangerang itu datang dari empat orang:
Daan Mogot, Kemal Idris, Daan Yahya dan Taswin.

Pada tahap awal ada 180 orang Calon Taruna pertama yang dilatih. Di
antara mereka terdapat mahasiswa yang berasal dari Sekolah Kedokteran
Ika Daigaku Jakarta. Ada di antara mereka yang menjadi komandan
peleton, komandan kompi bahkan komandan batalyon. Sejumlah perwira dan
bintara yang menjadi pelatih/instruktur MAT antara lain Kapten Taswin,
Kapten Tommy Prawirasuta, Kapten Rukman, Kapten Kemal Idris, Kapten
Oscar (Otje) Mochtan, Kapten Jopie Bolang, Kapten Endjon
Djajaroekmantara, Sersan Bahruddin, Sersan Sirodz. Di Resimen
Tangerang Taswin bertugas di staf sedangkan Kemal Idris di pasukan.

Pada tanggal 24 Januari 1946 Mayor Daan Yahya menerima informasi bahwa
pasukan NICA Belanda sudah menduduki Parung dan akan melakukan gerakan
merebut depot senjata tentara Jepang di depot Lengkong (belakangan
diketahui bahwa Parung baru diduduki NICA bulan Maret 1946).
Tindakan-tindakan provokatif NICA Belanda itu akan mengancam kedudukan
Resimen IV Tangerang dan Akademi Militer Tangerang secara serius.
Sebab itu pihak Resimen IV Tangerang mengadakan tindakan pengamanan.
Mayor Daan Yahya selaku Kepala Staf Resimen, segera memanggil Mayor
Daan Mogot dan Mayor Wibowo, perwira penghubung yang diperbantukan
kepada Resimen IV Tangerang.

Tanggal 25 Januari 1946 lewat tengah hari sekitar pukul 14.00, setelah
melapor kepada komandan Resimen IV Tangerang Letkol Singgih,
berangkatlah pasukan TKR dibawah pimpinan Mayor Daan Mogot dengan
berkekuatan 70 taruna MA Tangerang (MAT) dan delapan tentara Gurkha.
Selain taruna, dalam pasukan itu terdapat beberapa orang perwira yaitu
Mayor Wibowo, Letnan Soebianto Djojohadikoesoemo dan Letnan Soetopo.
Kedua Perwira Pertama ini adalah perwira polisi tentara (Corps Polisi
Militer/CPM sekarang). Ini dilakukan untuk mendahului jangan sampai
senjata Jepang yang sudah menyerah kepada sekutu diserahkan kepada
KNIL-NICA Belanda yang waktu itu sudah sampai di Sukabumi menuju
Jakarta.

Setelah melalui perjalanan yang berat karena jalannya rusak dan penuh
lubang-lubang perangkap tank, serta penuh barikade-barikade, pasukan
TKR tersebut tiba di markas Jepang di Lengkong sekitar pukul 16.00.
Pada jarak yang tidak seberapa jauh dari gerbang markas, truk
diberhentikan dan pasukan TKR turun. Mereka memasuki markas tentara
Jepang dalam formasi biasa. Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo dan taruna
Alex Sajoeti berjalan di muka dan mereka bertiga kemudian masuk ke
kantor Kapten Abe. Pasukan Taruna MAT diserahkan kepada Letnan
Soebianto dan Letnan Soetopo untuk menunggu di luar.

Gerakan pertama ini berhasil dengan baik dan mengesankan pihak Jepang.
Di dalam kantor markas Jepang ini Mayor Daan Mogot menjelaskan maksud
kedatangannya. Akan tetapi Kapten Abe meminta waktu untuk menghubungi
atasannya di Jakarta, karena ia mengatakan belum mendapat perintah
atasannya tentang perlucutan senjata. Ketika perundingan berjalan,
rupanya Lettu Soebianto dan Lettu Soetopo sudah mengerahkan para
taruna memasuki sejumlah barak dan melucuti senjata yang ada di sana
dengan kerelaan dari anak buah Kapten Abe. Sekitar 40 orang Jepang
disuruh berkumpul di lapangan.

Kemudian secara tiba-tiba terdengar bunyi tembakan, yang tidak
diketahui dari mana datangnnya. Bunyi tersebut segera disusul oleh
rentetan tembakan dari tiga pos penjagaan bersenjatakan mitraliur yang
tersembunyi yang diarahkan kepada pasukan taruna yang terjebak.
Serdadu Jepang lainnya yang semula sudah menyerahkan senjatanya,
tentara Jepang lainnya yang berbaris di lapangan berhamburan merebut
kembali sebagian senjata mereka yang belum sempat dimuat ke dalam
truk.

Dalam waktu yang amat singkat berkobarlah pertempuran yang tidak
seimbang antara pihak Indonesia dengan Jepang, Pengalaman tempur yang
cukup lama, ditunjang dengan persenjataan yang lebih lengkap,
menyebabkan Taruna MAT menjadi sasaran empuk. Selain senapan mesin
yang digunakan pihak Jepang, juga terjadi pelemparan granat serta
perkelahian sangkur seorang lawan seorang.

Tindakan Mayor Daan Mogot yang segera berlari keluar meninggalkan meja
perundingan dan berupaya menghentikan pertempuran namun upaya itu
tidak berhasil. Dikatakan bahwa Mayor Daan Mogot bersama rombongan dan
anak buahnya Taruna Akademi Militer Tangerang, meninggalkan asrama
tentara Jepang, mengundurkan diri ke hutan karet yang disebut hutan
Lengkong.

Taruna MAT yang berhasil lolos menyelamatkan diri di antara
pohon-pohon karet. Mereka mengalami kesulitan menggunakan karaben
Terni yang dimiliki. Sering peluru yang dimasukkan ke kamar-kamarnya
tidak pas karena ukuran berbeda atau sering macet. Pertempuran tidak
berlangsung lama, karena pasukan itu bertempur di dalam perbentengan
Jepang dengan peralatan persenjataan dan persediaan pelurunya amat
terbatas.

Dalam pertempuran, Mayor Daan Mogot terkena peluru pada paha kanan dan
dada. Tapi ketika melihat anak buahnya yang memegang senjata mesin
mati tertembak, ia kemudian mengambil senapan mesin tersebut dan
menembaki lawan sampai ia sendiri dihujani peluru tentara Jepang dari
berbagai penjuru.

Akhirnya 33 taruna dan 3 perwira gugur dan 10 taruna luka berat serta
Mayor Wibowo bersama 20 taruna ditawan, sedangkan 3 taruna, yaitu
Soedarno, Menod, Oesman Sjarief berhasil meloloskan diri pada 26
Januari dan tiba di Markas Komando Resimen TKR Tangerang pada pagi
hari. Para perwira dan taruna Akademi Militer Tangerang (MAT) yang
gugur pada peristiwa itu adalah sebagai berikut:


Pasukan Jepang bertindak dengan penuh kebengisan, mereka yang telah
luka terkena peluru dan masih hidup dihabisi dengan tusukan bayonet.
Ada yang tertangkap sesudah keluar dari tempat perlindungan, lalu
diserahkan kepada Kempetai Bogor. Beberapa orang yang masih hidup
menjadi tawanan Jepang dan dipaksa untuk menggali kubur bagi
teman-temannya. Sungguh suatu kisah yang pilu bagi yang masih hidup
tersebut. Dalam keadaan terluka, ditawan, masih dipaksa menggali
kuburan untuk para rekan-rekannya sedangkan nasib mereka masih belum
jelas mau diapakan.

Tanggal 29 Januari 1946 di Tangerang diselenggarakan pemakaman kembali
36 jenasah yang gugur dalam peristiwa Lengkong disusul seorang taruna
Soekardi yang luka berat namun akhirnya meninggal di RS Tangerang.
Mereka dikuburkan di dekat penjara anak-anak Tangerang. Selain para
perwira dari Tangerang, Akademi Militer Tangerang, kantor Penghubung
Tentara, hadir pula pada upacara tersebut Perdana Menteri RI Sutan
Sjahrir, Wakil Menlu RI Haji Agoes Salim yang puteranya Sjewket Salim
ikut gugur dalam peristiwa tersebut beserta para anggota keluarga
taruna yang gugur. Pacar Mayor Daan Mogot, Hadjari Singgih memotong
rambutnya yang panjang mencapai pinggang dan menanam rambut itu
bersama jenasah Daan Mogot. Setelah itu rambutnya tak pernah dibiarkan
panjang lagi.

BIODATA SINGKAT

* Nama : Elias Daniel Mogot;
* Nama populer : Mayor Daan Mogot;
* Tempat/tgl lahir : Manado, 28 Desember 1928;
* Tempat/tgl meninggal : Tangerang, 25 Januari 1946;
* Keluarga: Ayah : Nicolaas Mogot (Nico);
* Ibu : Emilia Inkiriwang (Mien);
* Saudara : Kakak: Evert, Lilly, Hetty, Eddy;
* Adik : Fietje, Tilly;


Pengalaman:

* 1942-1943 Anggota Seinen Dojo angkatan pertama;
* 1943 Anggota Pembela Tanah Air (PETA) angkatan ke-1;
* 1943-1944 Shodancho PETA di Bali;
* 1944-1945 Staf Markas PETA (Gyugun Sidobu) di Jakarta;
* 1945 Perwira pada Resimen IV/Tangerang (pangkat Mayor);
* 1945-1946 Pendiri/Direktur pertama Akademi Militer Tangerang (MAT)


(Dikutip dari: PAHLAWAN MINAHASA: MAYOR DAAN MOGOT - Pendiri dan
Direktur Pertama Akademi Militer Tangerang (MAT) Oleh Bodewyn
Grey Talumewo – Cet. 1 – Tomohon/ Minahasa: Februari 2007)

-- 
Teddy


<*>Attachment(s) from teddy sunardi:

<*> 1 of 1 Photo(s) 
http://groups.yahoo.com/group/zamanku/attachments/folder/703551707/item/list 
  <*> Daan_Mogot_1.jpg

------------------------------------

Ingin bergabung di zamanku? Kirim email kosong ke: 
zamanku-subscr...@yahoogroups.com

Klik: http://zamanku.blogspot.comYahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/zamanku/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/zamanku/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    zamanku-dig...@yahoogroups.com 
    zamanku-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    zamanku-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke