Mencintai Isteri, Agama-pun Harus Rela Dikorbankan !!!
                        
Demi cinta-nya, jiwapun rela dikorbankan !
Demi cinta-nya, hartapun rela dikorbankannya !
Demi cinta-nya, kedudukanpun rela dikorbankannya !
Demi cinta-nya, singgasanapun rela dikorbankannya !
Demi cinta-nya, kerjaanpun rela dilepaskannya !

Saya yakin anda semua sudah tidak asing dengan motto sumpah seperti diatas.  
Sama seperti sumpah palapa yang diucapkan Gajah Mada yang mengorbankan 
kedoyanannya akan buah palapa rela dilepaskannya demi tujuan tercapai.

Meskipun banyak hal dari sumpah2 atau motto2 diatas2 agak irrasional tetapi 
tidak bisa disalahkan bahkan banyak yang membenarkan dan hampir pasti semua 
orang akan membenarkan atau menyetujuinya meskipun belum tentu dia sendiri mau 
lakukan hal diatas.

Mungkin anda pribadi akan berkata dalam hati anda, "aaah... itu tolol, aku 
enggak bakalan berbuat pengorbanan kayak gitu".  Meskipun anda dalam hati tidak 
bisa membenarkan tetapi dalam prakteknya anda tidak mungkin menyalahkan 
pelaku2nya karena anda sendiri mengakui bahwa dalam mencapai tujuan pemuasan 
perasaan tidak harusnya berkorban terlalu banyak.

Naaaah................................................!
Sekarang bisakah anda menyalahkan kalo ada seseorang yang anda hormati berkata:

Demi cinta-ku, Agama pun akan ku-korbankan !
Kalo harta, kerjaan, kedudukan, singgasana dan jiwa saja rela aku korbankan 
untuk cinta, maka apa beratnya bagi ku juga mengorbankan agama kepercayaan ku 
karena wanita yang kucintai tidak mempercayainya bahkan mempercayai hal2 yang 
aku sendiri tidak bisa mempercayainya.

Demi cinta-ku, apapun yang wanita itu percaya, aku berusaha mempelajarinya agar 
juga bisa mempercayainya.

Hal ini bagi seseorang kadangkala dianggap sebagai buah simalakama, tapi kalo 
ada alternatif dimana si-suami tidak perlu mengorbankan kepercayaan agamanya, 
tapi juga si-isteri tidak perlu mengorbankan kepercayaannya.

Demikianlah, dalam rangka emansipasi kesamaan hak dan derajat wanita dengan 
laki2, selayaknya hal beginian harus menjadi bahan perdebatan atau diskusi yang 
sehat.  Pikiran2 yang rasional dan pertimbangan2 yang logis.  Yang penting 
semua pihak harus menjauhkan sikap memaksakan tetapi memberi peluang dan 
kesempatan dua orang yang terlibat saja untuk memutuskannya tanpa perlu 
disalahkan atau dipengaruhi dari pihak luar karena perasaan cinta tsb hanyalah 
menghinggapi kedua orang tsb.

Tidak bisa salah, tanpa cinta ini hidup tidak ada artinya, hidup dalam 
kekosongan, tidak ada gairah hidup.

Cinta sepihakpun tidak jarang memerlukan pengorbanan untuk memprovokasi cinta 
balasan.

Sebagai seorang Muslimah, tentunya saya memahami bahwa dalam Islam ada larangan 
bagi wanita untuk menikahi laki2 yang bukan Islam kecuali laki2 tsb bersedia 
masuk Islam.

Sebaliknya, seorang muslimin boleh menikahi wanita non-muslim untuk kemudian 
setelah menikah harus bisa memaksakan isterinya untuk masuk Islam, dan kalo 
sang isteri menolak harus diceraikannya dan mahar harus dikembalikan kepada 
suaminya.

Jelas, pernikahan cara Islam tidak rasional dan logikanya pun berat sebelah 
tidak memberi kebebasan bagi wanita sementara laki2 memiliki kebabasan yang 
besar sekali.

Masalah cara pernikahan dalam Islam ini tidak rasional dan tidak logis apalagi 
menyangkut cinta dua orang yang dicampuri oleh pihak ketiga sudah merupakan 
pelanggaran HAM.

Mengapa Agama tidak boleh dikorbankan sedangkan jiwa-pun boleh dikorbankan, 
apalagi cuma agama saja????

Demikianlah, sebagai seorang konsultant agama Islam, saya didatangi sepasang 
muda mudi, David yang beragama Katolik, dan Maemunah yang beragama Islam. 
Keduanya sama2 bekerja dengan kedudukan yang baik disebuah perusahaan Amerika.  
Keduanya sama2 bergelar master, dan ke-dua2nya sama2 keturunan fanatis masing2 
agamanya, dan lebih dari itu keduanya berasal dari keluarga yang sama2 kaya-nya.

David sedianya mau melamar dan menikahi Maemunah, tapi keluarga Maemunah 
menolaknya karena David bukan beragama Islam.  Maemunah sendiri berargumentasi 
dihadapan keluarganya bahwa menemukan cinta dari seseorang laki2 bukan dari apa 
agamanya, melainkan bagaimana sikapnya kepada saya bukan sikapnya kepada Islam. 
 Tetapi karena keluarganya sudah diracuni kepercayaannya sendiri maka tidak 
perlu menyanggah argument Maemunah, karena ajaran Islam sudah jelas melarangnya 
sehingga tak perlu beradu argumentasi lagi. Apalagi Maemunah merasa dirinya itu 
miliknya dan dia berhak mengambil keputusannya sendiri demi dirinya yang 
kenyataannya tidak merugikan keluarganya ataupun orang lainnya.  Yang lebih 
menyedihkan adalah keluarga Maemunah sangat tergantung ekonomi dan kehidupan 
mereka dari hasil kerja Maemunah yang bergaji besar ini.

David calon suami Maemunahpun mengalami kasus yang sama, keluarganya menolak 
melamarkan wanita yang bukan beragama Katolik atau harus masuk agama Katolik 
dulu.  Tetapi agama Katolik tetap longgar berbeda dari Islam, David 
diperbolehkan menikahi Maemunah tanpa keharusan Maemunah untuk masuk Katolik.  
Tapi hal ini ditolak oleh keluarga Maemunah.

Keduanya, meminta konsultasi saya tentang pemecahan persoalan ini tanpa 
menyakiti perasaan kedua pihak orang tuanya.

Lalu saya memberi advis yang sangat diterima oleh keduanya untuk dijalankan 
karena hanya mereka berdua saja yang bisa memecahkannya bukan keluarga mereka.  
Toh setelah menikah mereka berdua yang bertanggung jawab untuk kehidupan mereka 
bukan bergantung kepada masing2 keluarganya, bahkan keluarga2nya itulah yang 
nasib dan hidupnya bergantung kepada mereka berdua.

Jadi sikap kedua keluarga ini enggak logis, hidupnya sudah bergantung kepada 
anaknya, tetapi masih saja tidak mau membantu sebagai balas jasanya, bahkan 
demi kepercayaan agamanya mereka tega memaksa aturan agamanya untuk merusak 
kebahagiaan anaknya.

David saya anjurkan masuk Islam, dan Maemunah saya anjurkan masuk Katolik, lalu 
bikin pesta pernikahan didua tempat yaitu ditempat orang tua David di Jakarta, 
dan ditempat orang tua Maemunah di bandung.

Dengan demikian, David menganut dua agama yang berbeda yaitu agama Katolik dan 
agama Islam, juga Maemunah menganut dua agama yaitu agama Islam dan agama 
Katolik.  Dan demi membahagiakan masing2 keluarganya, Maemunah ikut mertuanya 
untuk sekolah mempelajari agama Katolik digerejanya setiap hari Minggu, 
sedangkan hari Jum'at diharapkan David berkunjung ke orang tua Maemunah untuk 
shalat Jum'at bersama ayah Maemunah dimesjid mereka.

Saat pesta pernikahan di Jakarta, Maemunah bisa didamping wali dari pihak 
David, sedangkan waktu pernikahan di Bandung, David bisa meminta seorang 
keluarga pihak Maemunah untuk menjadi walinya.

Kedua orang tua mereka sama2 bahagia atas pernikahan ini, apalagi orang tua 
David yakin bahwa Maemunah sudah menjadi seorang Katolik

Demikian juga orang tua Maemunah sampai berlinang airmatanya karena kesediaan 
David untuk masuk agama Islam.

Dua tahun pernikahan yang penuh bahagia ini, akhirnya meningkatkan prestasi 
David sehingga dia mendapat kerjaan yang sangat baik di Australia.  Setelah 
pasangan ini berembuk dengan keluarga masing2, semuanya setuju, David dan 
Maemunah keluar dari kerjaannya di Jakarta dan pindah bekerja di Australia.  
Lima tahun telah berlalu, saya ditelepon Maemunah yang menceritakan mereka 
berdua sudah resmi menjadi warganegara Australia, sudah punya rumah dan dua 
anak.  Liburan pulang kampung 2 atau 3 tahun sekali sambil membawa banyak oleh2.

Pernah David dan Maemunah berkunjung ke Amerika menemui saya dan bertanya 
darimana anda punya pikiran seperti itu padahal anda sendiri tidak melakuikanya 
malah saya berdua isteri yang menjalankannya?

Saya bilang, menganut agama dua atau tiga sekali gus bukan hal yang jarang 
terjadi di Amerika.  Apapun agama anda, kalo anda mau menganut agama tambahan 
cukup dipertimbangkan latar belakangnya saja.  Ada yang menganut agama tambahan 
karena ingin tahu, ada juga yang menganut agama tambahan karena ingin menikah 
seperti anda ini, ada juga yang menganut agama tambahan untuk meringankan beban 
pajaknya karena penghasilannya terlalu tinggi.

Jadi seperti contoh Michael Jackson, dia dan keluarganya sejak turun menurun 
menganut agama Jehova, tetapi karena kekayaannya terlalu banyak, maka untuk 
bisa mengurangi pajaknya maka Jackson perlu masuk Islam dan memberi sumbangan 
juga kepada berbagai mesjid.  Tetapi setelah Michael Jackson mati, maka 
jasadnya diurus oleh keluarganya yang menjadi ahliwarisnya dan upacara 
keagamaan Jehova menjadi tanggung jawab si ahli-waris yang beragama Jehovah.

Apapun agama amnda, tidak seharusnya menjadi batu sandungan yang mempersulit 
diri anda, selalu ingat, agama hanya berguna untukd membahagiakan semua orang 
bukan untuk menambah penderitaan yang sudah banyak ini.  Hidup kita janganlah 
mengakibatkan kebahagiaan orang lain jadi rusak apalagi karena agama.

Jadi, DEMI CINTA-KU KEPADANYA, AGAMA-PUN PASTI AKU KORBANKAN, TAPI KALO KEDUA 
PIHAK MAU BERKORBAN, MAKA MASING2 MENGANUT DUA AGAMA YANG TIDAK PERLU ADA 
KORBAN LAGI !!!!!

Saya bersedia menerima dan menjawab kritik anda, tetapi saya akan menolak 
memperdebatkan ayat2 Bible atau ayat2 AlQuran untuk menyalahkan saya atau untuk 
membenarkan pendapat anda sendiri.

Sikap saya bukan untuk menyalahkan masing2 agamanya melainkan untuk 
menyelamatkan cinta dan kebahagian umatnya yang terperosok oleh masing2 
agamanya.

Ny. Muslim binti Muskitawati.




Kirim email ke