Manusia selalu memiliki rasa ingin tahu dengan kondisi alam sekitarnya. Ketika 
kita memandang ke atas langit, kita mungkin bertanya-tanya seberapa luas alam 
semesta, berapakah umurnya, dan bagaimana awal dan akhirnya. Semua rasa ingin 
tahu yang mengarah pada pertanyaan-pertanyaan ini menimbulkan apa yang disebut 
bidang ilmu kosmologi saat ini. Bidang ilmu ini dulunya merupakan kajian agama 
yang berupaya mencari jawaban atas asal-usul alam semesta, manusia, dan Tuhan, 
yang kemudian melahirkan filsafat alam semesta yang lebih bersifat metafisika 
sebelum akhirnya berkembang menjadi kosmologi modern yang menggabungkan 
observasi dan pendekatan matematis untuk menjelaskan alam semesta secara 
menyeluruh.

Kosmologi Buddhis merupakan penjelasan atas struktur dan keadaan alam semesta 
berdasarkan berbagai sutta/sutra (kotbah Sang Buddha). Dalam berbagai sutta 
Buddha menjelaskan berbagai kondisi alam kehidupan, pada sutta lainnya Buddha 
menggambarkan awal mula kemunculan manusia di bumi. Gambaran alam semesta 
menurut agama Buddha tidak boleh dipahami secara harfiah dan mungkin tidak 
dapat diuji dengan percobaan ilmiah. Ia bisa saja tidak sesuai dengan fakta 
astronomi yang telah ditemukan saat ini. Ia hanya bisa diamati melalui meditasi 
karena kosmologi Buddhis merupakan struktur alam semesta yang diamati oleh mata 
batin (dibbacakkhu) seorang Buddha dan orang-orang yang telah melatih pikiran 
mereka sampai pada tingkat pemusatan pikiran tertentu.

Luas Alam Semesta

Dalam Ananda Vagga, Anguttara Nikaya, Sang Buddha menjelaskan kepada Ananda 
tentang luasnya alam semesta sebagai berikut:

"Ananda, apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika lokadhatu (tata 
surya kecil)?"

"Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi pada garis orbitnya, dan sejauh 
pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata 
surya. Di dalam seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, 
seribu gunung Sineru, seribu Jambudipa, seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, 
seribu Pubbavideha, empat ribu maha samudera, empat ribu maharaja, seribu 
Catummaharajika, seribu Tavatimsa, seribu Yama, seribu Tusita, seribu 
Nimmanarati,seribu Paranimmitavassavati, dan seribu alam Brahma. Inilah Ananda, 
yang dianamakan seribu tata surya kecil  (Sahasi culanika lokadhatu). Ananda, 
seribu kali Sahasi culanika lokadhatu dinamakan Dvisahassa majjhimanika 
lokadhatu, seribu kali Dvisahassa majjhimanika lokadhatu dinamakan Tisahassi 
Mahasahassi lokadhatu. Ananda, bilamana Sang Tathagata (sebutan yang digunakan 
Buddha untuk menunjuk pada diri-Nya sendiri) mau, maka Ia dapat memperdengarkan 
suara-Nya sampai terdengar di Tisahassi Mahasahassi lokadhatu ataupun melebihi 
itu lagi."

Di sini Buddha menjelaskan terdapat sistem tata surya yang disebut seribu tata 
surya di mana terdapat seribu matahari, seribu bulan, dan seribu bumi di mana 
dapat ditemukan gunung Sineru sebagai pusat bumi, Jambudipa (benua di sebelah 
selatan), Aparayojana (benua di sebelah barat), Uttarakuru (benua di sebelah 
utara), dan Pubbavideha (benua di sebelah timur) dengan empat maha samudera 
yang mengelilingnya. Di masing-masing benua terdapat penguasanya masing-masing 
sehingga dikatakan terdapat empat ribu maharaja dalam seribu tata surya 
tersebut. Selanjutnya dalam seribu tata surya terdapat seribu alam surga yang 
diliputi nafsu inderawi (alam Catummaharajika, Tavatimsa, Yama, Tusita, 
Nimmnarati, Paranimmitavassavati) dan seribu alam surga yang tidak diliputi 
nafsu inderawi (alam Brahma).

Tentu saja alam semesta lebih luas dari sekedar seribu tata surya karena Buddha 
menyebut sampai adanya 1.000 x 1.000 x 1.000 = 1.000.000.000 tata surya bahkan 
melebihi itu lagi di mana suara seorang Buddha dapat diperdengarkan melebihi 
jangkauan semilyar tata surya.

Dari penjelasan ini kita dapat mengatakan bahwa kemungkinan terdapat kehidupan 
lain di alam semesta selain kehidupan manusia di bumi kita ini. Hal ini dapat 
dilihat dari pernyataan bahwa terdapat empat ribu maharaja di seribu bumi dalam 
seribu tata surya, yang menggambarkan bahwa masing-masing bumi (atau lebih 
tepat disebut planet yang memiliki kehidupan) dalam seribu tata surya tersebut 
memiliki makhluk hidup yang dipimpin oleh para pemimpin mereka masing-masing. 
Kemungkinan kisah-kisah alien dan UFO yang beredar selama ini juga tersisip 
suatu kebenaran.

Struktur Alam Semesta Lainnya

Sutra lain yang banyak menggambarkan alam semesta adalah Avatamsaka Sutra yang 
berbahasa Sanskerta. Berikut ini terdapat beberapa kutipan Avatamsaka Sutra bab 
4 yang berkaitan dengan kosmologi Buddhis:

"Putera-putera Buddha, sistim-sistim dunia (galaksi) tersebut memiliki aneka 
bentuk dan sifat-sifat yang berbeda. Jelasnya, beberapa di antaranya bulat 
bentuknya, beberapa di antaranya segi empat bentuknya, beberapa di antaranya 
tidak bulat dan tidak pula segiempat. Ada perbedaan [bentuk] yang tak 
terhitung. Beberapa bentuknya seperti pusaran, beberapa seperti gunung kilatan 
ahaya, beberapa seperti pohon, beberapa seperti bunga, beberapa seperti istana, 
beberapa seperti makhluk hidup, beberapa seperti Buddha.."

Penjelasan di atas menggambarkan terdapat berbagai bentuk sistem dunia (yang 
mungkin dapat disamakan dengan galaksi). Menurut hasil pengamatan, beberapa 
galaksi seperti galaksi Bima Sakti kita dan Andromeda berbentuk spiral 
(pusaran), beberapa seperti galaksi M47 dan M89 berbentuk elips (bulat), 
beberapa berbentuk tidak beraturan (tidak bulat dan tidak segiempat) seperti 
galaksi Awan Magellan dan M82, dan beberapa lainnya berbentuk seperti makhluk 
hidup misalnya Nebula Kepala Kuda.

"Terdapat beberapa sistim dunia,
Terbentuk dari permata,
Kokoh dan tak terhancurkan,
Bernaung di atas bunga teratai nan berharga."
"Beberapa di antaranya terbentuk dari berkas cahaya murni,
Yang asalnya tak dikenal,
Semuanya merupakan berkas-berkas cahaya,
Bernaung di ruang kosong."
"Beberapa di antaranya terbentuk dari cahaya murni,
Dan juga bernaung pada pancaran-pancaran cahaya,
Diselubungi oleh awan cahaya,
Tempat di mana para Bodhisattva berdiam."

Ini menjelaskan komposisi galaksi di alam semesta: ada yang terdiri atas materi 
(yang digambarkan seperti permata), ada yang terdiri dari sinar kosmis (yang 
digambarkan sebagai berkas cahaya), dan ada yang diselubungi awan gas nebula 
(yang digambarkan sebagai awan cahaya).

"Putera-putera Buddha, jika dijelaskan secara singkat, terdapat sepuluh 
penyebab dan kondisi yang menyebabkan terbentuknya sistim dunia, baik yang 
telah berlangsung, sedang berlangsung, atau akan berlangsung. Apakah sepuluh 
hal itu? Kesepuluh hal itu adalah:
1) Karena kekuatan gaib para Buddha
2) Terbentuk secara alami oleh hukum alam
3) Karena akumulasi karma para makhluk
4) Karena apa yang telah direalisasi oleh para Bodhisattva yang mengembangkan 
kemaha-tahuan.
5) Karena akar kebajikan yang diakumulasi baik oleh para Bodhisattva dan semua 
makhluk.
6) Karena kekuatan ikrar para Bodhisattva yang memurnikan dunia-dunia itu.
7) Karena para Bodhisattva telah menyempurnakan praktek kebajikan dengan 
pantang mundur.
8) Karena kekuatan kebebasan para Bodhisattva dalam kebajikan murni.
9) Karena kekuatan independen yang mengalir dari akar kebajikan semua Buddha 
dan saat pencerahan semua Buddha.
10) Karena kekuatan independen ikrar Bodhisattva Kebajikan Universal."

Kutipan di atas menjelaskan penyebab terbentuknya galaksi yang salah satunya 
disebabkan oleh bekerjanya hukum alam sesuai dengan teori kosmologi modern, 
sedangkan penyebab lainnya merupakan hasil dari perbuatan (karma) atau 
kebajikan makhluk hidup apakah makhluk biasa, seorang Bodhisattva (calon 
Buddha), ataupun seorang Buddha.

Berikut ini terdapat beberapa kutipan dari Avatamsaka Sutra bab 5:

"Sistem Dunia Tepian Bunga,
Adalah sama dengan jagad raya,
Perhiasannya sungguh murni,
Berada dengan damai di ruang angkasa."

Ini menyiratkan bahwa benda-benda langit di alam semesta berada dalam ruang 
angkasa tanpa ada sesuatu yang menahannya di tempatnya (tidak seperti 
kepercayaan orang Yunani yang meyakini Atlas memangkul bumi di atas 
punggungnya).

"Dalam setiap sistem dunia itu,
Terdapat dunia-dunia yang banyaknya tak terbayangkan,
Beberapa diantaranya sedang tercipta,
Beberapa di antaranya sedang menuju kemusnahannya,
Beberapa di antaranya bahkan telah musnah."

Menurut kosmologi Buddhis, dunia-dunia (dalam istilah astronomi mungkin bisa 
disamakan dengan planet atau benda langit lainnya) di alam semesta ada yang 
sedang terbentuk, ada yang sedang berproses menuju kehancuran, dan ada yang 
sudah hancur seperti pada kutipan di atas.

Bersambung ke bagian kedua

http://filsafat.kompasiana.com/2010/02/25/kosmologi-buddhis-bagian-1/

Facebook: Radityo Djadjoeri
YM: radityo_dj
Twitter: @mediacare

Kirim email ke