[BUKU INCARAN]

Bertaruh Nyawa untuk Menerbitkan Memoar
---Anwar Holid

The Ghost Writer (Sang Penulis Bayangan)
Penulis: Robert Harris
Penerjemah: Siska Yuanita
Penerbit: GPU, 2010  
Tebal: 320 halaman; format: 15 x 23 cm  
ISBN: 978-979-22-5562-1
Harga: Rp.50.000,- (Soft Cover)

The Ghost Writer perlahan-lahan tamat juga di sela-sela deadline kerja 
penulisan yang sempat bikin aku blank, karena harus menjelajahi subjek sulit. 
Tadinya aku pesimis bisa menamatkan novel ini karena perasaan bersalah lebih 
baik memburu target kerja dan berusaha keras terserap ke dalam tugas, tapi 
rupanya kadang-kadang aku tenggelam sebentar ke dalam novel ini. Novel ini aku 
baca dengan rasa gelisah karena kerja belum selesai, sementara deadline tambah 
dekat, dan seorang klien menghentikan kerja sama---entah untuk sampai kapan. 
Buku ini aku bawa-bawa ke Jakarta, sesekali aku baca di tengah angkot atau 
mobil dinas yang membawaku ke para narasumber yang mau diwawancarai, hendak aku 
serap pengalaman dan ilmunya.

Pada dasarnya The Ghost Writer bercerita tentang dua orang. Orang pertama itu 
ialah penulis bayangan (ghost writer) yang disewa untuk merevisi dan menulis 
ulang memoar mantan perdana menteri Inggris bernama Adam Lang. Orang kedua 
ialah Adam Lang sendiri. Ketika itu Adam Lang tengah diajukan ke Mahkamah 
Internasional oleh mantan menteri luarnya yang kini bekerja di PBB. Menteri 
luar negeri ini dulu dipecat Lang dari kabinetnya; dia seorang politisi senior, 
berpengaruh, dan integritasnya tampak terjaga. 

Lang dituntut atas kejahatan perang. Dia diduga memberi perintah penangkapan 
dan penginterogasian empat warga negara Inggris keturunan Pakistan atas desakan 
CIA, yang lantas dibawa paksa ke penjara Guantanamo. Lang juga diduga 
memerintahkan sebuah operasi rahasia yang dilaksanakan tanpa persetujuan 
parlemen. Meski dicintai warga negara Inggris dan politik luar negerinya 
berhasil, Lang tampak terlalu menjadi kolaborator Amerika Serikat dengan 
mendukung semua kebijakan perang melawan terorisme. Tuduhan kejahatan inilah 
yang membuatnya nyaris digelandang ke pengadilan internasional di Amsterdam. 
Beruntung dia tengah berada di Martha's Vineyard, sebuah pulau kecil di 
Massachusetts, Amerika Serikat, yang terkenal sebagai tempat liburan orang 
Amerika Serikat kala musim panas. Amerika Serikat tidak ikut mengakui 
pengadilan internasional. Jadi selama ada di sana, untuk sementara Lang aman. 
Sayangnya dia di sana kala musim dingin, di pulau terpencil pula; jadi
 suasananya benar-benar sepi, sebab hanya berisi segelintir penduduk setempat 
yang berprofesi sebagai nelayan, dan sehari-hari diterpa hujan deras dan badai. 
Istrinya terang-terangan bilang sebenarnya Adam Lang sudah bernasib seperti 
Napoleon Bonaparte yang diasingkan di pulau Elba. Sebenarnya, niat awal Lang 
ada di sana ialah menyelesaikan memoar politik pasca dirinya selesai menjadi 
perdana menteri. Memoar ini bukan saja bernilai jutaan dolar karena sudah 
terikat kontrak dengan penerbit raksasa, namun juga merupakan satu-satunya cara 
dirinya membela diri dan berpeluang menimbulkan pengakuan kontroversial. 
Sayangnya, sekretaris setianya, seorang staf politikus tiada tara, ghost writer 
pertama yang sudah menulis draft awal memoar itu, ditemukan tewas ketika hendak 
menyerahkan manuskrip ke penerbit. Maka disewalah ghost writer kedua, narator 
dalam novel ini.

Ghost writer kedua ini seorang oportunis. Dia satu almamater dengan Adam Lang, 
hanya beberapa tahun di bawahnya, apolitis, hidup melajang, dan tampak egois. 
Meski terbilang sukses berkarir sebagai ghost writer dan tahu posisinya dalam 
industri buku, dia berharap bisa meningkatkan karir karena selama ini kliennya 
rata-rata orang "kelas dua", misalnya rockstar uzur dan karirnya sudah 
tenggelam tapi tetap merasa jadi mesiah, atau pemain sepak bola kasar yang 
merasa ucapan-ucapannya sekelas dengan Shakespeare. Mungkin dengan mendapat 
klien mantan perdana menteri, karirnya jadi melesat luar biasa.

Memang benar. Begitu sepakat mengerjakan proyek itu dan mendapat panjer (uang 
muka) besar, suatu hari dia dihajar orang asing yang hendak merebut manuskrip 
memoar sang mantan perdana menteri. Tapi halangan itu tak menyurutkan niatnya. 
Ketika benar-benar mulai mengerjakan proyek bersama Adam Lang, harapannya 
tampak semakin nyata. Sebagai pribadi, Adam Lang sangat mempesona. Dia seorang 
komunikator andal, pandai meyakinkan, sekaligus tegas dalam mengambil 
keputusan. Tapi dalam jalinan politik, kita sulit memastikan sebenarnya seperti 
apa pengaruh kebijakan-kebijakannya. Apa keputusannya membuat Inggris makin 
signifikan berperan di dunia internasional, kondisi ekonomi dan isu-isu 
keadilan bertambah baik atau terpuruk. Kita tahu bahwa sebagian dari politik 
ialah kompromi, baik dengan partai, kolaborator, bahkan dengan kekuatan musuh 
sekalipun. 

Sikap apolitis sang ghost writer pada satu sisi menyulitkannya bekerja dan 
menyelami ada apa sesungguhnya di dalam dan luar politik Inggris, namun di sisi 
lain membuatnya bebas sekaligus tega berpendapat apa pun tentang Adam Lang. 
Karena berjarak sangat jauh dengan politik dan tetek bengeknya, sang ghost 
writer sebenarnya tepat mengerjakan order ini. Dengan kemampuannya, dia mampu 
mengubah naskah memoar Adam Lang sebagai politisi dan kering tanpa drama 
menjadi manusia utuh yang patut mendapat simpati. Dia jadi tahu sisi pribadi 
Lang yang mungkin kurang disadari publik, misal betapa Adam selalu minta input 
dari siapapun sebelum mengambil keputusan, atau ternyata kehidupan rumah tangga 
mereka sudah runtuh. Tapi demi nama baik dan citra internasional, mereka belum 
bisa cerai, meskipun sudah pisah ranjang. Fakta ini makin seksi karena hidup 
Adam diatur oleh sekretaris perempuan gesit sebagai bagian dari protokoler 
resmi dan aturan partai. Kita rasanya
 mendapat suguhan plot sempurna: politik, kekuasaan, perempuan, dan konspirasi. 
Robert Harris mengolahnya menjadi kepenasaran yang amat berisiko, terutama bagi 
sang narator. Tentu dia ingin menguak siapa sesungguhnya Lang, bagaimana 
lingkaran kekuasaan memainkan peran melalui lembaga studi di universitas maupun 
korporasi multinasional, tindakan politik yang mengerikan, sampai mendapati 
tanda-tanda di luar prakiraannya sendiri. The Ghost Writer sampai ujung setia 
pada peran ganda itu: Di satu sisi, buku ini memberi gambaran hebat bagaimana 
seorang penulis bekerja, baik menggunakan nurani, insting, maupun 
profesionalitasnya. Di lain sisi ia menuturkan kehidupan sang perdana menteri 
sejak awal menapaki karir politik hingga caranya merebut kekuasaan.

"Dalam banyak level, The Ghostwriter adalah novel yang hebat," demikian 
pendapat USA Today. Menurut mereka, Harris membuat novel ini sarat godaan, 
kekuasaan, dan manipulasi. Bahkan Roman Polanski tak tahan untuk 
mengadaptasinya menjadi film. Sementara itu nyaris seluruh resensi di media 
massa internasional lain tergoda untuk mengaitkan novel ini dengan kejadian 
nyata politik di Inggris. Robert Harris tampak mau menampilkan suasana lebih 
muram lagi, mulai dari musim dingin, London yang jadi mirip Jakarta karena 
kerap ada dalam situasi bahaya baik oleh teror bom atau demonstrasi, sampai 
kehidupan pribadi sang ghost writer yang kelihatan kekurangan cinta dan 
simpati.[]

Anwar Holid pernah menjadi penulis bayangan. Buku barunya ialah Keep Your Hand 
Moving (GPU, 2010). Blogger @  http://halamanganjil.blogspot.com. 

KONTAK: war...@yahoo.com | HP: 085721511193 | Panorama II No. 26 B Bandung 
40141.

Link terkait:
http://www.gramedia.com
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Ghost_(novel) 
http://en.wikipedia.org/wiki/Robert_Harris_(novelist) 



      

Kirim email ke