Kami ucapkan selamat kepada Pak Wildan karena telah memakai pupuk Emas dan 
berhasil mengurangi biaya pemakaian pupuk kimia.
Siapa lagi ingin menyusul kesuksesan Pak Wildan?


Hasil Tinggi Karena si Mungil



PUPUK
BERKURANG, PRODUKSI JUSTRU MENINGKAT? BEGITULAH PENGALAMAN WILDAN
MUSTOFA, PEKEBUN KENTANG DI PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT.
IA MENUAI 3 TON KENTANG LEBIH BANYAK DARIPADA BIASANYA. WILDAN
MENGULANGI PENANAMAN HINGGA 6 KALI DAN HASILNYA TETAP MENINGKAT.



Pengurangan
30% pupuk itu ia terapkan di lahan 1 ha pada musim tanam Maret 2005.
Selama penanaman, Wildan hanya memberikan 800 kg campuran Urea, SP36,
KCl, dan ZA senilai Rp2-juta. Biasanya ia menghabiskan 1.500 kg
campuran pupuk tersebut senilai Rp3,75-juta. Pengurangan pupuk kimia
itu diimbangi dengan pemanfaatan 200 kg pupuk organik. Harga beli pupuk
organik Rp5.500 per kg. Berarti Wildan menghemat Rp650.000.



Tiga
bulan kemudian, Wildan memanen 28 ton umbi kentang atau meningkat 10%.
Sebelum menggunakan pupuk organik, ia hanya menuai 25 ton per ha. Saat
itu harga kentang di tingkat pekebun Rp4.500 per kg. Dari peningkatan
produksi itu Wildan memperoleh tambahan pendapatan Rp13,5-juta hasil
penjualan 3 ton kentang. Setelah itu, Wildan memperluas penggunaan
pupuk organik di lahan 15 ha. Produksi rata-rata juga 28 ton/ha.

Mikroba



Menurut
Prof Didiek Hadjar Goenadi, peneliti Lembaga Riset Perkebunan Indonesia
(LRPI), pupuk hayati terdiri atas inokulum mikroba yang mampu
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia konvensional oleh
tanaman. Mikroba yang digunakan mampu hidup bersimbiosis dengan tanaman
inang. Keuntungan diperoleh oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan
tambahan unsur hara, sedangkan mikroba mendapatkan bahan organik untuk
aktivitas dan pertumbuhannya.



Pada akhirnya, 'Tanahnya lebih
gembur dan mudah menyimpan air,' kata Didiek. Pupuk hayati racikan LRPI
disebut Enchancing Microbial Activities in the Soil atau disingkat Emas
mengandung 4 jenis mikroba. Mereka adalah Azospirillum lipoverum BCC
2369, Azotobacter beijerinckii 2368, Aeromonas punctata BCC 2367, dan
Aspergillus niger BCC F194.



Sifat masing-masing mikroba itu
berbeda. Azospirillum lipoverum bakteri penambat nitrogen bebas. Ia
bekerja meningkatkan jumlah serabut akar dengan cara menginduksi
konsentrasi fitohormon asam indol asetat (AIA) dan asam indol butirat
(AIB) bebas di daerah perakaran. Azotobacter beijerinckii bakteri
pemantap struktur tanah dan penambat nitrogen bebas.



Azotobacter
mampu menambat 2-20 mg nitrogen per gram sumber karbon, fungsinya
mensintesis vitamin B, asam indol asetat, giberelin, dan sitokinin
sehingga meningkatkan biomasa akar, perkecambahan biji, tegakan, dan
pertumbuhan tanaman. 'Itu sebabnya kentang yang diberi pupuk hayati
memiliki ukuran umbi yang lebih besar dibanding kentang yang dibudidaya
dengan pupuk kimia saja,' kata Didiek.



Sedangkan Aeromonas
punctata bakteri pemantap struktur tanah dan pelarut fosfat. Bakteri
itu menghasilkan enzim fosfatase, asam-asam organik, dan polisakarida.
Senyawa-senyawa itu membebaskan unsur fosfor dari pengikatnya sehingga
jumlah yang diserap tanaman meningkat. Kelarutan kalium juga meningkat
sehingga produktivitas kentang meningkat. Aspergilus niger berupa fungi
pelarut fosfat.



Fosfat unsur hara makro penting bagi pertumbuhan
akar halus dan rambut akar, memperkuat akar agar tanaman tidak mudah
rebah, memperbaiki kualitas tanaman, pembentukan bunga, buah, dan biji,
serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit. Sayang, 'Tanaman hanya
memanfaatkan fosfat sebesar 10-30% dari pupuk yang diberikan. Itu
artinya 70-90% pupuk tetap berada di dalam tanah. Namun, dengan pupuk
hayati yang kaya dengan pelarut fosfat, gejala itu bisa diatasi,' kata
Didik.

Lahan marginal



Dengan kinerja itu, pantas bila
produksi kentang di lahan Wildan meningkat signifikan. Ketika ia
memberikan pupuk hayati di lahan 150 ha sejak 2004, produksi rata-rata
juga 28 ton per ha. Hasil itu selaras dengan riset Dr Ir Djaja Subardja
Sutaatmadja dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya
Lahan dan Pertanian. Ia meriset budidaya kentang granola di lahan
marginal di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kentang ditanam monokultur
berjarak tanam 70 cm x 40 cm.



Subardja memberikan 100 kg pupuk
hayati per ha. Produktivitas 12 ton/ha. Padahal, dengan pemberian Urea,
SP-36, dan KCl masing-masing 200 kg/ha produktivitasnya hanya 7,73
ton/ha. Peningkatan produksi 4 ton/ha itu sangat signifikan. Penggunaan
pupuk hayati seperti ditempuh Wildan Mustofa salah satu cara menggenjot
produksi kentang.



Cara lain dengan mengendalikan serangan hama
dan penyakit. Harap mafhum, banyak organisme pengganggu seperti
cendawan Phythopthora infestan mengincar anggota famili Solanaceae itu.
'Serangan P. infestans di Indonesia rata-rata 50% per tahun pada musim
hujan,' kata Kusmana, periset Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
Lembang, Kabupaten Bandung.



Menurut Haeni Purwanti, peneliti
Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, awalnya
fungisida berbahan aktif metalaxyl efektif mengendalikan penyakit hawar
daun akibat serangan cendawan itu.



Namun, penggunaan metalaxyl
berkepanjangan mengakibatkan muncul strain P. infestans yang resisten
terhadap senyawa itu. Dari 222 isolat P. infestans yang diisolasi dari
daun kentang dan umbi asal 12 daerah, 41 isolat resisten terhadap
metalaxyl dengan konsentrasi 100 ppm atau lebih. Oleh sebab itu Wildan
menggunakan fungsisida berbahan aktif mandipropamid.

Sistemik



Di
pasaran terdapat beberapa merek fungsida seperti Revus 250 SC, Kocide
54 WDG, Starmyl 25 WP, dan Victory 80 WP. Menurut Arya Yudas, manajer
produksi PT Syngenta Indonesia, Revus berbahan mandipropamid menembus
lapisan lilin pada daun secara cepat dan kuat sehingga tidak mudah
tercuci air hujan.



Mandipropamid meresap ke dalam jaringan daun
secara sistemik lokal. Hasil penelitian Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan Universitas Padjadjaran pada 2007, dengan Revus serangan
phytopthotra cuma 1,15% pada pekan ke-4 dan 5,38% pada pekan ke-12.



Bandingkan
dengan penggunaan fungisida lain, 2,27% pada pekan ke-4 dan 12,70% pada
pekan ke-12. Penggunaan pupuk hayati dan fungisida tepat hanya sebagian
cara untuk meningkatkan produksi kentang. (Vina Fitriani/Peliput: Nesia
Artdiyasa)

Sumber: Majalah TRUSBUS terbaru



Harga: Rp. 5000,-/kg (franco Bogor) + ongkir
Kemasan: 25 kg
Pembayaran : CASH/CARRY
Minimal pembelian 20 ton untuk menghemat ongkir, tetapi bagi yg ingin mencoba 
PH EMAS boleh membeli 1 ton.
Jangan hanya menjadi penonton, mari kita hemat pemakaian pupuk kimia untuk 
kelestarian alam dan meningkatkan keuntungan.

Wassalam,

Rudy Surbakti

Pemesanan Pupuk EMAS silahkan hubungi 
email: agronurs...@yahoo.co.id

============================================
DIREKTORI PEBISNIS AGRO INDONESIA (CD)
Berisi data penjual dan pembeli, eksporter,
importer, perusahaan, distributor, produsen,
mediator di bidang agro (pertanian, perkebu-
nan, perikanan, peternakan, agroindustri).
Edisi terbaru (dari Agro & Food Expo 2009)
Download PDF: http://www.agroyess.co.cc
Kontak Info: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 (SMS Only)
============================================

Kirim email ke