Hasil penelitian selengkapnya dapat di-akses di website The World Bank atau klik weblink berikut: http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESIAEXTN/0,,menuPK:224605~pagePK:141159~piPK:141110~theSitePK:226309,00.html- Full Report ( 1.5mb) - Executive Summary in Bahasa (300kb) - Presentation (437kb)
======================================= -PERLU KEBIJAKAN TEPAT DAN REFORMASI MENYELURUH- Jakarta, Kompas - Lembaga keuangan nonbank di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk dapat membantu pembiayaan pembangunan. Namun saat ini, skala lembaga keuangan nonbank masih jauh tertinggal dibandingkan perbankan. Diperlukan kebijakan tepat dan reformasi menyeluruh agar sektor ini bisa lebih berperan. "Bank Dunia baru saja meluncurkan laporan berjudul Membuka Potensi Sumber Daya Keuangan Dalam Negeri Indonesia: Peran LKNB (lembaga keuangan nonbank), yang didalamnya menunjukkan temuan bahwa saat ini aset nonbank sebesar Rp 375 triliun atau setara 14 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Ini adalah sumber daya yang berarti dalam mendukung pembangunan Indonesia. Ini perlu dikelola dengan baik," kata Lead Financial Economist Bank Dunia Indonesia PS Srinivas, dalam peluncuran laporan tersebut, Kamis (11/1) di Jakarta. Aset LKNB tersebut jauh lebih kecil dibandingkan aset perbankan yang mencapai Rp 1.470 triliun. Angka persentase terhadap PDB yang masih 14 persen juga masih jauh tertinggal dengan negara tetangga, seperti Malaysia sebesar 138 persen, Thailand sebesar 32 persen, dan Singapura sebesar 170 persen. Srinivas mengatakan, aset dana pensiun dan asuransi meningkat sebesar Rp 40 triliun atau 20 persen rata-rata per tahun. "Saat ini diperlukan perbaikan mendasar alokasi aset dana pensiun dan asuransi. Kondisinya, perusahaan asuransi menginvestasikan lebih dari sepertiga dana atau sekitar Rp 23 triliun dalam deposito jangka pendek dan reksa dana. Dana pensiun pun menginvestasikan 40 persen atau setara Rp 42 triliun dalam instrumen yang sama," ungkapnya. Sebenarnya ada peluang besar untuk pertumbuhan lembaga- lembaga tersebut. Saat ini jumlah penduduk Indonesia yang memiliki polis asuransi hanya 10 persen lebih. Artinya, potensi pertumbuhannya sangat besar. Selain itu, hanya 15 juta orang Indonesia yang memiliki tabungan pensiun, hanya sekitar 100.000 investor ritel domestik, dan 255 investor reksa dana bermain di pasar modal, sedangkan penyewaan dan modal ventura sama sekali belum berperan pada pembiayaan UKM. Kesemuanya tentunya masih punya potensi besar untuk naik. Srinivas menekankan, jika sektor keuangan nonbank dikelola dengan baik, bisa membantu pembiayaan pembangunan. Saat ini pemerintah memerlukan dana sedikitnya 5 miliar dollar AS per tahun untuk mendorong investasi infrastruktur sehingga pertumbuhan ekonomi sekitar enam persen per tahun dalam jangka menengah dapat tercapai. Dalam laporan itu, kesimpulan dan rekomendasi yang dikemukakan Bank Dunia untuk mendorong sektor keuangan nonbank, antara lain, pelaksanaan dan penegakan aturan sudah ada, membentuk Bapepam-LK yang lebih independen sesegera mungkin, memperkuat regulasi dan kapasitas pengawasan. Kemudian, membuat harmonisasi regulasi seluruh sektor, merasionalisasi perpajakan pada seluruh lembaga keuangan nonbank, memberi pendidikan dan memperbaiki kemampuan konsumen, serta mendorong kerja sama antara publik dan swasta dengan industri. Ketua Bapepam-LK Fuad Rahmany menyatakan, memang diperlukan reformasi menyeluruh untuk mengembangkan sektor keuangan nonbank. "Hal yang paling ditunggu pasar mungkin bentuk insentif. (TAV) [Non-text portions of this message have been removed]