http://www.kompas.co.id/read.php?cnt=.xml.2008.01.22.10282521&channel=1&mn=10&idx=87

/Home 
<http://www.kompas.co.id/index.php>/Megapolitan<http://www.kompas.co.id/Megapolitan/index.php?channel=1&mn=10&idx=10>
/News <http://www.kompas.co.id/Megapolitan/index.php?channel=1&mn=10&idx=87>
*Jangan Tanya Harga, Pusing!*
**
Selasa, 22 januari 2008 | 10:28 WIB

*JAKARTA, SELASA -* Ternyata tak hanya pembeli saja yang pusing dengan
kenaikan berbagai bahan kebutuhan pokok. Nyatanya, penjual sembako di Pasar
Kramat Jati, Jakarta Timur pun mengeluarkan lontaran senada. "Aduh, jangan
tanya harga *deh*, pusing!," kata Koh Yakub (52), seorang penjual, Selasa
(22/1) siang. Naiknya harga beberapa kebutuhan pokok, sudah dirasakan Koh
Yakub sejak sebulan belakangan ini.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan diantaranya tepung terigu, minyak
goreng, beras dan telur. Tepung terigu yang biasanya Rp 6 ribu naik Rp
6500-Rp 7000. Minyak goreng curah dijual Rp 10.500 per kilogram, padahal
harga normalnya Rp 9.000. Beras (semua jenis) pun tak mau kalah, setiap
kilogramnya mengalami kenaikan Rp 100-Rp 200. "Telur juga *gitu*, kemarin *
sempet* Rp 11.500, sekarang turunnya cuma *dikit*, saya jual Rp 11.300 satu
*kilo*," kata pedagang yang telah berjualan di Pasar Kramat Jati selama 22
tahun ini.

Akibat kenaikan ini, jumlah pembeli dan barang yang dijual Koh Yakub juga
mengalami penurunan hingga 50 persen. Keuntungan? Setali tiga uang, minim.
"Ya *bayangin aja*, pelanggan saya kebanyakan yang jual kue *ama* gorengan.
Rata-rata *nggak* berani jualan sekarang. *Kalo* yang rumah tangga mungkin *
nggak* terlalu terasa. Gimana mau untung, *ya nasib-nasiban aja*,"
lanjutnya.

Keluhan senada juga meluncur dari Candra (35). Bapak satu anak ini, tak
berani memasok terigu dalam jumlah besar di tokonya. "Paling cuma 30 *kilo*,
itu juga jualnya susah. Kalo normal *ni*, saya bisa stok 50 kilo lebih, *
ludes*," ujarnya.

Tak hanya terigu dan minyak goreng curah, untuk terigu dan minyak goreng
kemasan pun, Candra tak berani memasoknya sama sekali. Padahal, beberapa
pembeli menanyakan terigu kemasan, termasuk pagi ini. "Saya *nggak* berani
stok, untungnya kecil *banget*. Kalo *dinaikin* nanti pembelinya
*nggak *percaya,
dikira saya *mahalin*. Serba salah."

Itu dari penjual, bagaimana dengan pembeli? "Saya udah keliling tiga toko *
mbak*, *nggak* ada satupun yang sedia terigu kemasan. Pusing saya,
*kalo *terigu
*kiloan* saya *nggak sreg*," ungkap Sri (40).

Kondisi yang dialami para penjual sembako ini, semakin diperparah dengan
didirikannya pusat perbelanjaan waralaba yang hanya berjarak 100 meter dari
pasar Kramat Jati. "Kurang apa lagi *ya *penderitaan kami? Jualan susah,
masih saingan lagi dengan raksasa itu (sambil menunjuk ke arah bangunan
pusat perbelanjaan). *Ya *pasrah *aja,*" kata Udin, penjual lainnya. *(ING)*


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke