Dalam masalah ekonomi gelap sedikitnya ada dua pelakunya.

Yang satu adalah pembayar pajak dan yang kedua adalah pejabat kantor
pajak.
Pejabat bea cukai sudah dinaikan gajihnya, tetapi ternyata peri lakunya
belum berubah.
Banyak orang menuntut penegakan negara hukum dan kalau perlu hukuman
mati.

Mungkin yang perlu dipikirkan adalah reformasi kantor pajak dan cukai
secara kelembagaan.

Salam

Hok An



jeff_andra schrieb:

> Ikut mimbrung nih yeee...
>
> Ada beberapa hal yang saya setuju dari bung Noor, memang "menyakitkan"
>
> jika kita yang sudah mengorbankan sebagian hasil keringat kita untuk
> membayar pajak, namun ternyata uang itu digunakan pemerintah untuk
> pemborosan yang selenge'an, lihat saja inefisiensi di lembaga2
> pemerintah, terutama inefisiensi waktu.
>
> Kalo ngeliat aksi para jagoan yang kemaren demo di senayan, kurang
> menyakitkan apa? ketika mobil dinas (Innova) yang dibeli dengan uang
> rakyat, digulingkan dan dibakar, SAYA TIDAK TERIMA itu. Jika memang
> jagoan, kenapa tidak bunuh saja pejabatnya, itu saya ikhlas.
>
> Kembali ke masalah pajak, terlepas baik atau buruk sistem pajak
> (keuangan negara), kok saya curiga ya, ini sih emang udah jadi watak
> "maling" orang2 yang ngga mau rugi, kalo kudu bayar pajak. Liat aja
> model-model orang macem Sukanto Tanoto. Saya kok yakin kalo dia ngga
> terlalu peduli apakah pajak itu akan dipakai pemerintah scara optimal
> atau ngga. Menurut saya sih itu emang yang bersangkutan aja tamak,
> rakus, dan lain2. DAn yang perlu diingat, dia ngga berada di "sektor
> gelap" kan.
>
> Lantas mengenai pengampunan, wah kok saya juga sangat keberatan nih,
> apalagi pengampunan sanksi pidana. It's unfair. Kalo saya "nyopet"
> dompet di metromini, terus ketauan; Apakah dengan mengembalikan dompet
>
> ke korban, terus "minal aidin wal fa idzin" masalah selesai? Kalo
> selesai, kapan saya mau kapok dan tobat dari "nyopet".
>
> Mungkin statement saya agak keras, but correct me if I wrong.
> Penggelapan pajak itu ngga spele lho. Korbannya ya negara = seluruh
> rakyat (terutama wajib pajak yg tertib). Enak mampus, diampuni begitu
> saja.
>
> Kalo saya sih berpendapat, ada dua hal penting yang perlu
> diperhatikan:
> 1. Penegakan hukum (sanksi) yang adil, justru untuk memberi "efek
> jera"
> 2. Perbaikan sistem, aturan main (birokrasi), dan terpenting
> transparansi, supaya wajib pajak juga tau, kemana juntrungnya pajak
> yang kita bayar.
>
> Birokrasi yang saya maksud bukan hanya dalam masalah perpajakan, tapi
> mulai dari ijin pendirian usaha, dll. Jangan sampai keengganan wajib
> pajak membayar payak atas dasar "balas dendam" kepada pemerintah
> karena sering dirugikan oleh "OKNUM" pemerintah.
>
> Salam
>
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> >
> > Kawan2 semuanya,
> >
> > Dibawah ada pendapat lain tentang sektor gelap kita yang ditaksir
> > mendekati Thailand jadi besarnya mendekati angka 70% (2004: Rp.
> 1.750
> > trilliun).
> > Salah satu asumsi untuk itu adalah besarnya sektor2 yang illegal.
> Saya
> > sendiri terus terang tidak tahu bagaimana sektor illegal ini bisa
> > ditarik ke bagian yang terang. Pengampunan pajak saya rasa bukan
> sarana
> > yang tepat.
> >
> > Mungkin ada yang pemikiran yang lebih kena.
> >
> > Salam
> >
> > Hok An
>
> 


Kirim email ke