http://www.infobanknews.com/index.php?mib=mib_news.detail&id=1574
Tanggal:  10 Februari 2010 - 14:14 WIB
Sumber: infobanknews.com

Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merilis sebuah kebijakan untuk 
mendorong korporasi yang sehat. Menurut Mustafa Abubakar, Menteri BUMN, serta 
141 BUMN, prosesnya membutuhkan pendataan mana perusahaan yang harus dimerger 
atau ditata ulang, re-grouping, dan di-holding.

Tahapannya dimulai dari maping, re-grouping, right sizing, hingga holding. Pada 
tahap right sizing akan tampak dan terjadi peningkatan profitisasi, kemudian 
baru dilakukan privatisasi.

“Efisiensi dan sinergitas antar-BUMN sangat penting. Selain meningkatkan 
produktifitas, juga kualitas pelayanan. Era 2010 adalah momentum bagus untuk 
meningkatkan kinerja BUMN,” tegas Mustafa Abubakar. 

Sebenarnya, konsep privatisasi yang ditawarkan pemerintahan jilid II tidak jauh 
berbeda dengan sebelumnya. Program privatisasi BUMN akan terus bergulir selama 
memenuhi aturan yang berlaku.

Jika pemerintah mengandalkan privatisasi guna memenuhi anggaran pendapatan dan 
belanja negara (APBN), sepertinya tahun ini hal itu tidak bisa diharapkan 
sepenuhnya.

 Dana hasil privatisasi tersebut digunakan untuk ekspansi dan APBN. Dalam jumpa 
pers awal tahun, Kementerian BUMN menyampaikan, pemerintah dan Dewan Perwakilan 
Rakyat (DPR) tidak lagi menargetkan dana Rp500 miliar dari privatisasi BUMN. 
Sebagai gantinya, setoran dividen BUMN-BUMN dinaikkan dari Rp26,1 triliun 
menjadi Rp28,6 triliun.

BUMN yang telah mendapatkan persetujuan DPR untuk privatisasi pada 2009, antara 
lain PT BTN, PT Garuda Indonesia, PT Pembangunan Perumahan (PP), PT Krakatau 
Steel, PT Waskita Karya, dan PT Adhi Karya. PT BTN dan PP sudah melakukan 
initial public offering (IPO). Sedangkan, tiga lainnya diproses pada 2010.

Privatisasi melalui jalan IPO sepertinya menjadi alternatif yang dipilih 
beberapa BUMN. Dengan masuknya 14 BUMN di lantai bursa, IPO BTN dan PP akan 
menambah deretan saham BUMN di Bursa Efek Indonesia (BEI). IPO dinilai paling 
efektif untuk meraih dana murah.  

Parameternya adalah BTN sebagai satu-satunya BUMN yang go public pada 2009 dan 
mengantongi dana hasil IPO mencapai Rp1,88 triliun.

 PP berencana mengikuti jejak BTN dengan target dana hasil IPO sebesar Rp832 
miliar. Ekuitasnya akan berjumlah Rp1,2 triliun. Nantinya, sekitar 41% dari 
dana hasil IPO akan digunakan PP untuk memperkuat modal kerja.

 Sisanya dianggarkan untuk dana investasi. PP akan membangun proyek pembangkit 
listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2 x 150 megawatt milik PT Krakatau Daya 
Listrik. PP mesti menyetor porsi modal 20%-49% dari total nilai proyek yang Rp 
3,3 triliun. Selain itu, PP akan menyelesaikan proyek hotel di Bali dan Bandung 
serta pusat komersial di Surabaya.

Lalu, bagaimana komitmen perusahaan BUMN yang sudah go public, terutama dalam 
hal setoran ke kas negara melalui dividen? Apakah dana IPO sudah dioptimalkan 
atau belum digunakan alias mengendap di perusahaan tersebut?

Frans S. Sunito, Direktur Utama PT Jasa Marga, mengakui, belum semua dana hasil 
IPO dipergunakan karena masih banyak hambatan dalam investasi jalan tol. Hasil 
IPO yang sebesar Rp3,4 triliun memang untuk memperkuat permodalan. 

 Sedangkan, menurut Frans, komitmen terhadap para pemegang saham sudah 
terpenuhi, bahkan setiap tahun meningkat. Sebagai gambaran, pembagian dividen 
pada 2007 sebesar 35% dan 50% pada 2008. Pembagian dividen 2009 akan diputuskan 
dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) pada Februari 2010.

 “Kami rasa (pembagiannya) pada 2009 tak jauh berbeda dari sebelumnya. Namun, 
sebenarnya kami berharap dividennya juga tidak terlalu banyak. Sebab, masih ada 
yang harus dikembalikan untuk memperkuat modal,” ungkapnya.

 Selain PP, PT Garuda Indonesia akan menyusul melakukan IPO. Dana yang akan 
diraup dari hasil penawaran saham tersebut diharapkan mencapai US$300 juta 
hingga US$400 juta.

 Rencana penawaran saham perusahaan penerbangan terbesar milik BUMN ini akan 
berlangsung sesuai dengan jadwal, yakni pada semester pertama 2010. Penjualan 
saham maksimal 40% itu untuk memperkuat permodalan, pengembangan usaha, dan 
penyewaan pesawat.

 Mustafa Abubakar mengakui sudah ada BUMN yang masuk kategori go regional dan 
go global. PT Garuda Indonesia memang sudah pantas melakukan IPO, apalagi 
kinerjanya dua tahun terakhir cukup gemilang.

 Kinerja keuangan perusahaan yang dipimpin Emirsya Star sebagai direktur utama 
tersebut terus membaik dari tahun ke tahun. Kerugian selama 2004 hingga 
sekarang mulai berkurang.

Bahkan, pada 2007 mampu mencetak laba bersih Rp60 miliar dan pada 2008 labanya 
naik signifikan menjadi Rp670 miliar. (*)





      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke