Ikut kasih komentar, sudah lama tidak lihat milis ini...

Menurut saya tergantung dari sisi mana kita ingin menilai, bisa dari 
kontradiksi maupun kesamaan. saya cenderung lebih memilih untuk menilai 
berdasarkan tata surya (tapi saya bukan astronom :-) ).

Ya, persisi seperti bulan dan matahari. Mata hari dan bulan muncul dan 
beredarnya tidak sama, tetapi fungsinya sama yaitu untuk menerangi duni. Hanya 
saja sinar bulan tidak begitu lama dan terang sinarnya dibanding mata hari, 
tetapi matahari rasanya terlalu panas dibanding bulan (lebih-lebih pada kondisi 
global warming ini). Sederhananya setiap sesuatu memiliki kelebihan dan 
kelemahannya sendiri-sendiri.

Dan pada dasarnya setiap orang memiliki keinginan untuk melakukan dan menjadi 
yang terbaik. Hanya saja cara yang dilakukan berbeda-beda alias tidak sama, 
kalaupun sama biasanya tidak persisi sama (serupa tapi tidak sama). Dan itu 
disebabkan oleh latar belakang, cara pandang, informasi dan data yang dimiliki 
oleh masing-masing individu. Nah, demikian juga halnya dengan JK dan SMI.

Lalu mengapa muncul perbedaan-perbedaan? Sebenarnya perbedaan itu sudah ada 
semejak awal dan itu alamiah. Hanya saja perbedaan itu apakah mau di besarkan 
atau dikecilkan? Itu tergantung kepada individunya masing-masing. Dan 
kepentingan politik yang emosional dan egois cenderung menjadikan perbedaan 
untuk melemahkan lawan dan memperkuat diri sendiri, yang pada akhirnya muncul 
penilaian dan opini yang tidak objektif. demikian juga dengan JK vs SMI.

Ya, apapun keadaanya mereka sudah berusaha memberikan yang terbaik sesuai 
kemampuannya. Kalaupun dirasa ada kekurangan dan kelemahan itu karena 
keterbatasan mereka sebagai manusia biasa. Dan mungkin yang bisa kita ambil 
adalah: "kebijakan, pemikiran dan tindakan mana dari mereka itu yang bisa 
dijadikan guru/pengalaman. dan tindakan mana yang seharusnya kita hindari/tidak 
dilakukan".

Salam
Nazar On Tebo
http://m.facebook.com/nazarjb



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "oka" <oka.wid...@...> wrote:
>
> Tanpa bermaksud mengadu JK dan SMI, karena saya tahu, keduanya memiliki 
> banyak fans disini (saya termasuk fans JK)....Tetapi seperti baisa komentar 
> JK menarik, karena simply ...dia orang yang blak-blakan, ngak terlalu perduli 
> formalitas dan PR...serta-ini yang penting-cepat mengambil keputusan. I miss 
> this guy...
> 
> Silahkan kalo mau debat soal JK atau SMI atau bahkan SBY sekalipun sebatas 
> mengenai ekonomi dan atau politik ekonomi ya... bagaimanapun kebijakan 
> dilevel atas sudah bersifat personal, maksudnya orang yang mengambil 
> kebijakan itu harus bisa secara pribadi mempertanggung jawabkannya.
> 
> 
> Kalla: Dulu Saya yang Usulkan Sri Mulyani Jadi Menkeu
> Jum'at, 21 Mei 2010 | 17:41 WIB
> http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2010/05/21/brk,20100521-249562,id.html
> 
> Jusuf Kalla. TEMPO/Zulkarnain
> 
> TEMPO Interaktif, Jakarta - Media kerap melihat hubungan Wakil Presiden Jusuf 
> Kalla dan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani beberapa kali tidak harmonis. 
> Mereka kerap berbeda pendapat. Soal pengadaan listrik adalah salah satu 
> contohnya.
> 
> Padahal, dulu Kalla adalah salah satu orang yang mengusulkan Sri Mulyani 
> menjadi menteri. Bahkan, Sri Mulyani datang ke rumah Kalla sebelum namanya 
> diusulkan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor.
> 
> Kepada Tempo, Kalla berbicara blak-blakan. Di kantor perusahaannya, Hadji 
> Kalla, di lantai 32 Gedung Cyber 2, Jakarta, Kamis (20/5), Kalla bercerita 
> panjang lebar soal Sri Mulyani termasuk juga keberanian sosok perempuan itu.
>  
> Sejak dulu Anda berseberangan dengan Sri Mulyani? Dulu waktu penyusunan 
> kabinet kedua nama Sri Mulyani itu usulan dari mana?  Apakah Anda dulu tidak 
> setuju Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan?
> Siapa bilang? Saya ikut setuju. Waktu itu Sofjan Wanandi membawa Sri Mulyani 
> dan Mari Pangestu ke rumah saya. Sayalah yang menyeleksi menteri di tahap 
> awal sebelum dibawa ke Cikeas. Memang sejak awal mau kami ingin memasang Sri 
> Mulyani di posisi Menteri Keuangan. Saya berbicara dengan Presiden. Dia 
> setuju. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memprotes Presiden. Mereka bilang, 
> "Ini neolib dua-duanya." Ya sudah kalau begitu kami tempatkan ke Bappenas. 
> Saya yang pertama kali mewawancarai dua menteri itu.
> 
> Lalu yang mengusulkan Sri Mulyani ke Bappenas, Anda?
> Presiden. Tapi yang mengusulkan pertama saya. Mulanya dia untuk Menteri 
> Keuangan tapi PKS tidak setuju. Maka saya bilang, ke Bappenas dulu saja. Saya 
> tetap pertahankan dia karena dia orang pintar. Kami carilah Menteri Keuangan, 
> ketemu Pak Yusuf Anwar, tapi setahun lebih saja karena faktor fisiknya, 
> kesehatannya tidak terlalu kuat untuk sampai rapat tengah malam di DPR. Dia 
> lalu diganti. Masuklah Sri Mulyani ke rencana semula, menjadi Menteri 
> Keuangan.
> 
> Waktu itu apakah Anda melihat dia cenderung bersikap birokratis?
> Dia taat aturan, tapi saya bilang aturan itu tergantung tujuannya. Contohnya, 
> saja tidak boleh menjamin listrik karena ada Keppres Nomor 74. Saya bilang, 
> sekalian aja pakai stanblaad (aturan jaman Belanda). Cabut dulu Keppres itu, 
> pokoknya jamin.
> 
> Taat aturan, sih taat aturan. Buat apa aturan kalau tujuannya tidak bisa 
> dicapai? Ganti aturan dong agar tujuan tercapai. Seperti saya katakan, kalau 
> memberlakukan blanket guarantee, hancur perekonomian. Banyak hal 
> bertentangan, tapi dia jalankan kebijakan.
> 
> Itu sebabnya krisis ekonomi kita saat itu tidak parah?
> Tidak parah. Tapi akan parah kalau saya ikuti keinginan Sri Mulyani dan 
> Boediono untuk blanket guarantee. Mereka hampir kasih. (Kalau itu terjadi) 
> habis keadaan, sama dengan kondisi pada 1998.
> 
> Anda sendiri anggap pertentangan pendapat dengan Sri Mulani baik atau tidak?
> Bagi saya, saya anggap diskusi. Kalau saya ikuti (dia) sekiranya kebijakan 
> itu akan diterapkan itu, maka krisis kedua akan muncul.
> 
> Apa kritikan Anda lainnya kepada Sri Mulyani?
> Saya sering kritik, kenapa anda terbitkan bond (surat utang) dengan bunga 
> tinggi, 11 persen. Itu dia tidak bisa jawab, Filipina aja 8 persen bunganya. 
> Berapa ongkos bunga? Tiap Sidang Kabinet saya selalu tanya kenapa dia 
> menjalankan itu.
> 
> Saat itu dilakukan siapa yang dirugikan?
> Negara. Yang diuntungkan ya yang beli bond itu, JP Morgan atau siapa.
> 
> Siapa yang memerintahkan bunga bond 11 persen?
> Itu perhitungan mereka.
> 
> Kan ini pasar terbuka, siapapun boleh beli surat itu kan?
> Banyak hot money, di SBI, dan lainnya. Kita terlalu mengagung-agungkan pasar 
> bebas. Ini jadinya. Saya bilang, keras dong terhadap pasar. Itu pertentangan 
> ideologis. tapi tidak boleh. Saya taat Menteri Keuangan. Menteri harus taat 
> kebijakan presiden dan wakil presiden. Sri Mulyani itu pintar yes, tangguh 
> ya, tapi tidak berarti 100 persen sempurna.
> 
> Itu menjadi peluru tabungan Aburizal?
> Dalam perkembangannya, baru... sama sekali tidak, karena ada pertanyaan keras 
> dari DPR. Mengapa awalnya (pengucuran dana talangan Century) Rp 600 miliar 
> tiba-tiba jadi Rp 6 triliun? Itu muncul di DPR.
> 
> Perkembangan politik sekarang?
> Aman.
> 
> Mundurnya Sri Mulyani bagus?
> Jalan yang terbaik. Karena tidak efektif lagi, seorang menkeu yang sulit 
> mewakili pemerintah di DPR. Secara pribadi saya mendukung, tetap menghargai. 
> Di zaman dulu, boleh tanya kepada Sri Mulyani, kalau ada kesulitan di DPR, 
> siapa yang menyelesaikan? Itu puluhan kali, jam 12 malam pun telepon sama 
> siapa. Siapa fraksi ini itu, saya terangkan masalahnya. Soal anggaran dan 
> lain sebagainya.
> 
> Mungkin karena sekarang tidak ada yang bisa diandalkan seperti Anda waktu itu?
> Tanya sama Sri Mulyani. Masalah kecil-kecil pun, selisih angka Rp 100 miliar, 
> (saya telepon) bukan cuma Golkar saja, PAN, PPP. Mereka bilang ini Menteri 
> Keuangan tidak bisa berkutik lagi, saya bilang sudahlah kasihan. Selesai.
> 
> Kabarnya, kalau sekarang peran itu coba dilakukan oleh Menko Hatta Rajasa 
> tapi tak berhasil. Betul?
> Ada dua hal, waktu itu saya ketua Golkar dan wapres. Jadi keduanya bisa 
> terkontrol di DPR maupun pemerintah. Aburizal bisa ngontrol DPR tapi susah 
> mengontrol pemerintah. Jadi tak perlu sekretariat. Kalau ada kesulitan, 
> undang ketua partai makan ke rumah. Masalah BBM, pendidikan.. semuanya saya 
> tackle.
> 
> Anda pernah diajak bicara soal Sri Mulyani? Mungkin Aburizal atau Presiden 
> telepon Anda?
> Saya bicara dengan SBY, sekitar Januari, sebelum paripurna.
> 
> Sesudah itu pernah?
> Pernah. Saya kasih saran-saran, tidak perlu saya kasih tahu sarannya. 
> Sederhana saja, kalau itu dianggap baik, anggap baik saja. Bahwa itu presiden 
> menyetujui, selesai.
> 
> Bagaimana hubungan Anda dengan Aburizal Bakrie?
> Baik juga. Bahwa saya bertentangan, dukung Surya Paloh, itu biasa saja.
> 
> Posisi Aburizal di Sekretariat Gabungan apa benar jadi lebih kuat? Apakah dia 
> minta saran ke Anda?
> Orang bilang hebat betul. Dia kan dulu Menteri Koordinator, panggil-panggil 
> menteri, apa yang luar biasa? Saya dulu tiap hari.
> Ketua partai undang menteri bicara, itu biasa saja. Tak perlu sekretariat, 
> undang makan malam saja, telepon-telepon.
> 
> Padahal itu sudah direncanakan lama?
> Ya.
> 
> Seperti suspend (penghentian penjualan) Bumi Resources, ini inkonsistensinya 
> Sri Mulyani. Ini kan tiba-tiba turun. Kalau turun kan otomatis suspend. Tapi 
> ini kan perusahaan besar, Indonesia, saya dukung, saya minta Sri Mulyani 
> tolonglah ini perusahaan besar. Jangan sampai diambil asing. Berapa puluh 
> ribu tenaga kerja di sana. Beri kesempatan untuk cari dana. Setelah suspend 
> seminggu.
> 
> Tapi kenapa tanpa izin, dalam waktu tidak terlalu jauh, bail out Century. Ini 
> hanya minta waktu, sementara itu minta uang. Tidak konsisten kan. Kenapa Bank 
> Century you (bail out), kenapa dibiarkan mati ini barang.
> 
> Saham Bumi saham blue chip bukan?
> Ya, dulu harganya Rp 8.000 turun menjadi Rp 1.500.
> 
> Pihak asing sudah siap ambil?
> Siap. Presiden setuju, demi insentif perusahaan nasional. Saya kasih tahu Ani 
> (Sri Mulyani). Hanya minta seminggu saja. Tapi ini minta triliunan kok 
> diberikan saja.
> Kalau suspend dilanjutkan, tidak ada yang hilang, negara tidak kehilangan 
> duit.
> 
> Aturan negara tidak ada yang dilanggar?
> Tidak ada. Alasan Sri Mulyani waktu itu tidak adil (terhadap perusahaan 
> lain). Di Amerika waktu itu pemerintahnya kasih uang, AIG, Citibank, dikasih 
> uang. Ini cuma minta waktu.
> 
> Presiden dan menteri lain sudah setuju?
> Setuju semua, cuma Sri Mulyani saja, ini ada apa? Ini cuma minta waktu untuk 
> berunding. Kami jadi bingung, ada apa nih, kok tidak ditolong.
> 
> Setelah Sri Mulyani mundur, apakah posisi Boediono aman?
> Saya tidak tahu bagaimana, tapi kan masih ada pemeriksaan yang panjang, dari 
> (penegak) hukum, KPK. Tergantung.
> 
> Apakah Aburizal Bakrie punya peluang besar untuk menjadi presiden?
> Enggak tahu, bagaimanapun masih panjang, masih lima tahun, masih banyak 
> perubahan.
> 
> Sri Mulyani 2014?
> Dia mampu, dari segi kecerdasan dia mampu, asal sikap untuk betul-betul 
> mencapai tujuan yang baik dapat diperbaiki.
> 
> Bapak mendukung?
> Siapa saja silakan. Tapi masalahnya begitu orang keluar, tidak lagi jadi 
> berita dalam negeri, susah diingat orang, disuruh kampanye pun sulit.
> 
> Bagaimana kalau dua tahun Sri Mulyani balik lagi, minta restu Anda?
> Saya bukan ketua partai lagi, harus ketua partainya.
> 
> Apa kesibukan Anda sekarang? Bagaimana usaha Anda sekarang setelah tak 
> menjabat sebagai wakil presiden? Bapak masih mengontrol perusahaan?
> Selama 10 tahun betul-betul saya tidak melihat kantor. Hari ini baru pertama 
> kali saya masuk kantor lagi. Itu pun tidak ada pegawainya. Cuma ada tempat 
> penerimaan tamu saja.
> 
> Kabarnya di Makassar sedang ada proyek? Katanya putra Anda mendapat proyek di 
> sana, tapi tanahnya belum bebas?
> Itu hanya membangun. Itu yang membebaskan (tanah) bukan kita, itu wali kota. 
> Kami cuma membangunkan fisiknya. Soal lama itu, sudah 10 tahun lalu, sudah 
> jalan. Kira-kira 15 tahun lagi.
> 
> PT Kalla lempar handuk dalam proyek itu?
> Siapa bilang. Sudah selesai, sudah jalan. Toko-toko sudah jalan, terminal 
> sudah jalan.
> 
> Ada kabar, perusahaan Anda kini sedang ekspansi ke Nusa Tenggara Barat. 
> Membangun mal bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Mataram?
> Saya tidak tahu. Hebat juga, Anda lebih tahu daripada saya.
> 
> Anda tertarik untuk menjadi Gubernur Sulawesi?
> Enggak lah, cukuplah saya kan sudah presiden, presiden PMI (Palang Merah 
> Indonesia)
>


Kirim email ke