Orang kuat itu bukan orang yang badannya besar dan kekar.
   Orang kuat adalah orang yang bisa menahan amarahnya.

Bagi seorang muslim, tentu sudah akrab dengan kata-kata diatas. Siapapun kita, 
bisa belajar untuk menjadi orang yang kuat dengan mencoba untuk bisa menahan 
amarah setiap kali ada perasaan yang membuat kita jengkel atau kecewa. Menang, 
amarah itu manusiawi, kerap kita mengalaminya. Hanya saja, kita perlu mengelola 
dan mengendalikan amarah kita agar tidak terlalu membuncah. Mengapa..? karena 
dengan “hobi” marahnya kita, justru akan membuat citra yang buruk tentang diri 
kita. Mana ada pemarah menjadi idola, atau sosok yang menyenangkan. Dimana-mana 
seorang pemarah itu dibenci oleh orang-orang disekitarnya. Bahkan kerap dicap 
sebagai biangkerok dan pengacau.

Menyoal tentang marah,
Tadi siang saya punya pengalaman menyaksikan pemandangan itu.

Sewaktu saya akan pergi ke warnet, saya melewati sebuah rumah yang dijadikan 
tempat loundry pakaian. Tepatnya berdekatan dengan lapangan Grendeng Kampus 
Unsoed Purwokerto. Rumah yang depannya mengalir sungai kecil. Seorang perempuan 
mengendarai sepeda motor menuju rumah itu. Disana ada seorang lelaki yang hanya 
mengenakan celana kolor saja, sedang nongkrong didepan rumah. Saat perempuan 
itu sampai tepat  di depan rumah, tiba-tiba lelaki itu melemparkan sandalnya. 
Hampir saja mengenai muka perempuan itu. Rupanya perempuan itu berhasil 
mengelak. Tapi perempuan itu hanya diam, lalu masuk rumah. Lelaki itu mengejar 
masuk dan membanting ember yang ada didepannya. Melihat pemandangan itu, saya 
hanya bisa mengelus dada dan bergumam pelan “astaghfirulllahaladhim”.

Entah, apa masalah keduanya,
Yang pasti, melihat orang marah itu, sebuah pemandangan yang tak mengasyikkan.


Hemm, kok sampai begitu ya. Setiap orang mungkin pernah marah. Hanya saja model 
marahnya itu berbeda-beda. Ada yang meluapkan amarahnya dengan meledak-ledak, 
mengungkapkan kata-kata kasar sambil melempar dan membanting sesuatu, atau ada 
yang meluapkan amarahnya cukup dengan sikap diam saja.

Satu hal yang pasti, dalam ilmu kesehatan, marah itu bisa mengundang dan mudah 
terkena penyakit. Di dalam darah orang yang sedang marah terkandung banyak 
hormon adrenalin, hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal ini akan 
dilepaskan ke dalam darah ketika ada rangsangan emosi. Akibatnya adalah denyut 
jantung akan bertambah cepat dan tekanan darah meninggi, keadaan ini yang 
mengakibatkan penyakit mudah datang. Ini sedikit efek marah yang saya ketahui 
dari beberapa bacaan kesehatan.

Nah, untuk itulah, ketika terpaksa harus marah, gunakanlah seni.
Mainkan seninya agar kita terhindar dari efek yang negatif tersebut.

Saya sendiri pernah marah secara meledak-ledak. Tapi, menurut pengalaman saya, 
marah yang meledak-ledak itu kadang memang lebih banyak berdampak buruk. Bagi 
diri kita, dari sisi psikologis, tentu mempertaruhkan citra akan kepribadian 
yang jelek Bagi orang lain, jelas, ketika meluapkan amarah terlalu berlebihan, 
seringkali begitu menyakitkan bahkan berujung pada dendam. Kadang dendam ini 
juga menjadi awal bagi orang lain untuk melakukan pembalasan. Banyak kan kita 
baca disurat kabar atau berita televisi, ada orang yang melakukan pembunuhan 
atas dasar dendam karena pernah disakiti.

Makanya, kalau terpaksa marah, sekedarnya saja. Saya sendiri berusaha memilih 
diam ketika sedang marah kepada seseorang. Kalau ada teman yang saya diamkan, 
kadang bertanya sesuatu saya cuekin saja, itu tandanya saya sedang marah. Dan 
ternyata, ini seni  marah yang jitu. Kadang teman saya pelan-pelan mengerti 
maksud sikap saya melakukan itu. Kalau diluapkan secara berlebih, kadang malah 
membuat suasana menjadi rumit, ribet dan panas. Ah, semoga saja kita semua  
bisa belajar mulai dari sekarang untuk bisa mengelola amarah agar bisa menjadi 
seorang muslim yang kuat.
freelance_corp @yahoo.com

====
~Snow Man Alone~
http://penakayu.blogspot.com

Kirim email ke