Sewaktu kita duduk di taman kanak-kanak, kita berpikir kalau seorang teman yang 
baik adalah teman yang meminjamkan krayon warna merah ketika yang ada hanyalah 
krayon warna hitam.

Di sekolah dasar, kita lalu menemukan bahwa seorang teman yang baik adalah 
teman yang mau menemani kita ke toilet, menggandeng tangan kita sepanjang 
koridor menuju kelas, membagi makan siangnya dengan kita ketika kita lupa 
membawanya.

Di sekolah lanjutan pertama, kita punya ide kalau seorang teman yang baik 
adalah teman yang mau menyontekkan PR-nya pada kita, pergi bersama ke pesta dan 
menemani kita makan siang.

Di SMA, kita merasa kalau seorang teman yang baik adalah teman yang mengajak 
kita mengendarai mobil barunya, meyakinkan orang tua kita kalau kita boleh 
pulang malam sedikit, mau mendengar kisah sedih saat kita putus dari pacar.

Di masa berikutnya, kita melihat kalau seorang teman yang baik adalah teman 
yang selalu ada terutama di saat-saat sulit kita, membuat kita merasa aman 
melalui masa-masa seperti apapun, meyakinkan kita kalau kita akan lulus dalam 
ujian sidang sarjana kita.

Dan seiring berjalannya waktu kehidupan, kita menemukan kalau seorang teman 
yang baik adalah teman yang selalu memberi kita dua pilihan yang baik, 
merangkul kita ketika kita menghadapi masalah yang menakutkan, membantu kita 
bertahan menghadapi orang-orang yang hanya mau mengambil keuntungan dari kita, 
menegur ketika kita melalaikan sesuatu, mengingatkan ketika kita lupa, membantu 
meningkatkan percaya diri kita, serta menolong kita untuk menjadi seseorang 
yang lebih baik.

Dan terlebih lagi, menerima diri kita apa adanya.



Sumber: Page Bunda Suci Maria @ Facebook.

Kirim email ke