Gulirkan Sastra Pesantren di Ponpes Tebuireng JOMBANG - Ponpes Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang bekerja sama dengan RMI (Rabithah Ma’ahid Islamiyah) dan jaringan intelektual NU menggelar Halaqah Nasional Kebudayaan Pesantren pada tanggal 22 – 23 Agustus 2008. Acara yang diadakan di aula masjid Ponpes Tebuireng tersebut mengusung tema “Kebangkitan Sastra Pesantren”. Secara resmi Shalahuddin Wahid sebagai pengasuh pondok ini, dalam pembukaan acara, menyampaikan pentingnya merawat tradisi intelektual pesantren bahwa kaum santri jangan sampai meninggalkan tradisi menulis yang telah diteladankan para sastrawan terdahulu, baik dari tradisi Arab klasik hingga perkembangan intelektual Islam mutakhir di negeri ini. Sedang Said ‘Aqil Siraj menyampaikan dalam orasi kebudayaan tentang pentingnya kebudayaan pesantren sebagai pengokoh karakter bangsa. Pada malam 22 Agustus, panitia menghadirkan pembicara Si penyair Clurit Emas, D. Zawawi Imron, yang mengulik tanya-jawab dengan tulisan “Tradisi Menulis di Kalangan Santri”. Pun Jadul Maula, dari Yayasan LKiS Yogyakarta, menggulirkan makalah dengan judul “Kekuatan Karya Sastra Santri”. Ajang interaktif ini cukup membentangkan cakrawala pemikiran dan spirit yang inspiratif bagi para santri. Sementara pada 23 Agustus, acara ditutup dengan renungan kebudayaan oleh Dr. Ir. Soedarsono dengan tema, “Menjadi Santri yang Berbudaya dan Berwawasan Kebangsaan”. Sebelumnya, dialog disemarakkan dengan kehadiran penulis novel kontroversial Syekh Siti Jenar, Agus Sunyoto dari Malang, yang menyorongkan tulisan “Menelisik Akar Sistem Pendidikan Pesantren”. Dr. Mastuki HS juga melemparkan diskusi dengan “Memperkuat Akar Budaya Bagi Revitalisasi Sistem Pendidikan Pesantren. Catatan penting dari kegiatan ini setidaknya mampu menggugah gairah menulis santriwan dan santriwati ponpes Tebuireng khususnya, dan para undangan yang datang dari beragam wilayah di Jawa. Ini mengingatkan kita pada tahun 1998 di mana pernah digelar Kongres Kebudayaan Pesantren di Ponpes Pandanaran di Magelang, Jawa Tengah, yang menghadirkan Thalhah Hasan, Dr. Simuh, Ahmad Thohari, dll. Kontribusi dari kegiatan semacam ini sangatlah penting untuk dicatat. Karena pesantren sejak dahulu merupakan basis intelektualisme lslam yang cemerlang yang kini memerlukan reorientasi dan cakrawala baru dalam memaknai dan menumbuh-kembangkannya. Tentu, halaqah ini, ke depannya, dapat lebih difokuskan pada semisal, workshop kepenulisan yang ajeg dan bervisi jelas. Sejumlah penulis berbasis pesantren dari berbagai daerah turut menyemarakkan acara ini seperti, Sachri M. Daroini (Magelang), Isma Kazee (yang juga redaktur Mata Pena, Yogyakarta), Zaki Zarung (Yogyakarta), Fahrudin Nasrulloh (Jombang), juga pegiat budaya Jabbar Abdullah (dari Komunitas Lembah Pring cabang Mojokerto). Hadir pula saat itu penyair M. Faizi (dari Ponpes An-Nuqayyah, Guluk-guluk, Sumenep), dan Dadang Ali Murtono dari Pacet, Mojokerto. Kedua penyair ini masuk dalam antologi dua belas penyair mutakhir Jatim 2008. Liputan: Fahrudin Nasrullaoh : 081578177671 Jabbar Abdullah : 081559951306