saya setuju untuk menolak pembangunan museum tersebut, apa lagi di dalam areal 
museum puri lukisan, yang sangat bernilai sejarah bagi perkembangan seni 
rupa/lukis di Bali..

salam 
yoga




________________________________
From: Warga Ubud <warga.u...@gmail.com>
To: artculture-indonesia@yahoogroups.com
Sent: Sun, June 27, 2010 11:52:08 AM
Subject: [ac-i] Say No to Museum of Marketing in Ubud...!

   
Salam,

Akhir-akhir ini muncul kabar bahwa di Ubud, Bali, akan 
didirikan sebuah museum baru bernama “Philip Kotler Museum of 
Marketing”. Lokasinya berada di kompleks Museum Puri Lukisan. Museum of 
Marketing ini akan memamerkan profil dari Philip Kotler, tokoh pemasaran dunia, 
dan juga memamerkan produk-produk dari berbagai perusahaan besar di dunia yang 
sebagian besar berasal dari Amerika Serikat, negara asal 
Philip Kotler. Museum of Marketing ini digagas oleh Irman Gusman (Ketua 
Dewan Perwakilan Daerah/DPD) dan Hermawan Kartajaya (konsultan pemasaran dari 
Jakarta).


Mengapa Museum of Marketing harus ditolak 
keberadaannya
di Ubud?

1. Ubud bukanlah pusat bisnis seperti Jakarta, Surabaya, Singapura atau 
Hongkong misalnya. Ubud adalah destinasi wisata
budaya dan spiritual yang khas Bali. Sementara itu, pemasaran terkait 
erat dengan bisnis. Keberadaan sebuah museum yang justru menyanjung 
nilai-nilai bisnis—apalagi memamerkan produk-produk dari luar 
negeri—akan merusak nilai-nilai Ubud yang telah dibangun dengan kerja 
keras oleh seluruh lapisan masyarakat Ubud khususnya serta masyarakat 
dan pemerintah Bali dan Indonesia pada umumnya selama beberapa generasi.

2.
Penggunaan nama Philip Kotler sebagai nama museum ini merupakan sesuatu
yang sangat aneh, karena Philip Kotler tidak jelas peranan dan 
kontribusinya kepada Ubud. Philip Kotler bahkan merupakan warganegara 
Amerika Serikat yang tidak pernah tinggal di Ubud, di Bali, atau bahkan 
di Indonesia. Berbeda dengan para seniman ekspatriat lainnya seperti 
Walter Spies, Rudolf Bonnet, Antonio Blanco, Arie Smit ; mereka semua 
merupakan ekspatriat yang tinggal cukup lama di Ubud dan berperan besar 
dalam pengembangan seni-budaya Bali.

3. Lokasi Museum of 
Marketing yang berada di dalam kompleks Museum Puri Lukisan menimbulkan 
tanda tanya besar. Sesuai namanya, “Puri Lukisan”, para pendiri museum 
ini tentu menginginkan bahwa Museum Puri Lukisan menjadi tempat untuk 
melestarikan karya seni tradisional dan modern Bali—terutama seni lukis;
bukan produk-produk dari negara lain yang sama sekali tidak ada 
sangkut-pautnya dengan seni-budaya Bali.


Dengan alasan-alasan tersebut di atas maka “Philip Kotler Museum of Marketing” 
harus ditolak keberadaannya di Ubud, apalagi berada di kompleks Museum Puri 
Lukisan. 
Keberadaan Museum of Marketing ini terkesan sangat dipaksakan dan jelas 
akan merusak salah satu situs yang sangat bersejarah dan memegang 
peranan penting dalam perkembangan seni-budaya di Bali dan Indonesia. 
Museum of Marketing ini juga jelas tidak memberikan manfaat sama sekali 
kepada masyarakat Ubud dan para seniman Bali.


Berita terkait bisa dibaca di:

http://www.antaranews.com/berita/1275316650/bali-bangun-museum-marketing-dunia
http://www.antaranews.com/berita/1276916121/tokoh-marketing-dunia-promosikan-indonesia-di-chicago
 


      

Kirim email ke