Kisah terbunuhnya Husain bin Ali (dinukil dari "Sejarah: Pertumbuhan dan Perkembangan Syi'ah", Dr. Ihsan Ilahi Zhahier, Al-Ma'arif Bandung, secara ringkas)
Ketika Mu'awiyah wafat, para warga Kufa *) menulis kepada Husain, "Kami telah mengurung diri kami, demi membai'at anda. Kami hidup dan mati dalam mempertahankan bai'at kami. Maka selam ini kami tidak menghadiri shalat Jum'at, maupun shalat jama'ah." ( "Murujudz-dzahab", jilid III/54, Al-Mas'usi, sejarawan Syi'ah) *)Kufa adalah sebaik-baik negeri, yang pernah menjadi pusat dan tanah yang subur bagi kegiatan kaum Syi'ah, sehingga merka mengatakan, "Adapun Kufa dan sleuruh daerahnya, di sanalah tempat Syi'ah Ali bin Abi Thalib...." (Uyunul-akhbar, Arridha, dinukil dari kitab "Syi'ah dalam sejarah"). Diriwayatkan dari Ja'far bahwasanya ia berkata, "Allah, telah menawarkan kesetiaan terhadap kita kepada rakyat-rakyat dari beberapa negeri. Tiada satu negeri pun yang rakyatnya menerima baik tawaran Allah itu, kecuali warga Kufa." (dikutip dari kitab "Bahsairud-darajat", bagian kesepuluh) Telah sampai pula kepada Husain surat-surat lain, yang isinya antara lain, "Kebun-kebun telah menghijau dan buah-buahan telah masak. Bila anda suka, datanglah dengan membawa pasukan yang kuat." (Dari kitab "A'lamul-wara", oleh Ath-Thabrasi, hal. 223 dan kitab Al-Irsyad, hal. 220, karangan Al-Mufid). Ketika surat-surat dari Kufa itu berturut-turut, serta banyak sekali datang kepadanya, dan dalam pada itu warga Kufa dengan keras sekali meminta kedatangannya, maka ia mengutus Muslim bin Aqil bin Abi Thalib ke Kufa, dengan membawa suratnya, yang di dalamnya ia memberitahu mereka bahwa ia segera berangkat (menuju Kufa), sesampai suratnya itu kepada mereka. Ketika Muslim tipa di Kufa, warga Kufa berkumpul menemui Muslim, dan menytakan sumpah setia mereka kepada Husain, serta memberikan kepadanya janji yang sungguh-sungguh untuk membela dan mendukungnya, serta tetap setia kepadanya. (Tarikh Al-Ya'qubi, II/242) Al-Mufid menambahkan, "Warga Kufa memba'iatnya dengan menangis. Jumlah mereka lebih dari delapan belas ribu orang." (Al-Irsyad, 220) Husain bersiap-siap untuk berangkat ke Kufa. Ibnu Abbas, panglima pasukan Ali dan sekaligus penasehat pribadinya, lagi pula seorang yang penuh pengalaman dan mengetahui dengan benar-benar watak kaum Syi'ah pada zamannya, datang kepada Husain dan memberi nasehat agar mengurungkan niatnya pergi ke Kufa, karena warganya yang suka berkhianat. Lihat pesan Ibnu Abbas dalam Murujudz- dzahab, III/55. Demikian pula nasehat Ibnu Abbas didukung oleh Abu Bakar bin Hisyam yang dikutip oelh Al-mas'udi dalam Murujudz- dzahab, III/56) Berita kedatangan Muslim bin Aqil di Kufa sampai kepada Yazid bin Mu'awiyah. Dan ia menulis kepada Ubaidillah bin Zayyad dan menyampaikan keputusan pengangkatannya sebagai Wali Kufa. Tidak akan diceritakan di sini apa yang terjadi secara lengkapnya, tentang terbunuhnya Muslim bin Aqil, Hani bin Urwah dan Abdullah bin Yaqthur. Berita kematian tiga orang ini sampai kepada Husain bin Ali ketika berjumpa dengan Al-hurr bin Yazid Attamimi ketika sampai di kota Qadisiah, dalam perjalanannya ke Kufa. Kemudian Husain berkhutbah di hadapan pengikut-pengikutnya, "Amma ba'du, telah sampai kepada kami berita yang amat dahsyat, yaitu terbunuhnya Muslim bin Aqil, Hani bin Urwah dan Abullah bin Yaqthur. Syi'ah kami (di Kufa) telah mengkhianati kami. Oleh sebab itu, barangsiapa di atnara kalian ingin meninggalkan kami, silahkan pergi, tanpa keberatan (dari pihak kami) dan tanpa kehilangan kehormatan (dari pihak kalian)" Maka berpencaranlah pengikut-pengikut Husain, meninggalkannya. Mereka pergi ke jurusan kanan dan kiri; maka yang tingal bersama Husain hanya orang-orang yang berangkat bersama dia dari Madinah, dan sekelompok kecil orang yang bergabung kepadanya.... .... Husain kemudian berangkat menuju Kufa. Di tengah jalan ia berjumpa dengan salah seorang warga Kufa. Ia memberitahu Husain mengenai pengkhianatan, keengganan dan kelicikan orang-orang Kufa. Orang itu berkata, "Di Kufa anda tidak mempunyai pembela dan pendukung; bahkan kami khawatir bahwa mereka akan bangkit memerangi anda." Ketika Husain melihat bahwa lasykar Kufa dan pengikut- pengikutinya berpaling darinya dan sikap mereka (terhadapnya) malahan kebaikan dari apa yang mereka tulis (kepadanya) dan dari apa yang dikatakan oleh utusan-utusan mereka, bahakan merka menyangkal apa yang mereka tulis kepadanya, ia berkta kepada salah seorang pengikutnya, "Keluarkan dua kantong yang berisi surat-surat mereka, yang mereka kirimkan kepadaku." Orang itu mengeluarkan dua kantong yang penuh berisi surat-surat; lalu Husain membeberkan surat-surat itu. Mereka menyangkal surat- surat tersebut. Kemudian Husain meneruskan perjalanannya, hingga mencapai Karbala. Melihat banyaknya pasukan yang menghadapinya, Husain sadar bahwasanya tiada tempat pelarian baginya. Ia lalu berdo'a: "Allahumma, ya Allah. Berilah keputusan antara kami dan suatu kaum yang mengundang kami, dengan janji membela kami, lalu mereka itu malahan akan membunuh kami." Ia kemudian berjuang terus hingga jatuh terbunuh. Semoga rahmat dan keridhaan Allah dilimpahkan kepadanya. Nyatalah bahwa semua yang datang di medang perang Karbala, dengan tujuan memeranginya dan melaksanakan pembunuhan terhadapnya, adalah laskar Kufa, tiada seorang pun warga Syam yang ikut. (Murujudz-dzahab, III/61) Al-Ya'qubi, ahli sejarah, yang fanatik kepada aliran Syi'ah menerangkan, "Sesudah gerombolan warga Kuga itu membunuh Husain, mereka merampok kemahnya, menawan kaum wanita, sanak kerabat Husain yang ikut bersamanya, dan mengangkat mereka ke Kufa. Ketika wanita-wanita itu memasuki Kufa, kaum wanita Kufa keluar, sambil meratap dan menangis. Ali bin Husain (yang ikut dalam rombongan tawanan itu) berkata, "Mereka ini menangisi kami; lalu siapakah yang membunuh kami?" (Tarikh Al-ya'qubi, I/235) Inilah yang terjadi pada Husain, demikian pula yang terjadi, baik pada masa Ali, maupun pada masa Ali dan Hasan serta pada masaa imam-imam dan pemimpin-pemimpin syi'ah lainnya. Apa komentar Welhausen, seorang orientalis Jerman, yang menaruh simpati kepada kaum Syi'ah terhadap peristiwa terbunuhnya Husain dan sikap orang Syi'ah terhadap Husain. (dinukil dari "Sejarah: Pertumbuhan dan Perkembangan Gerakan Syi'ah", Dr. Ihsan Ilahi Zahier, Al-Ma'arif Bandung, hal. 225-224) "Sebagian besar warga Kufa tidak mempunyai keinginan membela Pemerintah (kekuasaan Yazid bin Mu'awiyah), tetapi sekalipun demikian, mereka tidak bergabung ke pihak-pihak musuh-musuh Pemerintah; SAMPAI-SAMPAI MEREKA, YANG DAHULUNYA MENGIRIM SURAT KEPADA HUSAIN; YANG DIDALAMNYA MEREKA MENYATAKAN SUMPAH SETIA MEREKA TERHADAPNYA, TIDAK BERGABUNG KEPADA TENTARA HUSAIN MALAH MENINGGALKANNYA DI SAAT-SAAT IA DALAM KEMALANGAN, mereka tidak mengulurkan tangan untuk memberikan pertolongan kepadanya. Paling banyak yang mereka lakukan ialah mengamati pertempuran dari jauh dan menyaksikan (dari jauh pula) pergolakan terakhir Husain, kemudian (atas kematiannya) mereka menangisinya. Sedikit sekali dari mereka yang bertekad mengikuti Husain, seta menemaninya dalam musibahnya. Dari mereka ini dapt disebutkan antara lain Abu Tsumamah Ash- Sha'idi, pengawas Baitul-mal, dan Ibnu Usjah. Selain dari mereka itu, orang-orang yang mengikuti Husain dalam pergolakannya terdiri atas mereka yang menjumpainya dalam perjalanannya ke Kufa, kemudian mengikutinya, dan orang-orang yang yang terdorong oleh rasa kemanusiaan, untuk bergabung dengannya, pada-pada saat terkahir, sekalipun mereka ini, sebelumnya, tidak pernah mempunyai hubungan sesuatu pun dengannya dan tidak termasuk dalam golongan Syi'ahnya. Padahal ahli sejarah mengungkapkan kontradiksi ini, yakni antara orang-orang wajib membela (yang memikul kewajiban membela Husain), tetapi tidak melakukan sesuatu, dan orang-orang sukarelawan, yang dengan perbutan mereka (membela Husain) telah membuat malu golongan yang pertama. Para ahli sejarah terkadang memaparkan peristiwa tersebut secara dramatis. Yang menarik perhatian ialah, bahwa kaum Anshar juga, jadi bukan saja kaum Quraisy, telah meninggalkan Husain, tiada seorang pun dari mereka yang keluar bersama Husain dari Madinah, sedang dalam kalangan syi'ah kufa terdapat sedikit sekali dari orang-orang asal anshar. Adapun pemberontakan yang meletus di Madinah, pada tahun 63 H., bukanlah pemberontakan untuk membala anak-cucu Ali, hal mana terbukti bahwa Ali bin Husain berlepas tangan dari pemberontakan itu. Di samping golongan pengecut dan yang tidak setia itu, terdapat pula golongan yang merupakan musuh-musuh Syi'ah dengan terang-terangan; mereka ini adalah pengikut-pengikut dan pegawai-pegawai Pemerintah Bani Umayah. Perbantahan yang dilakukan tidak berkisar sekeliling masalah-masalah agama dan keimanan." (Demikian Welhausen dalam bukunya yang berjudul, "Kaum Khawarij dan Syi'ah, hal. 134) ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> ------------------------------------------------------------------ HADIRILAH.. SILATURAHMI ULAMA DAN UMMAT KE II BERSAMA MURID-MURID SENIOR ULAMA AHLI HADITS ABAD INI SYAIKH MUHAMMAD NASHIRUDDIN AL-ALBANI, MASJID ISTIQLAL, AHAD 20 MUHARRAM 1427H/19 FEBRUARI 2006M JAM 08.00 12.00 Website Anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id Website audio: http://assunnah.mine.nu Berlangganan: [EMAIL PROTECTED] Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] ------------------------------------------------------------------ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/assunnah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/