SEMUA AKAN MEMASUKI NERAKA
Oleh
Ustadz Ashim bin Musthafa, Lc
http://almanhaj.or.id/content/3126/slash/0


وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا
مَّقْضِيًّا ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوا وَّنَذَرُ الظَّالِمِينَ
فِيهَا جِثِيًّا

Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya
(neraka). Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu ketentuan yang sudah
ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa
dan membiarkan orang-orang zhalim di dalam (neraka) dalam keadaan
berlutut. [Maryam/19: 71-72]

PENJELASAN AYAT :
Ayat ini (ayat pertama) merupakan kabar berita dari Allah Azza wa
Jalla kepada seluruh makhluk ; baik orang-orang yang shaleh ataupun
durhaka, Mukmin maupun orang kafir. Setiap orang akan mendatangi
neraka. Ini sudah menjadi ketentuan Allah Azza wa Jalla dan janji-Nya
kepada para hamba. Tidak ada keraguan tentang terjadinya peristiwa
itu. Allah Azza wa Jalla pasti akan merealisasikannya. [1]

Yang perlu diketahui, Ulama ahli tafsir berbeda pendapat mengenai
pengertian kata al-wurûd [2] (mendatangi neraka) dalam ayat tersebut.
Sebagian Ulama menyatakan, maksudnya neraka dihadirkan di hadapan
segenap makhluk, sehingga semua orang akan merasa ketakutan. Setelah
itu, Allah Azza wa Jalla menyelamatkan kaum muttaqîn (orang-orang yang
bertakwa). Atau menurut penafsiran yang lain, semua makhluk akan
memasukinya. Meski kaum Mukminin memasukinya, akan tetapi neraka akan
menjadi dingin dan keselamatan bagi mereka. Di samping itu, terdapat
penafsiran lain yang memaknainya dengan mendekati neraka. Dan ada yang
menafsirkan bahwa maksudnya adalah panas badan yang dialami kaum
Mukminin saat menderita sakit panas. [3]

Syaikh ‘Abdul Muhsin menyatakan bahwa penafsiran paling populer
mengenai ayat di atas ada dua pendapat. Pertama, semua memasuki
neraka, akan tetapi mereka (kaum Mukminin) tidak mengalami bahaya.
Kedua, mereka semua melewati shirâth (jembatan) sesuai dengan kadar
amal shalehnya.Jembatan ini terbentang di atas permukaan neraka
Jahannam. Jadi, orang yang melewatinya dikatakan telah mendatangi
neraka. Penafsiran ini dinukil Ibnu Katsîr rahimahullahdari Ibnu
Mas’ûd Radhiyallahu ‘anhu. [4]

Dari dua pendapat ini, Imam Ibnul Abil ‘Izzi rahimahullah (wafat tahun
792 H) memandang bahwa pendapat kedua itulah yang paling kuat dan
râjih. Beliau berkata: “Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai
pengertian al-wurûd dalam firman Allah Surat Maryam ayat 71, manakah
pendapat yang benar? Pendapat yang paling jelas dan lebih kuat adalah
melintasi shirâth.” [5]

Untuk menguatkan pendapat ini, Imam Ibnul Abil ‘Izzi rahimahullah
berhujjah dengan ayat selanjutnya (QsMaryam/19:72) dan hadits riwayat
Imam Muslim rahimahullah dalam kitab Shahihnya no. 6354. Imam Muslim
rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya dari Umm Mubasysyir
Radhiyallahu ‘anha, ia mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda saat berada di samping Hafshah Radhiyallahu ‘anha , “Tidak
ada seorang pun dari orang-orang yang telah berbaiat di bawah pohon
(ikut serta dalam perjanjian Hudaibiyah, red) yang akan masuk neraka”.
Hafshah (bertanya-tanya dengan) berkata, “Mereka akan memasukinya
wahai Rasulullah”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
menyanggahnya. Hafshah Radhiyallahu ‘anha berdalil dengan membaca ayat
(yang artinya): “Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak
mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu ketentuan
yang sudah ditetapkan. (Mendengar ini) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam kemudian (mendudukkan masalah seraya) bersabda, “Sungguh Allah
telah berfirman setelahnya: Kemudian Kami akan menyelamatkan
orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang zhalim di dalam
(neraka) dalam keadaan berlutut)”.

Usai mengetengahkan hadits di atas, Imam Ibnu Abil ‘Izzi rahimahullah
mengatakan bahwa beliau (Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengisyaratkan (dalam hadits) bahwa maksud alwurûd (mendatangi neraka)
tidak mesti memasukinya. Begitu juga selamatnya (seseorang) dari mara
bahaya tidak mesti ia telah mengalaminya. Akan tetapi, dengan adanya
kondisi (genting) yang terjadi itu sudah cukup (kemudian dia selamat
dari ancaman itu). Barang siapa dikejar musuh yang hendak membunuhnya,
namun musuh tidak sanggup menangkapnya, maka untuk orang yang tidak
tertangkap ini bisa dikatakan: Allah telah menyelamatkannya. Oleh
karena itu, Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya:

وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُودًا

Dan ketika adzab Kami datang, Kami selamatkan Hûd…[Hûd /11:58],

فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا صَالِحًا

Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Saleh…[Hûd /11:66],

وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا

Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Syu’aib [Hûd /11:94]

Siksa Allah Azza wa Jalla tidak ditimpakan kepada mereka, akan tetapi
menimpa orang selain mereka Jika tidak ada faktor-faktor keselamatan
yang Allah Azza wa Jalla anugerahkan bagi mereka secara khusus,
niscaya siksa akan menimpa mereka juga. Demikian pula pengertian
al-wurûd (mendatangi neraka), maksudnya orangorang akan melewati
neraka dari atas shirâth. Kemudian Allah Azza wa Jalla menyelamatkan
orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang zhalim di neraka
dalam keadaan berlutut” [6]

Senada dengan keterangan di atas, sebelumnya Imam Nawâwi rahimahullah
(wafat tahun 676 H) pun menguatkan arti menyeberangi shirâth. Beliau
rahimahullah berkata dalam menerangkan hadits Umm Mubasysyir
Radhiyallahu ‘anha : “Yang benar, maksud al-wurûd (mendatanginya)
dalam ayat adalah melewati shirâth. Shirâth adalah sebuah jembatan
yang terbentang di atas neraka Jahanam. Para penghuni neraka akan
terjatuh di dalamnya. Sementara selain mereka akan selamat”. [7]

Dalam kitab al-Jawâbuss Shahîh (1/228), Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyah
rahimaullah juga merâjihkan pengertian al-wurûd dengan menyeberangi
shirâth [8]. Syaikh Abu Bakar al-Jazairi hafizhahullâh juga memilih
pendapat ini dalam tafsirnya [9].

ORANG-ORANG BERTAKWA SELAMAT MELINTASI SHIRÂTH
Amal shaleh akan sangat berpengaruh dalam proses melewati shirâth ini.
Semakin banyak amal shaleh seseorang di dunia, maka ia akan semakin
cepat dalam menyeberanginya. Allah Azza wa Jalla menyelamatkan
orang-orang yang bertakwa kepada-Nya sesuai dengan amal mereka.

Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan: “Orang-orang menyeberanginya
sesuai dengan kadar amaliahnya (di dunia). Sebagian melewatinya
secepat kedipan mata, atau secepat angin, secepat jalannya kuda
terlatih maupun seperti kecepatan larinya hewan ternak. Sebagian
(menyeberanginya) dengan berlarilari, berjalan dan merangkak. Sebagian
yang lain tersambar dan terjerumus jatuh di dalam neraka.
Masing-masing sesuai dengan ketakwaannya. Oleh karena itu, Allah Azza
wa Jalla berfirman yang artinya “Kemudian Kami akan menyelamatkan
orang-orang yang bertakwa (kepada Allah dengan menjalankan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya) dan membiarkan orang-orang
zhalim (yang menzhalimi diri mereka sendiri dengan kekufuran dan
maksiat) di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.” [10]

Semoga Allah k dengan rahmat dan kasih-Nya berkenan menyelamatkan kita
sekalian dari neraka.

PELAJARAN DARI AYAT:
1. Mengandung penetapan kewajiban beriman keberadaan neraka.
2. Penetapan kewajiban mengimani shirâth.
3. Penetapan kepastian menyeberangi jembatan di atas neraka.
4. Ketetapan Allah Azza wa Jalla pasti terjadi.
5. Orang-orang bertakwa akan selamat dari siksa neraka.
6. Orang-orang fâjir (berbuat jahat) akan binasa karena kesyirikan dan
maksiat mereka.

Wallâhu a’lam.


[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XIII/1430H/2009M. Diterbitkan 
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo � Purwodadi Km.8 Selokaton 
Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]
_______
Footnote
[1]. Silahkan lihat 532 Adhw�ul Bay�n 4/381, al-Aisar (1/738)
[2]. Mashdar (bentuk pembendaan) dari kata kerja warada yaridu yang merupakan 
asal kata dari w�ridu (w�rid�h�) yang tertera dalam ayat
[3]. Silahkan lihat Adhw�ul Bay�n 4/372, Tais�rul Kar�mir Rahm�n hlm. 498
[4]. J�miur Ras�il Syaikh �Abdul Muhsin al-�Abb�d (1/260) dengan diringkas
[5]. Syarhul Aq�datith Thah�wiyah hlm. 416, takhr�j Syaikh al-Alb�ni
[6]. Ibid
[7]. Syarhu Shah�h Muslim (16/275)
[8]. Nukilan dari Syarhul �Aq�datil W�sithiyyah, Kh�lid �Abdullah al-Mushlih, 
hlm. 145
[9]. Aisarut Taf�s�r (1/738)
[10]. Tais�rul Kar�mir Rahm�n hlm. 499 dengan diringkas


------------------------------------

Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    assunnah-dig...@yahoogroups.com 
    assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke