TUJUAN ZIARAH KUBUR DALAM KACA MATA SUFI

Oleh
Ustadz Abu Minhal
http://almanhaj.or.id/content/2571/slash/0/tujuan-ziarah-kubur-dalam-kaca-mata-sufi/

Di negeri ini, terutama di pulau Jawa, sudah jamak orang-orang melakukan ziarah 
ke makam Ulama (misal, Wali songo). Dengan koordinasi seseorang yang 
ditokohkan, merekapun berangkat menuju makam-makam itu. Jarak yang jauh dan 
persiapan bekal yang banyak, tidak menjadi soal bagi para peziarah. Sebab 
dengan 'perjalanan spiritual' ini akan banyak manfaat yang dapat mereka 
peroleh. Sebelum berangkat, para peziarah ini mempunyai tujuan tertentu. Mereka 
berharap semua tujuannya tercapai setelah menjalani perjalanan spiritual ke 
makam-makam orang yang dianggap wali atau makam Ulama karismatis, tidak peduli 
siapa dia. Inilah cuplikan apa yang terjadi di sekitar kita. Apakah yang 
seperti ini dibenarkan oleh syariat Islam?. 

HIKMAH ZIARAH KUBUR MENURUT SYARIAT NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
Ziarah kubur bukan hal terlarang. Hukumnya mustahab (dianjurkan). Di awal 
perjalanan Islam, perbuatan ini memang dilarang untuk menutup akses menuju 
syirik. Ketika tauhid telah mapan di hati para Sahabat, ziarah kubur diizinkan 
kembali dengan tata cara yang disyariatkan. Artinya, siapa saja yang berziarah 
dengan cara-cara yang disyariatkan, maka ia tidak diizinkan untuk berziarah. 
[Ighâtsatul Lahafân 1/313]

Pengagungan manusia dan perbuatan syirik di mana pun bertentangan dengan Islam 
yang berlandaskan tauhid. Begitu pula dalam ibadah yang bernama ziarah kubur 
ini. Syariat telah menentukan hikmah dari anjuran berziarah kubur, yaitu: 

1. Mengingatkan hamba kepada akhirat dan memberi pelajaran berharga baginya 
akan kehancuran dunia dan kefanaannya. Sehingga jika ia kembali dari makam, 
timbul rasa takut kepada Allah Azza wa Jalla yang bertambah, dan kemudian 
memikirkan akhirat dan beramal untuk itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam bersabda: 

إِنِّي كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا 
تُذَكِّرُكُمْ الْآخِرَةَ 

Dulu aku melarang kalian ziarah kubur. Sekarang, kunjungilah karena 
mengingatkan kalian kepada akhirat [HR. Muslim, an-Nasâi, dan Ahmad] 

2. Mendoakan kebaikan bagi mayit dan memohonkan ampunan bagi mereka. Ini 
merupakan bentuk perbuatan baik orang yang masih hidup kepada orang yang telah 
mati. Amalannya telah putus begitu ia menghembuskan nafas terakhirnya 
meninggalkan dunia menuju akhirat. Oleh sebab itu, ia sangat membutuhkan 
orang-orang yang berbaik hati mau mendoakan kebaikan dan ampunan baginya, serta 
menjadikannya penghuni surga. 

Secara eksplisit, doa yang dilantunkan peziarah kubur sebelum memasuki makam 
menjadi dasar hikmah kedua ini. Ditambah dengan riwayat bahwa ‘Aisyah 
Radhiyallahu anhuma menceritakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang 
pergi di malam hari ke (kompleks makam) Baqi'. 'Aisyah Radhiyallahu anhuma 
menanyakan alasan kepergian beliau. Beliau n menjawab: 

إِنِّيْ أُمِرْتُ أَنْ أَدْعُوَ لَهُمْ 

Aku diperintah untuk mendoakan mereka [1] 

3. Pada tata cara berziarah, bagi yang mengikuti petunjuk Rasulullah 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , berarti ia telah berbuat baik kepada dirinya 
sendiri. Sebaliknya, orang-orang yang melakukan perbuatan macam-macam dalam 
berziarah, mereka telah menjerumuskan diri ke dalam jurang kesesatan. 

Ibnul Qayyim rahimahullah menyampaikan hikmah ketiga ini dengan mengatakan: 
"(Hikmah ziarah kubur) pengunjung berbuat baik kepada dirinya sendiri dengan 
mengikuti petunjuk Sunnah dan melangkah sesuai dengan ketentuan aturan yang 
disyariatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Jadi, ia telah berbuat 
baik kepada diri sendiri dan orang (penghuni kubur) yang ia kunjungi".[2] 

Hikmah ini banyak dilupakan oleh para penulis tentang masalah ziarah kubur. 
Sebagaimana dalam setiap pelaksanaan ta'abbud mesti berlandaskan petunjuk 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , demikian pula dalam pelaksanaan 
ziarah kubur. Di masa kini, panduan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
mengenai ziarah kubur telah terabaikan. Akibatnya, di kebanyakan negeri Islam, 
kuburan telah beralih fungsi menjadi sumber praktek syirik dan maksiat 
lainnya.[3] 

ZIARAH KUBUR ALA SUFI
Ibnul Hâj, seorang tokoh Sufi menjelaskan mekanisme ziarah kubur versi mereka 
yang jelas-jelas bertentangan dengan risâlah yang dibawa Rasulullah Shallallahu 
‘alaihi wa sallam . As-Sya'râni memasukkan nama Ibnul Hâj dalam kitab Thabaqât 
Shûfiyah al-Kubra dalam al-Madkhal, "(Saat berziarah kubur) hendaknya peziarah 
mendoakan mayit, juga berdoa di sisi kubur saat muncul persoalan sulit yang 
menimpa dirinya atau kaum Muslimin. Jika penghuni kubur termasuk orang yang 
diharapkan keberkahannya, maka peziarah bertawassul kepada Allah Azza wa Jalla 
dengannya….kemudian bertawasul dengan para penghuni kubur dari kalangan 
orang-orang shaleh dari mereka untuk menyelesaikan persoalan-persoalannya dan 
mengampuni dosa-dosanya. Lantas baru berdoa bagi kebaikan dirinya, kedua orang 
tuanya, guru-gurunya, kaum kerabat dan keluarga penghuni kubur dan seluruh kaum 
Muslimin dan seterusnya

Ia meneruskan: "Siapa saja ada keperluan, hendaknya mendatangi mereka dan 
bertawasul dengan mereka. Sebab mereka adalah perantara antara Allah Azza wa 
Jalla dan makhluk-Nya ……" 

Tentang ziarah kubur para Nabi, ia mengatakan: "Jika peziarah datang 
mengunjungi mereka, hendaknya bersikap menghinakan diri, merasa membutuhkan, 
dan menundukkan diri, mengkonsentrasikan hati dan pikirannya kepada mereka dan 
membayangkan sedang melihat mereka dengan mata hatinya…. memohon kepada mereka, 
meminta kepada mereka penyelesaian persoalan (yang sedang dihadapi) dan 
meyakini akan dikabulkan karena keberkahan mereka dan optimis di dalamnya. 
Sebab mereka adalah pintu Allah Azza wa Jalla yang terbuka. Dan telah menjadi 
hukum Allah Azza wa Jalla , masalah-masalah tertuntaskan melalui tangan-tangan 
mereka. Siapa saja yang tidak bisa mengunjungi kuburan mereka, hendaknya 
mengirimkan salam kepada mereka sambil menyebutkan kepentingannya, permohonan 
ampun dan penutupan kesalahannya dll…". 

"Secara khusus bagi peziarah yang mengunjungi kubur Rasulullah Shallallahu 
‘alaihi wa sallam , maka ia harus lebih menghinakan diri dan merasa butuh 
kepadanya. Karena beliau pemberi syafaat yang sudah memperoleh idzin. Syafaat 
beliau tidak tertolak. Dan orang yang mendatangi beliau dan meminta tolong 
kepadanya tidak kembali dengan tangan hampa. Siapa saja yang bertawassul 
kepadanya, atau mengharapkan beliau menyelesaikan masalah-masalahnya pasti 
tidak tertolak dan akan sukses". [al-Madkhal hal. 254-258]

KEBATILAN TATA CARA ZIARAH KUBUR VERSI SUFI
Dari keterangan Ibnul Hâj di atas, tampak betapa jauh perbedaan tujuan ziarah 
kubur yang disyariatkan. Mengenai perkataan Ibnul Hâj berkait tata cara ziarah 
kubur para nabi yang berbunyi "Jika peziarah datang mengunjungi mereka, 
hendaknya bersikap menghinakan diri…", Syaikh Ahmad an-Najmi berkomentar: "Ini 
adalah syirik besar yang menyebabkan pelakunya abadi di neraka. Saya tidak tahu 
kemana akal mereka di hadapan ayat-ayat al-Qur`ân dan hadits-hadits yang 
menyatakan kebatilan dan rusaknya keyakinan tersebut serta perbedaannya yang 
jauh dengan ajaran Islam dan ajaran Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa 
sallam. Sesungguhnya bersikap menghinakan diri, merasa membutuhkan, dan 
menundukkan diri, mengkonsentrasikan hati dan pikirannya kepada mereka dan 
berdoa, ini semua adalah hal-hal yang mesti dilakukan seorang hamba kepada 
Rabbnya (Allah Azza wa Jalla ). Siapa saja mengarahkannya kepada malaikat atau 
nabi (atau manusia-red), sungguh ia telah berbuat syirik besar…[4] 

Selanjutnya beliau menambahkan, "Orang ini telah mengadakan tandingan bagi 
Allah Azza wa Jalla . Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata 
kepada Ibnu 'Abbas: "Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah Azza wa Jalla 
". Sementara Ibnul Hâj mengatakan: "Mintalah kepada Rasulullah Shallallahu 
‘alaihi wa sallam ". Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: "Minta 
tolonglah kepada Allah Azza wa Jalla ". berbeda dengan Ibnul Hâj yang 
mengatakan: "Minta tolonglah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, 
dan persembahkan sikap menghinakan, membutuhkan dan kemelaratan kepadanya". 

Agar lebih jelas lagi, berikut ini beberapa pernyataan Ulama Sufi yang mengajak 
para pengikutnya untuk mendatangi kubur-kubur mereka saat ditimpa persoalan. 

As-Sya'râni mengutip pernyataan Syaikh Muhammad bin Ahmad al-Farghal (meninggal 
tahun 850 H), ia mengatakan: 

أَنَا مِنَ الْمُتَصَرِّفِيْنَ فَيْ قُبُوْرِهِمْ فَمَنْ كَانَتْ لَهُ حَاجَةٌ 
فَلْيأتِ إِلَيَّ وَيَذْكُرُهَا لَيْ أَقْضِهَا لَهُ

“Saya termasuk orang yang sanggup menangani urusan-urusan saat berada di alam 
kubur. Siapa saja memiliki kepentingan, hendaknya datang kepada (kubur)ku dan 
menyampaikannya kepadaku. Aku akan menyelesaikannya”.[5] 

As-Sya'râni juga mengutip pernyataan Syaikh Syamsuddin di detik-detik 
kematiannya: 

مَنْ كَانَتْ لَهُ حَاجَةٌ فَلْيأتِ إِلَي قَبْرِيْ وَيَطْلُبُ حَاجَتَهُ 
أَقْضِهَا لَهُ

“Siapa saja memiliki urusan penting hendaknya mendatangi kuburku dan 
menyampaikan keperluannya, pasti akan aku tuntaskan [6] 

As-Sya'râni berkata tentang Ma'rûf al-Kurkhi: "Kuburannya dijadikan tempat 
untuk meminta hujan (saat kekeringan)"

Mengenai Syaikh Ahmad az-Zâhid, as-Sya'râni berkomentar: Kuburannya terkenal, 
sering dikunjungi. Orang-orang mencari berkah darinya". 

Tentang Syaikh Ahmad bin 'Asyir (seorang tokoh Sufi), dikatakan: "Kuburannya 
didatangi oleh orang-orang yang menderita penyakit dan cacat tubuh (untuk 
menyembuhkannya)".

Inilah sebagian nukilan yang sudah cukup mewakili bagaimana jauhnya mereka dari 
petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berziarah kubur. 
Gambaran yang sekaligus mewakili realita orang-orang yang mendatangi kuburan 
orang yang dikeramatkan atau diagungkan. 

Syaikh 'Abdur Razzâq al-'Abbâd hafizhahullâh menegaskan kekeliruan mereka ini 
dengan berkata: "Inilah petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam 
berziarah kubur selama dua puluh sekian tahun sampai beliau wafat (telah 
diterangkan dengan jelas-red). Demikian pula petunjuk Khulafâur Râsyidin dan 
seluruh Sahabat dan Tabi`în. Apakah mungkin ada orang di muka bumi ini yang 
sanggup membawakan riwayat dari mereka (generasi Sahabat dan Tabi'în) baik 
dengan jalur yang shahîh, lemah atau terputus bahwa mereka dahulu bila 
menghadapi urusan penting datang ke kubur-kubur dan berdoa di sana serta 
mengusap-usap pusara. Apalagi riwayat bahwa mereka mengerjakan shalat di 
kuburan dan meminta kepada Allah Azza wa Jalla melalui mereka atau meminta 
penghuni kubur untuk mewujudkan keperluan-keperluan mereka (lebih tidak ada 
lagi, red). Seandainya ini merupakan perkara Sunnah atau sebuah keutamaan, 
sudah barang tentu akan ada riwayat dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam yang mulia. Dan para Sahabat dan Tabi'în pun pasti akan 
melakukannya….[7] 

PENUTUP
Ziarah kubur termasuk ibadah dan amal shaleh, karena itu harus dikerjakan 
sesuai dengan rambu-rambu syariat. Bila tidak, hanya akan menjerusmukan kepada 
pelanggaran syariat. Wallâhu a'lam

Sumber:
1. Taqdîsul Asy-khâs Fil Fikris Shûfi, Muhammad Ahmad Luh (2/111-132)
2. Fiqhul Ad'iyah Abdur Razzâq al-'Abbâd, dalam bab khuthûratut ta'alluq bil 
qubûr/bahaya bergantung dengan kuburan (1/124-129)
3. Baitul 'Ankabût, Khalîl Ibrâhim Amîn, pengantar Syaikh Shâlih al-Fauzân, 
Dârul Muqtathaf. 

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XIII/1430/2009M. Penerbit 
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton 
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Hadits riwayat Ahmad. Al-Albâni t berkata: "Shahîh sesuai riwayat Bukhâri 
dan Muslim" (Musnad 6/252). Lihat pula Shahîh Muslim no. 974
[2]. Ighâtsatul Laghfân (1/337) Nukilan dari Taqdîsul Asykhâs 2/116
[3]. Lihat Taqdîsul Asykhâs (2/116)
[4]. Kemudian Syaikh Ahmad an-Najmi hafizhahullâh membawakan beberapa ayat 
al-Qur`ân, surat al-An'âm:1, al-An'âm: 88, al-A'râf:191, 194, az-Zumar: 65. 
(Audhahul Isyârah Fir Raddi 'ala Man Ajâzal Mamnû' minaz Ziyârah hal. 203-205)
[5]. Thabaqât as-Sya'râni (2/93)
[6]. Ibid (2/86)
[7]. Fiqhul "Ad'iyah (2/125)                                      

Kirim email ke