SIKAP ORANG TERHADAP RAMADHAN?
http://almanhaj.or.id/content/3135/slash/0/sikap-orang-terhadap-ramadhan/

Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla Rabb semesta alam. Aku bersaksi 
bahwa tiada ilâh yang patut disembah melainkan Allah Azza wa Jalla semata. 
Tiada sekutu baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan 
Rasul-Nya.

Sesungguhnya manusia terbagi menjadi beberapa macam, ada yang mencintai amal 
shalih dan menyibukkan diri dengannya siang dan malam. Dan ada juga yang 
membenci dan menjauhinya. Ramadhan adalah bulan maghfirah (ampunan), bulan 
dimana pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan 
dibelenggu. Ramadhan adalah lahan yang subur bagi orang Mukmin. Wahai pencari 
kebaikan, sambutlah! Dan Ramadhan merupakan saat bertaubat,kembali kepada Allah 
Azza wa jalla bagi orang yang berbuat maksiat. Wahai pencari keburukan, 
berhentilah!

Dalam menyambut Ramadhan, manusia terbagi menjadi dua macam, yaitu:

Jenis Pertama : Orang yang merasa senang dengan kehadirannya, karena dia telah 
membiasakan diri untuk mengerjakan puasa dan menyiapkan dirinya untuk 
menanggung beban puasa. Maka, dia tidak merasa berat ketika berpuasa. Bahkan ia 
akan mencela dirinya jika meninggalkannya. Para Salafus shalih sering berpuasa 
(meninggalkan makan, minum dan segala hal yang membatalkan- red) hingga menjadi 
terbiasa. Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah Azza wa Jalla, maka 
Allah Azza wa Jalla akan memberikan ganti yang lebih baik darinya. Allah Azza 
wa Jalla berfirman:

كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ

(Kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal 
yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu” [al-Haqqah/69:24]

Sebagaimana membiasakan diri untuk berpuasa, dia juga membiasakan qiyâmul lail 
(shalat malam) yang merupakan penjagaan malam sebagaimana puasa juga merupakan 
penjagaan siang. Dalam qiyâmul lail terdapat kesungguhan jiwa dan konsentrasi 
peribadatan sehingga bisa mengalahkan setan; serta kabar gembira berupa balasan 
surga dan keselamatan dari neraka. Qiyâmul lail adalah kemuliaan bagi seorang 
Mukmin dan syi‘ar orang-orang shâlih. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda: “Hendaknya kalian mengerjakan qiyâmul lail (shalat malam) karena itu 
merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian. Ia merupakan bentuk 
pendekatan diri kepada Rabb kalian, sebagai penghapus kesalahan dan mencegah 
perbuatan dosa”. [1]

Mereka menyambut Ramadhan dengan banyak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla 
dan membaca al-Qur‘ân dengan rutin, melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar, 
dan memberikan sedekah kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan dan dengan 
memberikan buka kepada orang yang berpuasa. Karena dengan memberi makan orang 
yang berpuasa, akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa. Mereka 
menyibukkan diri mereka dengan cara berdzikir dan mengkhatamkan al-Qur‘ân. 
Sehingga mereka mendapatkan pahala yang sempurna pada akhir bulan, mendapatkan 
lailatul qadr dan mendapatkan kemenangan dengan pahala dari Allah Azza wa 
Jalla. Mereka berharap mendapatkan ampunan dari berbagai dosa. Setelah keluar 
dari Ramadhan, keadaan mereka seperti ketika dilahirkan dari perut ibu mereka. 
Mereka mendapatkan pahala pada hari iedul fitri. Mereka menyelesaikan Ramadhan 
dalam keadaan mendapat ampunan. Dan mereka adalah orang-orang yang berdoa 
kepada Allah Azza wa Jalla selama berbulan-bulan agar dipertemukan dengan bulan 
Ramadhan; karena mereka mengetahui keutamaan bulan itu. Ramadhan merupakan 
saat-saat kebaikan dan berlomba-lomba dalam mendekatkan diri.

Jenis Kedua: orang-orang yang merasa berat dengan bulan ini. Bagi mereka, 
Ramadhan itu menyusahkan.Mereka selalu menghitung jam, hari dan malamnya. 
Mereka menunggu kepergiannya tanpa kesabaran.Mereka merasa berat dengan 
Ramadhan karena mereka pemuja dunia dan kehinaan. Perhatian mereka hanya 
terkait dengan perut saja. Mereka membenci semua amalan yang menghalangi 
tuntutan perut mereka. Mereka adalah orang yang meremehkan ketaatan, tidak 
membiasakan dan tidak pula menyukainya.

Yang kita saksikan sekarang adalah banyak orang-orang semacam ini. Apabila 
Ramadhan telah datang, mereka mulai menyiapkan diri dengan berbagai makanan dan 
minuman. Menghabiskan malam untuk mengobrol, mengerjakan perbuatan dan 
permainan serta mengucapkan perkataan yang haram. Barang kali dosa mereka 
ketika bulan Ramadhan lebih banyak daripada di luar Ramadhan. Malaikat Jibril 
mendoakan mereka agar dijauhkan dari rahmat Allahk, karena mereka tidak peduli 
dengan sebab-sebab ampunan yang banyak terdapat di bulan Ramadhan. Nabi 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengaminkan doa Jibril. Ini adalah doa yang 
pasti dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla.

Di antara bentuk rahmat Allah Azza wa Jalla kepada para hamba-Nya adalah bahwa 
ibadah-ibadah itu bertujuan untuk memperbaiki seorang hamba, membuka pintupintu 
kebaikan, menutup pintu-pintu neraka baginya. Barang siapa yang tidak 
memperbaiki amalannya, maka amalannya terdapat kekurangan atau mungkin tidak 
diterima oleh Allah Azza wa Jalla. Dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam bersabda: “Berapa banyak orang yang berpuasa yang hanya mendapatkan rasa 
haus dan dahaga dalam puasanya, dan berapa banyak orang yang mengerjakan 
qiyâmul lail hanya mendapatkan bergadang dan rasa lelah saja dalam 
bangunnya”.[2]

Adakah kita melihat kondisi kita ketika menyambut Ramadhan membuat bahagia dan 
menggugah untuk ditiru? Berlomba-lomba pada bulan itu dengan berbagai amal 
shalih? Memenuhi seruan, ‘wahai pencari kebaikan kemarilah’ dan ‘wahai pencari 
keburukan berhentilah? Apakah mereka menyambutnya dengan memperbanyak membaca 
al-Qur`ân, berdzikir, shadaqah, shalat dan amalan yang menguntungkan? 
Mudahmudahan saja seperti itu.

Perlu diingat bahwa Ramadhan adalah peluang besar untuk membaca al-Qur‘ân, 
dzikir, saling menasehati, shalat malam dan istighfar. Ramadhan itu juga 
kesempatan bagi jiwa untuk bersungguhsungguh dalam mengekang hawa nafsu, 
mengenalkan jiwa kepada kewajibannya; menampakkan hakekatnya serta 
menghantarkannya kepada Rabbnya, menjaganya dari syahwat dan membentenginya 
dari musuh serta berusaha mensucikan jiwa. Ramadhan juga bulan derma bagi 
pemilik harta untuk memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan, 
menghilangkan beban orang yang terhimpit, bersikap dermawan kepada orangorang 
fakir dan yang membutuhkan. Barangsiapa menyambut Ramadhan dengan mencari 
pahala Allah Azza wa Jalla, maka dia akan beruntung.

Ya Allah Azza wa Jalla, terimalah dari kami. Sesungguhnya engkau adalah Maha 
mendengar dan Maha mengetahui. Berilah kami taubat, sesungguhnya engkau adalah 
Maha penerima taubat dan Maha penyayang. Jadikanlah kami termasuk orang-orang 
yang tidak memiliki rasa takut dan bersedih hati. Jadikanlah kami termasuk 
orang-orang yang mendengarkan ucapan dan mengikuti yang baik dari ucapan itu. 
Jadikan akhir amal kami adalah amal yang shalih. Jadikanlah sebaik-baik amal 
kami pada akhirnya dan sebaik- baik amal kami adalah pada akhir hayat serta 
sebaik-baik hari kami adalah pertemuan dengan-Mu. Sesungguhnya engkau adalah 
Maha mendengar dan Maha mengabulkan

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XIII/1430H/2009M. Diterbitkan 
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton 
Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]
_______
Footnote
[1]. At-Tirmidzi kitab ad-Da‘awât bab doa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. 
al-Albâni rahimahullah mengatakan: shahîh hasan
[2]. Ahmad 2/373 dengan sanad jayyid                                      

Kirim email ke