Dear Moms & Dads, Tadinya saya agak ragu utk memposting email ini, karena bisa jadi banyak kontroversi dan banyak hal yg gak dimengerti bagi mereka yg belum mengetahui bahwa kedudukan dokter dan pasien itu adalah setara (partner, kalo menurut WHO). Tapi saya berharap & berdoa semoga email ini menjadi inspirasi bagi kita para orangtua utk jadi makin cerdas & kritis dalam tiap hal, termasuk kesehatan anak.
Ada seorang seorg dr anak sekaligus ahli hati anak. Beliau juga adalah utusan WHO di Indonesia yg bertugas utk mempromosikan & mensosialisasikan penggunaan obat2an secara rasional (Rational use of drugs - RUD). Akhir bulan lalau beliau ini pergi ke India sbg wakil dari Indonesia utk menghadiri kongres WHO yg membahas soal RUD sekaligus report dari masing2 negara. Dan sepulangnya dari sana beliau menuliskan email panjang yg merupakan oleh2 terindah & terbaik buat saya & keluarga. Saya repost email beliau di bawah email ini. Maaf utk yg gak berkenan. Luluk ------------------------- Dr Purnamawati, SpAk MMPaed : Dear all, Karena isi surat ini campuran dari hati dan otak, heart and brain, love and science, maka saya putuskan utk disampaikan dalam bentuk Pelangi. Workshop yang disponsori WHO ini adalah Promoting RUD in the community dan diselenggarakan pertama kali tahun yl di India juga (semua kegiatan WHO perihal RUD untuk wilayah Asia diselenggarakan kalau tdk di Thailand ya di India). Saya merasa sangat berbahagia bisa menghadiri workshop ini meski tadinya nyaris tdk berangkat. Ada beberapa hal penting dan menarik yg ingin saya share dengan kalian. Pertama, GERAKAN RUD AKAN JAUH LEBIH EFEKTIF MELALUI PROGRAM EDUKASI KONSUMEN. Konsep RUD pertamakali dicanangkan th 1985 di Nairobi (in fact, RUD is the biggest contribution of WHO in public health) Namun demikian, para pakar sangat prihatin akan masa depan implementasinya. Selama ini gerakan RUD ditujukan bagi provider (pemberi jasa layanan kesehatan) dan dianggap hasilnya hampir nihil. Public education merupakan salah satu indikator (dari 12 indikator implementasi RUD) ... dan dianggap justru amat sangat penting sejak beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu salah satu outcome dari workshop ini adalah munculnya berbagai proyek edukasi konsumen perihal RUD. Kedua ... KONDISI RUD DI NEGARA KE3 ASIA ... Prof Krisantha .. dari WHO regional ... dalam presentasinya perihal WHO perspective on RUD mengungkapkan kondisi RUD yg memperihatinkan. Di jentreng lah kondisi RUD based on those 12 indicators. Saat mengjentreng Indonesia ... dia bilang di Indonesia selain payah ke 12 indikator tsb, juga tdk ada regulasi harga obat. Pas perihal Indo... dia singkat aja... INDONESIA IS ... DISASTER. Sedih, tapi mau apalagi, kan begitu ya kenyataannya. Bangladesh. Bagus banget. Mereka punya NDP (National Drug Policy yg ketat). Semua obat yg ada di Bangladesh hanya yg sesuai daftar obat esensial. Providers gak bisa meresepkan obat lain (artinya ... menutup kemungkinan kolusi dg industri obat). Di Indonesia? Amoksisilin aja lebih dari 150 macam!! Makin banyak oabt, makin sulit pengendalian dan monitoringnya!! Kedua, Di Bangladesh, semua bentuk vitamin .. BANNED!! Gak ada cerita stimuno, imboost, elkana, dll dll dll Ketiga, Tidak ada OTC alias obat bebas!! India. NDP nya bagus. EDLnya mulai jalan (Indonesia punya daftar obat esensial tetapi implementasinya? Pemakaian generik amat sangat rendah dan peresepan umumnya obat bermerek yg mahal) Institusi pendidikan nya sangat memperhatikan etika. Misalnya, mereka terus mendengungkan bahw pemberian antibiotika pada kondisi yg tidak membutuhkannya merupakan salah satu bentuk pelanggaran etika. Indonesia? Institusi pendidikan nya teoritis bisa dan tahu ngomong soal RUD tapi pada prakteknya??? Kita tidak punya journal untuk para dokter perihal good prescribing, perihal RUD. India punya journal yg terbit regular utk para dokter. Di Bengal, mereka bahkan sudah menerbitkan journal untuk masyarakat awam perihal RUD. Saya sangat tertarik ketika saya menyempatkan menghadiri kongres nasional IDI nya sana. Venue? Bukan hotel bintang 5 seperti di Indo melainkan di ruang pertemuan kampus FKUI nya sana hehehe. Tidak ada satupun banner pabrik obat. Tidak ada stand pameran (di Indo biasanya bejubel sampai peserta umumnya sibuk mengumpulkan cindera mata dari berbagai stand instead of duduk mendengarkan ceramah) makanan? Bukan catering hotel bintang lima yg per orang at least 200 ribuan. Kami makan di kebun di tengah api unggun (saya gak mau bergeming dari api unggun sampai bercucuran air mata hehehe yapi suasanaya cozy banget). Makanan ya sederhana Di Indo, kegiatan ilmiah apalagi skala nasional, sponsor abis pabrik obat.... Saya pernah usul ketika masih jadi pengurus ...tapi kayaknya saya "ada kelainan" hehehe Kegiatan sponsor mensponsor ini berakibat ekonomi biaya tinggi... gak heran kalau harga obat di Indo selangiiitt. Tidak sedikit orang kita beli obat di malaysia atau singapur kan Implementasi di masyarakat? Di India, Puskesmasnya 2 rupee sudah mencakup pemeriksaan dokter, obat sesuai EDL. kalau perlu lab atau ronsen, 5 rupee. Memang suasana masih kayak di Indo alias saking banyaknya pasien di puskesmas, periksanya sambil duduk, kecuali ada suatu kecurigaan baru dibaringkan dan diperiksa. Dokternya masih kuat aroma "arogansi"nya alias kedudukannya amat sangat tinggi sehingga pasien juga takut banyak bertanya. Pemberian multivitamin tonik suplemen masih marak. Praktek swasta juga masih marak ketimbang public servicenya tapi untungnya puskesmas buka 2 kali. Jam 9 - 11 dan jam 16 - 18. Apotik swasta masih banyak. TAPI.... DI INDIA GAK ADA PUYER!!! DI SEMUA NEGARA PESERTA WORKSHOP GAK ADA PUYER... nanti saya kembali ke topik yang satu ini Kesimpulannya... penyelewengan masih banyak di India tetapi proses menuju perbaikan terasa dan memang ada. Indo? Bisakah kita mengandalkan pada pemerintah dan institusi pendidikan? Prof Krisantha memanggil saya secara pribadi. katanya beliau banyak mendengar kegiatan saya ... saya diberi buku ... Lalu kami bicara lama. salah kesimpulannya (lainnya off the record) ... bagus sekali kalau Indonesia tdk mengandalkan ke2 institusi di atas melainkan menggalakkan kegiatan edukasi konsumen!! hehehe muter ya bahasanya Ketiga ... Saya diminta presentasi kegiatan saya di Indo. By the end of the session, applause and bows. Prof Goran Tomson (Swedia) staf ahli WHO utk RUD ... ini pengejawantahan agar Wati tidak NATO katanya hehehe (No action talk only) Kedua, amazing kata mereka ... ini movement revolutionary - drug information services yang mempergunakan modern IT Keempat ... saya mesti menjalin network dengan LB diberi beberapa badan yg perlu dihubungi. dst dst tetapi intinya... jangan sendirian. Aduuhhh saya keopinginn banget gak sendirian tetapi Prof Roy bilang.. This field (RUD)... is a very lonely path... the only friends you have are the customers themselves... nah lho!! padahal beberapa pihak suggest .. mesti cari support dari sesama dokter (terutama DSA) dan dari pemerintah hehehe .. lagi sibuk Tsunami saya bilang. Kelima... saya diminta memberikan demo praktek dispensing obat di Indo. Lalu saya memberikan contoh resep untuk anak batuk pilek Mereka bingung ... kok obatnya banyak banget!! Gimana cari kasihnya? Saya ambil cawan obat, masukkan semua obat ... gerus!!! Heeehhhh!! Ternyata dari semua negara participants ... Indo satu2nya yg punya puyer hehehehe. Peserta yg pharmacist pada protes... aduh kan pabrik obat bikin penelitiab susah2 untuk menemukan bentuk obat yg terbaik kayak apa kok malah digerus, dijadikan satu lagi, interaksinya gimana, pharmakokineticnya gimana? Kok ahli farmasinya mau sihhhh Saya bilang kan instruksi di resep, farmasi gak bisa ubah selain mereka sendiri juga pola pikirnya memang puyer yg terbaik!! Lalu mereka komentar lagi .. The way you write the prescription is so ancient!! Seorang teman berkomentar di jakarta kemarin ... tapi puyer tuh yg terbaik buat anak, bisa di desain individual. Bulshit (maappp) saya bilang. kalau ini yng terbaik, yg teraman, yang termurah ... pasti sudah diadopt negara lain. WHO dan Unicef pasti gak tinggal diam. pasti disosialisasikan agar dimanfaatkan negara lain seperti ketika mensosialisasikan pemberian ORS untuk anak diare karena itu yg paling tepat selain murah. Kesimpulannya Apa yg kita kerjakan sudah benar... konsumen punya daya untuk melakukan perubahan In fact .. it is individuals that make changes Apalagi kata M Gandhi .. knowledge without devotion is like a misfire... so please spread your knowledge Tahap berikuitnya selain menyebarkan ilmu pada keluarga dan teman dekat adalah nicely inform you DSA bahwa selama ini obat nya gak ditebus... beritahu juga bahwa SAYA MENOLAK PUYER (pakai seribu strategi tapi jangan ketus dan jangan menggurui ... saya yakin kalian very2 smart and wise) Ok sekian dulu Mudahan nanti bisa nyicil lagi tapi mau meeting dulu dan selasa mesti meeting report. Love u all wati AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA UTARA !!! ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]