Tangis Bayi Menjelang Malam
(Essay bebas oleh: Raldi A. Koestoer, 15 Des 1999)
Bayi yang menyusui sebenarnya tidak pernah berpikir rasional. Semua dipahami
secara natural saja. Hidup ini tidak ada yang perlu ditakuti baginya. Tapi ada
hal yang membuat perasaannya cemas. Kapankah dia merasakan adanya rasa cemas dan
tenteram itu ? Segala sesuatu dipahami dengan instink saja, emosi, itulah
caranya menghadapi hidup ini. Lebih banyak gembiranya. Meloncat-loncat adalah
ekspresinya yang spontan. Tertawa lepas adalah bahasanya. Cemasnya dinyatakan
dengan menangis. Tidak amannya atau takut dinyatakan dengan menangis. Keinginan
emosinya yang tidak bisa dipenuhi dinyatakan dengan tangis pula. Hidup hanya
diekspresikan dengan dua hal, tawa dan tangis. Sederhana bagi orang dewasa,
namun penuh makna baginya. Orang dekat yang sudah dikenalnya, amatlah
dicintainya dengan emosi dan perasaannya karena secara natural ia tahu kepada
orang disekitarnya itulah dia amat bergantung.
Begitu banyak pengalaman indrawi yang dialaminya setiap hari, otaknya belum
banyak bisa merekam. Menurut penelitian para ahli, sampai dengan umur dua tahun
adalah saat dimana sel-sel otaknya berkembang dengan cepat setelah itu
perkembangan sel otak itu berhenti. Karena itu masa 0-2 tahun bagi bayi adalah
masa yang amat penting untuk perkembangan otak. Agama Islam menganjurkan kepada
para ibu untuk menyusui bayinya sampai dengan umur dua tahun. Hal itu sudah
dianjurkan 1400 tahun yang lalu tanpa orang tahu apa sebabnya. Baru dengan ilmu
kedokteran modern sekarang inilah, para ahli mengetahui bahwa, pasokan susu ibu
itulah yang akan banyak mempengaruhi perkembangan otak anak.
Emile Durkheim ahli pendidikan Prancis mengadakan penelitian terhadap seorang
bayi yang masih menyusui. Bayi tersebut dipisahkan dari ibunya selama 24 jam,
bayi tersebut diberi makan oleh orang lain, dan dia bereaksi biasa saja. Tapi
setelah 24 jam ia dipertemukan dengan ibunya. Kelihatan bayi itu amat meledak
emosinya sampai dia tidak bisa berkata apapun. Dia memeluk ibunya seperti tidak
pernah akan melepaskannya lagi. Sejak saat itu dia tidak mau melepas ibunya lagi
sedetikpun.
Ada saat bayi memerlukan sanctuary. Sanctuary adalah ruang
cakrawala hening, jauh dari kebisingan bersuasana damai tanpa kekerasan tanpa
tekanan, lubuk sanubari yang tenang. telinga seakan tertutup tidak mendengar
apapun, mata terbuka tapi tidak melihat apapun kecuali bayangan-bayangan tanpa
beban. Adakah saatnya bayi membutuhkan sanctuary itu, tentulah ruang itu bukan
sebuah ruang sepi tanpa suara. Tapi sebuah ruang persentuhan yang paling erat
antara bayi dengan ibunya dikala insan cilik ini menyusui mau tidur. Ia seperti
tidak mendengar apapun, ia menjadi seorang artis teater yang bebas bergerak.
Anggota tubuhnya tidak dikendalikan oleh kemauannya tapi oleh hukum alam yang
memberikannya motivasi gerak.
Motivasinya saat belajar berjalan, amatlah mengagumkan. Motivasi itu mungkin
tidak akan lagi didapatkannya dikala dia sudah dewasa. Coba hitung berapa kali
dia jatuh sebelum dia mampu berjalan. Tak terhitung, namun dia pantang berputus
asa, terus dia mencoba dan mencoba lagi. Dia belajar dari kegagalan tanpa ada
yang memberitahukannya. Andai bayi itu mempunyai rasa takut seperti orang
dewasa, maka niscaya sejak jatuhnya yang pertama, maka ia tidak akan pernah
mencoba lagi, berarti dia tidak akan bisa berjalan. Dorongan alami ini layaknya
patut dipelihara agar berada dalam suasana bebas mencoba. Perkenankanlah
anak-anak berbuat salah untuk kemudian mencapai keberhasilan.
---000---