Rekan-rekan, dulu waktu Ella (19.5 bulan) mau di MMR, saya juga punya kekhawatiran yg. sama. Dan saya mengumpulkan beberapa artikel ttg. ini. Salah satunya yg. berikut ini. Saya akhirnya memutuskan utk. mem-vaksin Ella, sesudah konsultasi dgn. DSA-nya, cari2 referensi spt. ini, dan dengan pertimbangan spt. yg. dikatakan dsa-nya : jumlah kasus autism yg. dihubungkan dengan MMR vac. memang ada ; tapi dunia science itu 'kan tidak menyimpulkan hanya dari sejumlah kecil kasus dan ditarik generalisasinya. Bisa saja mereka yg. katanya autisme karena MMR itu sebenernya punya latar belakang yang lebih kompleks lagi, dan saat teridentifikasi dgn. autisme berdekatan waktunya dengan vaksin MMR. Jadi seolah-olah disebabkan vaksin MMR.... Meskipun demikian, tidak urung deg-deg-an juga... biarpun cuma 0.001% misalnya kejadian autism oleh vaksin, kalo yg.0.001% itu jatuh ke anak kita, yaa... sedih juga, kan ? Karena itu, waktu itu saya khusus berdoa, minta supaya Tuhan menjauhkan hal2 demikian itu dari Ella... Btw, saya juga baru divaksin MMR (sebenernya cuma cari utk. Rubella, tapi di Indo nggak ada yg. unsur Rubella saja), utk. menghindarkan kejadian Rubella saat hamil. Sekedar sharing, DSA saya menganjurkan ibu-ibu utk. imunisasi Rubella, daripada nanti pas hamil ketahuan ada Rubella-nya, atau pemeriksaan awal aman2 saja, tapi bulan berikutnya terinfeksi Rubella. Kasihan anaknya bisa cacat ganda. Lebih baik divaksin dulu supaya antibodinya terbentuk thp. Rubella. Begitu, katanya.... Ttg. ini juga ada di artikel berikutnya yg. akan saya postingkan juga. Semoga berguna. ------------- satumed.com : Rabu, 19 April 2000 Anda mungkin pernah mendengar tentang vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella) yang berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap Parotitis (infeksi pada kelenjar ludah parotis atau sering dikenal sebagai gondongan), Campak dan Campak Jerman. Vaksin ini pernah dihubungkan dengan terjadinya autisme, tetapi para pakar menyatakan bahwa penelitian ini mengandung banyak kelemahan. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Dr. Andy Wakefield sekitar dua tahun lalu mengatakan telah menemukan jejak virus tersebut dalam usus anak-anak penderita autisme, dimana risetnya ini menimbulkan ketakutan akan vaksin MMR untuk pertama kalinya. Tetapi The Royal Free and University College Medical School di London, dimana Dr. Wakefield bekerja, telah mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan kelemahan riset ini. Riset terakhir disampaikan di depan Kongres Amerika Serikat minggu lalu oleh Dr. Wakefield dan Profesor John O’Leary, direktur patologi di Coombe Women’s Hospital di Dublin. Dia mengatakan bahwa pada 25 anak-anak pengidap autisme, 24 mempunyai jejak virus campak dalam ususnya. Profesor O’Leary mengatakan kini terdapat "bukti yang menarik" tentang hubungan antara autisme dan MMR. Akan tetapi, hubungan ini sendiri tidak menjelaskan apakah virus tersebut menyebabkan autisme, atau bahkan sumber virus ditemukan dalam vaksin MMR, yang mengandung virus campak dan parotitis dalam bentuk "yang sudah mati". ‘Tidak Bisa Dibuktikan’ Departemen Kesehatan mengatakan riset tersebut "tidak bisa dibuktikan dengan sarana ilmiah biasa. Hal itu tidak membuktikan apa-apa dan tetap belum ada bukti untuk mengatakan adanya kaitan antara suntikan vaksin MMR dan autisme," seorang juru bicaranya menambahkan. "Pasti merupakan bahaya besar kalau anak-anak harus meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin karena ketakutan akan keamanan vaksin yang sesungguhnya belum dapat dipastikan." Seorang juru bicara Royal Free Hospital mengatakan bahwa tidak seorangpun ilmuwan lain sanggup menghasilkan atau membuktikan kebenaran pekerjaan Dr. Wakefield. Dia menunjukkan pada studi lain yang mengatakan bahwa tes kimia yang dilakukan oleh Dr. Wakefield untuk memastikan adanya virus campak mungkin saja telah dianggap positif oleh protein usus normal. "Dr. Wakefield dengan tegas mendesak untuk melakukan studi lanjutan termasuk blind test pada subyek, kontrol yang tepat dan tes independen oleh ahli laboratorium yang tidak mempunyai kepentingan di dalamnya." Riset awal skala kecil Dr. Wakefield mengatakan bahwa banyak anak-anak mengalami autisme tidak lama setelah menerima suntikan MMR, tetapi studi yang lebih besar oleh Medical Research Council (MRC) yang diterbitkan tahun lalu tidak menemukan satu pun bukti hubungan tersebut. MRC telah melakukan proyek riset yang jauh lebih besar untuk mencoba menentukan penyebab autisme. Meskipun anak-anak yang terinfeksi virus campak alami dapat meninggal dalam kasus yang jumlahnya sangat kecil, infeksi itu juga dapat memberi komplikasi yang serius, khususnya pada anak yang sangat muda. Komplikasinya dapat meliputi pnemonia (radang paru), bronkitis (infeksi pada bronkus) , kejang dan bahkan meningitis (infeksi selaput otak). Jumlah penggunaan vaksinasi MMR turun tajam setelah publikasi riset pertama Dr. Wakefield, yang menghubungkan antara MMR dengan autisme maupun penyakit Crohn. -- O _/)(\_ |~ Salam, /~~\ o' |~ Rien. /_ _\ o' ^ ^ >>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<< >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]