Hati-hati para netters..........
Keladi Tikus ternyata BERACUN.......
Semula saya senang sekali dapat berita dari ibu Artiti, tapi waktu pulang 
kerja kebetulan saya beli koran Tempo (Sabtu,14 April 2001). Di salah satu 
artikelnya menyebutkan umbi Keladi TIkus yang dikhabarkan dapat menyembuhkan 
Kanker ternyata mengandung racun, bila pengolahannya tidak benar. Juga 
disitu disebutkan selain Keladi Tikus yang aslinya dari negeri Jiran 
(Malaysia) itu, ada juga buah yang bernama Makuta Dewa yang katanya dapat 
menyembuhakan bermacam-macam penyakit, dan sudah dipromosikan besar-besarn 
oleh Kebun Raya bogor, ternyata juga mengandung racun. Meskipun racun 
tersebut cuma sedikit tapi bila dikonsumsi terus menerus dalam waktu yang 
lama akan merusak ginjal.....

Coba para netters lihat lagi di koran tempo hari sabtu, 14 Apirl 2001. Dapat 
dibaca sendiri.

Jadi sebelum mencoba obat tersebut harap hati-hati......

Semoga bermanfaat.


>From: "artiti" <[EMAIL PROTECTED]>
>Reply-To: [EMAIL PROTECTED]
>To: <[EMAIL PROTECTED]>
>Subject: [balita-anda] Re: obat kanker
>Date: Sat, 14 Apr 2001 08:47:51 +0700
>
>buat para netters.......
>semoga informasi ini ada manfaatnya bagi yang membutuhkan
>-----Original Message-----
>From: [EMAIL PROTECTED]
>Subject: obat kanker
>
>
> >TANAMAN AJAIB
> >
> >Satu Lagi, Tanaman Ajaib Penyembuh Kanker (1) Keladi Tikus, Ditemukan di
> >Pekalongan
> >Satu lagi tanaman ajaib ditemukan di Indonesia. Namanya "keladi tikus". 
>Ia
> >terbukti bisa membunuh berbagai jenis sel kanker dalam waktu relatif
> >singkat. Di Malaysia, tanaman ini sudah dikembangkan oleh seorang 
>profesor
> >ahli kanker dan telah berhasil membantu ribuan pasien di seluruh dunia.
> >Dilly Wibowo, SURABAYA
> >
> >Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesia dapat
> >memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman 
>"keladi
> >tikus" (Typhonium Flagelliforme/Rodent Tuber) sebagai tanaman obat yang
> >dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan berbagai
> >penyakit berat lain. Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 
>sampai
> >30 sentimeter ini hanya tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari
> >langsung. "Tanaman ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs
> >Patoppoi Pasau, orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia.
> >Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris K.H.
> >Teo, Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti Sains
> >Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia.
> >Lembaga perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu
> >ribuan pasien dari Malaysia, Amerika, Inggris, Australia, Selandia baru,
> >Singapura, dan berbagai negara di dunia. Di Indonesia, tanaman ini 
>pertama
> >ditemukan oleh Patoppoi di Pekalongan, Jawa Tengah.
> >
> >Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker payudara stadium III dan harus
> >dioperasi 14 Januari 1998. Setelah kanker ganas tersebut diangkat melalui
> >operasi, istri Patoppoi harus menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk
> >membunuh sel, Red) untuk menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut.
> >"Sebelum menjalani kemoterapi, dokter mengatakan agar kami menyiapkan wig
> >(rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan kerontok an rambut,
> >selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan", jelas Patoppoi. Selama
> >mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus berusaha 
>mencari
> >pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan informasi mengenai
> >penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati kanker. "Saat itu juga
> >saya langsung terbang ke Malaysia untuk membeli teh tersebut," ujar
> >Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang
> >berada di sebuah toko obat di Malaysia, secara tidak sengaja dia melihat
> >dan membaca buku mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet 
>They
> >Live karangan Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996. "Setelah saya baca 
>sekilas,
> >langsung saja saya beli buku tersebut. Begitu menemukan buku itu, saya
> >malah tidak jadi membeli teh Lin Qi, tapi langsung pulang ke Indonesia,"
> >kenang Patoppoi sambil tersenyum.
> >
> >Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.
> >Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat 
>Departemen
> >Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman tersebut.
> >Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat, familinya di
> >Pekalongan, Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata, mereka menemukan
> >tanaman itu di sana. Setelah mendapatkan tanaman tersebut dan
> >mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di Malaysia untuk
> >menanyakan kebenaran  tanaman yang ditemukannya itu. Selang beberapa 
>hari,
> >Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa tanaman tersebut memang
> >benar Rodent Tuber. "Dr Teo mengatakan agar tidak ragu lagi untuk
> >menggunakannya sebagai obat," lanjut Patoppoi. Akhirnya, dengan tekad 
>bulat
> >dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai memproses tanaman tersebut 
>sesuai
> >dengan langkah-langkah pada buku tersebut untuk diminum sebagai obat.
> >Kemudian Patoppoi menghubungi  putranya, Boni Patoppoi di Buduran, 
>Sidoarjo
> >untuk ikut  mencarikan tanaman tersebut.
> >
> >"Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di 
>pinggir
> >sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman tersebut tumbuh 
>liar
> >di pinggir sungai," kata Boni yang mendampingi ayahnya saat itu. Selama
> >mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami penurunan
> >efek samping kemoterapi yang dijalani nya. Rambutnya berhenti rontok,
> >kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. "Bahkan nafsu makan ibu saya 
>pun
> >kembali normal," lanjut Boni. Setelah tiga bulan meminum obat tersebut,
> >isteri Patoppoi menjalani pemeriksaan kankernya. "Hasil pemeriksaan
> >negatif, dan itu sungguh mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta,"
> >kata Patoppoi.
> >
> >Para dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan
> >pada isteri nya. "Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan
> >dosis kemoterapi kepada kami," lanjut Patoppoi. Setelah diterangkan
> >mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter pun mendukung pengobatan
> >dukungan tersebut dan menyarankan agar mengembangkan nya. Apalagi melihat
> >keadaan isterinya yang tidak mengalami efek samping kemoterapi
> >yang sangat keras tersebut. Dan pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan
> >sekali diundur menjadi enam bulan sekali. "Tetapi karena sesuatu hal, 
>para
> >dokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan
> >tanaman sebagai pengobatan alternatif," sambung Boni sambil tertawa.
> >
> >Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan keadaan
> >isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi Dr. Teo
> >melalui fax untuk menginformasikan bahwa tanaman tersebut banyak terdapat
> >di Jawa dan mengajak Dr.Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini di
> >Indonesia. "Kemudian Dr. Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka
> >tidak tahu apa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh," 
>sambung
> >Patoppoi. Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan
> >dalam bahasa Indonesia dan disebar-luaskan di Indonesia,
> >Dr. Teo menganjurkan agar kedua belah pihak bekerja sama dan 
>berkonsentrasi
> >dalam usaha nyata membantu penderita kanker di Indonesia.
> >
> >Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis mengenai
> >meninggalnya Wing Wiryanto, salah satu wartawan handal Jawa Pos, Patoppoi
> >sempat tercengang. Data-  data rinci mengenai gejala, penderitaan,
> >pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan salah satu
> >pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan di buku
> >tersebut. Dan eksperimen pengobatan tersebut berhasil menyembuhkan pasien
> >tersebut.
> >"Lalu saya langsung menulis di kolom Pembaca Menulis di Jawa Pos," ujar
> >Boni. Dan tanggapan yang diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam
> >sehari, bisa sekitar 30 telepon yang masuk. "Sampai saat ini, sudah ada
> >sekitar 300 orang yang datang ke sini," lanjut Boni yang beralamat di Jl.
> >KH. Khamdani, Buduran Sidoarjo. Pasien pertama yang berhasil adalah
> >penderita Kanker Mulut Rahim stadium dini. Setelah diperiksa, dokter
> >mengatakan harus dioperasi. Tetapi karena belum memiliki biaya dan sambil
> >menunggu rumahnya laku dijual untuk biaya operasi, mereka  datang setelah
> >membaca Jawa Pos. Setelah diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama
> >kemudian pasien tersebut datang lagi dan melaporkan bahwa dia tidak perlu
> >dioperasi, karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif. Berdasarkan animo
> >masyarakat sekitar yang sangat tinggi, Patoppoi berusaha untuk menemui
> >Dr.Teo secara langsung. Atas bantuan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
> >dan Makanan Departemen Kesehatan, Sampurno, Patoppoi dapat menemui Dr.Teo
> >di Penang, Malaysia.
> >
> >Di kantor Pusat Cancer Care Penang, Malaysia, Patoppoi mendapat 
>penerangan
> >lebih lanjut mengenai riset tanaman yang saat ditemukan memiliki nama
> >Indonesia. Ternyata saat Patoppoi mendapat buku "Cancer, Yet They Live"
> >edisi revisi tahun 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku
> >tersebut, serta pengalaman isterinya dalam usahanya berperang melawan
> >kanker. Dari pembicaraan mereka, Dr. Teo merekomendasi agar Patoppoi
> >mendirikan perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya. Maka secara
> >resmi, Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga sosial
> >Cancer Care Indonesia, yang juga disebutkan dalam buletin bulanan Cancer
> >Care, yaitu di Jl. Kayu Putih Empat No. 5, Jakarta, telp. 021-4894745, 
>dan
> >di Buduran, Sidoarjo.
> >
> >Cancer Care Malaysia telah mengembangkan bentuk pengobatan tersebut 
>secara
> >lebih canggih. Mereka telah memproduksi ekstrak Keladi Tikus dalam bentuk
> >pil dan teh bubuk yang dikombinasikan dengan berbagai tananaman lainnya
> >dengan dosis tertentu. "Dosis yang diperlukan tergantung penyakit yang
> >diderita," kata Boni. Untuk mendapatkan obat tersebut, penderita harus
> >mengisi formulir yang menanyakan keadaan dan gejala  enderita dan akan
> >dikirimkan melalui fax ke Dr. Teo. "Formulir tersebut dapat  diisi 
>disini,
> >dan akan kami fax-kan. Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan 
>resep
> >sekaligus obatnya, dengan harga langsung dari Malaysia, sekitar 40-60
> >Ringgit Malaysia," lanjut Boni. "Jadi pasien hanya membayar biaya fax dan
> >obat, kami tidak menarik keuntungan, malahan untuk yang kurang mampu,
> >Dr.Teo bisa memberikan perpanjang an waktu pembayaran." tambahnya.
> >Sebenarnya pengobatan ini juga didukung dan
> >sedang dicoba oleh salah satu dokter senior di Surabaya, pada pasiennya
> >yang mengidap kanker ginjal. Ada dua pasien yang sedang dirawat dokter 
>yang
> >pernah menjabat sebagai direktur salah satu rumah sakit terbesar di
> >Surabaya ini.  Pasien pertama yang mengidap kanker rahim tidak sempat
> >diberi pengobatan dengan keladi tikus, karena telah ditangani oleh
> >rekan-rekan dokter yang telah  memiliki reputasi.
> >
> >Setelah menjalani kemoterapi dan radiologi, pasien tersebut mengalami
> >kerontokan rambut, kulit rusak dan gatal, dan selalu muntah. Tetapi pada
> >pasien kedua yang mengidap kanker ginjal, dokter ini menanganinya sendiri
> >dan juga memberikan pil keladi tikus untuk membantu proses penyembuhan
> >kemoterapi. Pada pasien kedua ini, tidak di temui berbagai efek yang
> >dialami penderita pertama, bahkan pasien tersebut kelihatan normal.
> >
> >Tetapi dokter ini menolak untuk diekspos karena menurutnya, pengobatan 
>ini
> >belum resmi diteliti di Indonesia. Menurutnya, jika rekan-rekannya
> >mengetahui bahwa dia memakai pengobatan alternatif, mereka akan 
>memberikan
> >predikat sebagai "ter-kun" atau dokter- dukun. "Disinilah gap yang 
>terbuka
> >antara pengobatan konvensional dan modern," kata dokter tersebut. Banyak
> >hal menarik yang dialami Boni selama menerima dan memberi kan bantuan
> >kepada berbagai pasien. Bahkan ada pecandu berat putaw dan sabu-sabu di
> >Surabaya, yang pada akhirnya pecandu tersebut mendapat kanker paru-paru.
> >
> >Setelah mendapat vonis kanker paru-paru stadium III, pasien tersebut
> >mengkonsumsi pil dan the dari Cancer Care. Hasilnya cukup mengejutkan,
> >karena ternyata obat tersebut dapat mengeluarkan racun narkoba dari
> >peredaran darah penderita dan mengatasi keter gantungan pada narkoba
> >tersebut. "Tapi, jika pecandu sudah bisa menetralisir racun dengan keladi
> >tikus, dia tidak boleh memakai narkoba lagi, karena pasti akan  timbul
> >resistensi. Jadi jangan seperti kebo, habis mandi berkubang lagi," 
>sambung
> >Boni sambil tertawa.
> >
> >Juga ada pengalaman pasien yang meraung-raung kesakitan akibat serangan
> >kanker yang menggerogotinya, karena obat penawar rasa sakit sudah tidak
> >mempan lagi. Setelah diberi minum sari keladi tikus, beberapa saat 
>kemudian
> >pasien tersebut tenang dan tidak lagi merasa kesakitan.
> >Menurut data Cancer Care Malaysia, berbagai penyakit yang telah 
>disembuhkan
> >adalah berbagai kanker dan penyakit berat seperti kanker payudara,
> >paru-paru, usus besar- rectum, liver, prostat, ginjal, leher rahim,
> >tenggorokan, tulang, otak, limpa, leukemia, empedu, pankreas, dan
> >hepatitis. Jadi diharapkan agar hasil penelitian yang menghabiskan 
>milyaran
> >Ringgit Malaysia selama 5 tahun dapat benar-benar berguna bagi dunia
> >kesehatan
> >
> >
>
>
> >> kirim bunga ke negara2 di Asia? klik, http://www.indokado.com
> >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
>Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
>Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>

_________________________________________________________________________
Get Your Private, Free E-mail from MSN Hotmail at http://www.hotmail.com.


>> kirim bunga ke negara2 di Asia? klik, http://www.indokado.com  
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]


Kirim email ke