Cuci Tangan Setelah Pipis
Riwayat Bakteri di Telapak Tangan
19 Jun 2001 14:5:33 WIB

Tigapuluh  tiga  laki-laki  yang  pipis  di  salah satu toilet Jakarta
Hilton  Convention Center (JHCC), Jakarta, Jumat (15/6), diamati. Dari
tiap 10 orang, delapan di antaranya tak mencuci tangan sehabis pipis.
Delapan orang   inilah  yang  mendistribusikan  bakteri  salmonella,
campylobacter, dan  E.  coli  ke orang-orang lain lewat jabat tangan,
genggaman sayang,atau sentuhan. Apa dampaknya?
Dia  melenggang  keluar dari toilet di sebelah kanan JHCC. Berdasi dan
berjas.  Seorang  wanita menunggu di pintu masuk pameran komputer yang
tengah digelar di tempat itu.
Mereka  ke  dalam  saling berpegangan tangan. Keduanya sama-sama muda.
Agaknya wanita itu kekasihnya.
Tak  ada maksud mengusik kehidupan laki-laki itu. Dia kebetulan 1 dari
24 orang yang sehabis pipis tak mencuci tangannya. Duapuluh empat dari 33
yang diamati.
Mudah-mudahan  tak  terjadi,  tapi genggaman sayang laki-laki itu bisa
membuat  perempuan  itu  -- kepada siapa dia mungkin pernah mengatakan
siap berkorban nyawa-kena diare ketika makan tanpa mencuci tangan.  Lebih
parah lagi ia terkena tifus. Tangan laki-laki itu sangat kotor dan kini
kotoran itu hijrah ke tangan kekasihnya.
Sabun bahkan  tak  sanggup  membersihkan  semua kuman pada tangannya,
kecuali mencucinya  dengan sangat cermat. Seperti diungkapkan Menteri
Kesehatan  dan  Kesejahteraan Rakyat Sujudi suatu kali, mencuci tangan
dengan sabun setelah pergi ke toilet hanya menurunkan peluang serangan
diare 35-65 persen.
Jika  tak  percaya  tangan  yang  kelihatan  bersih itu banyak membawa
kuman,  sebuah  penelitian  yang  dipublikasikan  pekan lalu (11/6) di
Inggris  mungkin  dapat  meyakinkan Anda. Sedikit lebih baik dibanding
sampel  di  toilet JHCC, sepertiga laki-laki dan banyak wanita Inggris
tak mencuci tangannya sesudah pergi ke toilet.
Alasan  duaribu  responden  penelitian  yang digelar program 'National
Food Safety  Week'  itu hampir seragam. Sebagian dari mereka berpikir toilet
yang  mereka  masuki  dalam  keadaan  bersih, sebagian lainnya berpikir
mereka  tak  memegang  apapun selain milik sendiri, dan satu dari tiap
lima orang mengatakan mereka tak perlu mencuci tangan karena tangannya
nampak
bersih.
Menurut  para  peneliti itu, tak ada satu alasan pun yang benar. Kuman
memang  tak  bisa  dilihat dengan mata telanjang. Perlu mikroskop atau
teknik pembiakan khusus untuk melihatnya.
Untuk  membuktikannya,  para  peneliti  itu  meminta mereka meletakkan
tangannya  yang tak dicuci pada permukaan agar-agar-media pembiakan
untuk kebanyakan mikroorganisma. Mereka kemudian diminta melakukannya sekali
lagi, tapi setelah tangannya dibasuh air.
Dalam  pengamatan  di  bawah  sinar  ultraviolet, nampak tangan mereka
dipenuhi mikroorganisma.  Para peneliti    mengidentifikasi,
mikroorganisma   terlazim   pada   tangan  mereka  adalah  salmonella,
campylobacter, dan E. coli. "Suatu kali, ketika Anda bertemu seseorang
dan menjabat  tangannya,  ada  1  dari  tiap  5 orang yang tak selalu
mencuci tangan  sehabis  pergi  dari  toilet,"  kata  Professor  Hugh
Pennington,pakar  mikrobiologi  University of Aberdeen, mengomentari
penelitian ini.
Jangan  sangka  persoalan itu hanya ada di Inggris. Perilaku dan semua
bakteri  itu juga ada di sini, dalam jumlah lebih banyak, karena cuaca
yang lebih  hangat.  Kurang  lebih, tak kurang dari 37 jenis penyakit bisa
ditimbulkan  kuman-kuman  itu  --  dari  sekadar  diare,  tifus,
kholera, disentri, infeksi kulit, scabies, lepra dan frambusia.
Untuk  diare saja, meski tak semuanya karena tangan yang kotor, setiap
menit terdapat  15  orang  terkena  diare  atau  300 kasus per seribu
penduduk.
Sementara tifus, prevalensinya sekitar 600-800 per 100 ribu orang,
terjadi sepanjang tahun.
Di tempat penelitian ini digelar, diare dan penyakit asal makanan juga
menjadi masalah kesehatan yang cukup dominan. Tahun lalu, menurut John
Krebs,  pimpinan  Food  Standards  Agency,  tak  kurang 4,5 juta orang
Inggris  sakit  perut, meski yang dilaporkan ke pihak berwenang kurang
dari 100 ribu orang.
Menurut catatan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan  Lingkungan  (PPMPL), diare menjadi penyebab kematian kedua
pada Balita  di Indonesia setelah penyakit infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA).
Jadi, cuci tanganlah. yosep suprayogi



>> Rayakan ultah putra/i Anda dengan kue Teletubbies dll! Klik, 
>http://www.indokado.com/kueultah.html
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]





Kirim email ke