IPM Jabar Masih Tertinggal

SUKABUMI, (PR).-
Indeks pembangunan manusia (IPM) Jawa Barat masih jauh tertinggal
dibanding provinsi lainnya. Padahal, sesuai dengan kebijaksanaan
pembangunan di provinsi ini, tahun 2010 Jawa Barat berambisi menjadi
provinsi termaju di Indonesia. Untuk menggapai keinginan agar tidak
hanya menjadi sebuah wacana, diperlukan berbagai upaya konkret dengan
memanfaatkan kualitas sumber daya manusia dan potensi yang ada.

"Harus dicari penyebab ketertinggalan ini. Oleh sebab itu, anggota
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Jawa Barat pada masa resesnya
memanfaatkan waktu untuk mencari masukan dari setiap daerah.
Diharapkan melalui masukan nanti bisa dijadikan batu pijakan bagi arah
pembangunan Jawa Barat secara konkret dan aplikatif," ujar Ginandjar
Kartasasmita, ketika melakukan kunjungan kerja di Kota Sukabumi, Senin
(1/5) kemarin.

Pada kunjungan tersebut Ginandjar didampingi oleh Profesor Surya,
serta Nugraha Besoes.

Menurut Ginandjar, potensi sumber daya manusia di Jawa Barat pada
dasarnya sangat memungkinkan mendorong provinsi ini sebagai daerah
termaju. Salah satu contoh tercatat adanya sejumlah perguruan tinggi
ternama. Di antaranya, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian
Bogor, Universitas Padjadjaran Bandung serta Universitas Pendidikan
Indonesia Bandung.

Kekayaan alam Jawa Barat, juga tidak kalah melimpahnya dibandingkan
provinsi lainnya di Pulau Jawa ini. Namun, di balik potensi yang
menonjol ini justru Provinsi Jabar dinilai masih tertinggal dibanding
daerah lainnya. Ini ditandai oleh rendahnya IPM Jawa Barat.

Ginandjar juga mencontohkan buruknya infrastruktur di beberapa daerah
di Jawa Barat. Kondisi ini sangat dimungkinkan karena dana alokasi
umum (DAU) Jawa barat relatif lebih kecil dibanding daerah-daerah
lainnya. Bahkan, lebih rendah dibanding provinsi-provinsi yang ada di
Pulau Jawa sekali pun. Padahal, dilihat dari luas wilayah dan jumlah
penduduk, Jawa Barat jauh lebih besar dan luas.

"Sangat mengherankan. Ketika jumlah anggota DPR RI asal Jawa Barat
paling banyak jumlahnya, tetapi justru dana alokasi umum yang
diperoleh lebih kecil. Padahal DPR memiliki hak budget. Kemungkinan
kondisi ini terjadi akibat kurangnya lobi pejabat daerah atau anggota
DPR asal Jabar," ujar Ginandjar.

Namun, dengan tidak berniat mencari kambing hitam penyebab
keterpurukan Jawa Barat, Ginandjar berharap justru masukan, saran dan
kritikan yang ditemui di daerah-daerah, bisa dijadikan catatan bagi
anggota DPD untuk selanjutnya menjadi bahan yang harus disampaikan ke
pemerintah pusat.

Agropolitan

Sementara Wali Kota Sukabumi H. Mokh. Muslikh Abdussyukur melaporkan
tentang pelaksanaan pembangunan di wilayahnya. Muslikh menjelaskan,
Kota Sukabumi merupakan salah satu kontributor IPM bagi Jawa Barat,
sebab IPM Kota Sukabumi jauh di atas Jawa Barat.

"Jika Provinsi Jabar menargetkan tahun 2010 IPM-nya bisa mencapai di
atas angka 80, maka Kota Sukabumi mencanangkannya pada tahun 2008.
Saat ini saja IPM Kota Sukabumi sudah hampir mencapai angka 80," tutur
Muslikh.

Atas keberhasilan tersebut Kota Sukabumi menjadi salah satu daerah
yang memperoleh kepercayaan dalam melaksanakan program akselerasi IPM
Jabar.

Untuk program itulah Kota Sukabumi berhasil mendapatkan bantuan
sebesar Rp 50 miliar dalam dua tahun anggaran, yaitu tahun 2006 dan
tahun 2007 masing-masing sebesar Rp 25 miliar.

Dana yang diperoleh melalui projek pembangunan kompetitif ini akan
dikonsentrasikan untuk meningkatkan daya beli masyarakat di tiga
kecamatan, yaitu Kecamatan Baros, Lembursitu dan Cibeureum melalui
program agropolitan. Diharapkan melalui program tersebut bisa
mengurangi kantong-kantong kemiskinan," kata Muslikh. (A-82)***





http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/

[Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea]




SPONSORED LINKS
Spanish language and culture Indonesian languages Indonesian language learn
Indonesian language course


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke